Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Nyeri Pinggang Setiap Pagi, Tanda-tanda Apa?

Waspadai kemungkinan gejala awal nyeri pinggang inflamasi. Apalagi bila itu terjadi selama hingga tiga bulan. Apa tandanya?

29 Januari 2021 | 09.12 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Orang-orang yang mengalami nyeri pinggang lebih dari 60 menit dengan gejala kaku di pagi hari, terutama saat bangun tidur, diminta mewaspadai kemungkinan gejala awal nyeri pinggang inflamasi. Apalagi bila itu terjadi selama hingga tiga bulan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Spesialis ilmu penyakit dalam divisi rematologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dan RS Hasan Sadikin, Bandung, Laniyati Hamijoyo, mengatakan penderita bisa juga terbangun di malam hari karena rasa sakit atau bangun pagi dengan kondisi pinggang terasa pegal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ketika digerak-gerakkan membaik, kalau munculnya pelan-pelan umumnya pada orang muda berusia di bawah 45 tahun. Kalau diberi obat anti nyeri membaik, tetapi kalau setop obatnya sakit lagi. Kalau nyeri pinggang karena inflamasi nyerinya lebih dari 60 menit," ujarnya dalam webinar "Ada Bambu di Punggungku: Periksakan Dini Nyeri Pinggang, Sebelum Memburuk", Kamis, 28 Januari 2021.

Kondisi ini berbeda dengan nyeri pinggang pada umumnya (mekanik), yang biasanya berlangsung kurang dari 45 menit dan dialami orang berusia 20-65 tahun. Nyeri pinggang inflamasi juga disertai gejala lain, seperti mata merah, bercak merah di kulit, diare kronis, artritis, sakit di tumit pada pagi hari, jari-jari bengkak, serta sakit dan nyeri di tumit bagian belakang.

"Tanda-tanda ini harus kita cari. Kalau ada tanda-tanda ini, biasanya berhubungan dengan suatu spondiloartritis. Kalau lebih lama dibiarkan lalu susah gerakkan leher atau bersandar di tembok kepala tidak bisa menempel lagi, itu harus hati-hati," tutur Lani.

Spesialis penyakit dalam divisi rematologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RS Cipto Mangunkusumo, Rudy Hidayat, menuturkan nyeri pinggang inflamasi bisa berkembang menjadi ankilosing spondilitis (AS) yang merupakan kondisi tersering spondiloartritis. Spondiloartritis yakni nyeri pada sendi sakroiliaka, tulang punggung bawah atau sendi anggota gerak bawah yang bersifat kronik dan disertai manifestasi lain.

Kondisi ini juga bisa dialami anak-anak. Gejalanya mencakup mata merah, nyeri sendi, lutut, atau pinggang. Sementara gejala khas AS yakni nyeri pinggang inflamasi, seperti ada bambu di punggung atau bamboo spine, yang membuat penderita tidak bisa menggerakkan bagian leher hingga pinggang.

"Kalau bisa jangan sampai terbentuk bamboo spine atau leher hingga pinggang tak bisa digerakkan karena seringkali sudah tidak bisa ditarik mundur (pulih)," tuturnya.

Nyeri pinggang inflamasi, apalagi jika sudah masuk AS yang tak ditangani, bisa menyebabkan penderita mengalami patah tulang di tulang belakang maupun tulang lain karena peradangan yang tak terkendali.

Efek jangka panjang lain misalnya risiko penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat karena memicu aterosklerosis atau pembuluh darah menyempit. Penyumbatan pembuluh darah yang bila terjadi di koroner bisa menyebabkan serangan jantung, sementara di otak dapat memicu stroke.

"Ini bisa terjadi, kita tidak bisa mengendalikan peradangan yang sebenarnya bukan hanya di tulang belakang, tetapi sistemik sehingga memberikan efek termasuk ke pembuluh darah yang alami penyempitan," papar Rudy.

Selain itu, penyakit ini juga bisa memicu sindrom lain, termasuk nyeri di bagian otot yang berujung semakin memburuknya kualitas hidup pasien.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus