Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Mus Mulyadi Meninggal, Intip Perjalanan Kariernya di Dunia Musik

Pria dengan julukan buaya keroncong, Mus Mulyadi, tutup usia. Intip perjalanan keriernya sebagai penyanyi keroncong.

11 April 2019 | 17.00 WIB

Penyanyi Mus Mulyadi. Dok.TEMPO/ Novi Kartika
Perbesar
Penyanyi Mus Mulyadi. Dok.TEMPO/ Novi Kartika

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pria dengan julukan buaya keroncong, Mus Mulyadi, tutup usia. Ia dikabarkan meninggal setelah berjuang melawan penyakit diabetes yang dideritanya. Erick, anak pertama Mus Mulyadi dan Helen Sparingga pun menyampaikan kabar duka itu melalui laman sosial media Instagram miliknya, @erick_mus.

Baca:
Mus Mulyadi Derita Diabetes, Hindari dengan 4 Makanan Ini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Mengenang kembali sang penyanyi, berikut adalah perjalanan kariernya.

1. Menyukai musik keroncong karena orang tuanya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kariernya sebagai seorang musisi dimulai saat diperkenalkan muisk oleh orangtua Mus Mulyadi. Rupanya, ia dilahirkan dari keluarga musisi. Ayahnya, Ali Sukarni adalah seorang pemain gamelan. Sedangkan ibunya, Muslimah, adalah seorang penyanyi keroncong. Saudara-saudaranya pun jadi musisi. Mus Mulyadi dan kakak pertamanya memilih musik tradisional keroncong, kakak keduanya memilih jalur jazz dan pop.

2. Dikenal sebagai pendiri Irama Puspita dan bergabung dengan Arista Birawa

Sebelum menjadi seorang penyanyi keroncong, Mus Mulyadi dikenal sebagai pendiri sekaligus pelatih band Irama Puspita yang berisikan 13 perempuan. Beberapa tahun berjalan, band tersebut kerap merajai festival musik di Surabaya.

Sayangnya, band tersebut bubar setelah beberapa personel hengkang. Setelah itu, ia pun bergabung dengan band Arista Birawa sebagai bassist dan vokalis. Di band inilah karier untuk dirinya dimulai dengan menelurkan satu album yakni Jaka Tarub pada 1965.

3. Mengembara ke Singapura

Bersama dengan band Arista Birawa pula, mereka akhirnya mencoba peruntungan di Singapura. Setelah dua tahun berada disana, jatuh bangun pun harus dilewati. Titik kesuksesan akhirnya diraih setelah LP (piringan hitam) dengan 10 lagu yang diciptakan seluruhnya oleh Mus Mulyadi laku dipasaran.

Live Recording Jurong yang diciptakan pada tahun 1969 itu berhasil meraup keuntungan sebesar 2.800 dolar Singapura. Uang tersebut lantas digunakan untuk modal pulang ke Indonesia bagi seluruh anggota.

4. Berkarier solo dan kasetnya meledak di pasaran

Setelah kembali ke Indonesia, Mus Mulyadi mencoba untuk berkarier seorang diri. Tak disangka, ternyata hasilnya luar biasa dan meledak di mana-mana, seperti lagu Kr. Dewi Murni. Hingga saat itu, Mus Mulyadi pun menjadi terkenal hingga saat ini.

Baca:
Mus Mulyadi Tutup Usia, Awas Diabetes Menyerang Banyak Organ

SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus