Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Nyeri Dada Saat Makan, Apakah Ini Gejala Penyakit Jantung?

Ketahui cara membedakan nyeri dada akibat gangguan lambung atau penyakit jantung.

2 Oktober 2021 | 08.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi makan bareng keluarga. Unsplash.com/Takafumi Yamashita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ada orang yang merasa nyeri dada ketika sedang makan. Sementara nyeri dada adalah salah satu gejala penyakit jantung. Apakah dapat disimpulkan bahwa orang tersebut mengalami sakit jantung?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari Primaya Hospital Makassar, Bambang Budiono mengatakan nyeri dada saat makan bisa terjadi karena dua sebab. "Apakah nyeri dada akibat asam lambung atau nyeri dada akibat jantung," kata Bambang dalam diskusi daring bertema Hari Jantung Sedunia pada Rabu, 29 September 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bambang menjelaskan beda rasa nyeri yang dipicu oleh gangguan jantung dan nyeri dada akibat asam lambung. Nyeri dada yang disebabkan oleh gangguan lambung umumnya disertai muntah, mual, sering bersendawa, buang angin, kembung, nyeri di ulu hati saat terlambat makan, dan rasa panas atau terbakar di dada atau heart burn. Kondisi ini terjadi karena regurgitasi asam lambung (makanan yang telah ditelan namun kembali ke kerongkongan atau mulut).

Gejala nyeri dada pada gangguan maag terjadi akibat produksi asam lambung berlebihan, peradangan pada bagian kerongkongan (esophagitis) akibat regurgitasi asam lambung. Ada pula karena iritasi atau luka pada mukosa (lapisan kulit dalam) lambung atau duodenum (bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong).

Logikanya, menurut dia, lambung bekerja keras karena harus memproses makanan yang masuk. Kerja keras itu membutuhkan energi. Artinya, lambung membutuhkan pasokan darah yang lebih banyak. Kondisi ini sama seperti saat seseorang berolahraga. Bagian tubuh yang bekerja lebih keras membutuhkan suplai darah lebih banyak.

Dengan begitu, jangan sampai terjadi penyumbatan dalam saluran atau pembuluh darah. "Kalau terjadi penyempitan pembuluh darah, maka orang tersebut akan merasa nyeri di dada," kata Bambang. Untuk memperkuat dugaan ada tidaknya penyempitan pembuluh darah koroner, pasien sebaiknya menjalani pemeriksaan penunjang, seperti rekam jantung, treadmill test, atau ekokardiografi.

Sementara nyeri dada yang dipicu karena gangguan jantung, Bambang melanjutkan, tak hanya terjadi ketika makan saja. Nyeri dada juga dapat terasa saat beraktivitas sederhana lainnya, seperti naik tangga.

Baca juga:
Identifikasi Long Covid, Waspada Gejala Fisik dan Psikis yang Masih Tersisa

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus