Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Odol Bisa Membuat Panas Terperangkap di Luka Bakar, Akibatnya...

Masih banyak orang yang mengoleskan odol, mentega, atau kecap pada luka bakar untuk pertolongan pertama. Padahal tindakan itu bisa berdampak buruk.

22 Juli 2020 | 13.12 WIB

Ilustrasi pasta gigi (Pixabay.com)
Perbesar
Ilustrasi pasta gigi (Pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pakar kesehatan tidak menyarankan mengoleskan odol, mentega, atau kecap pada kulit yang terkena luka bakar. Pertolongan pertama dengan cara itu justru bisa memperburuk kondisi luka bakar dan membuat bekas luka pada kulit. "Mengoleskan pasta gigi, kecap, mentega, dapat memperburuk luka bakar, meningkatkan kemungkinan infeksi dan menimbulkan jaringan parut (scar), paling parah keloid," kata Medical Expert Combiphar, Sandi Perutama Gani dalam "Combiphar Health Desk - Virtual Media Briefing", Rabu 22 Juli 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Salah satu kandungan dalam pasta gigi yakni fluoride. Zat ini tentu baik untuk menguatkan dan melindungi gigi. Namun dampak flouride akan berbeda bila dioleskan pada kulit yang terkena luka bakar. "Panasnya luka bakar akan terperangkap di kulit bila luka dikasih pasta gigi, padahal setelah terkena luka bakar, seharusnya mengeluarkan panas itu. Bila panas tidak keluar dari luka, akibatnya bisa jadi radang, luka lama sembuh, akan timbul jaringan parut," kata Sandi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain panas yang terperangkap alam luka, dikhawatirkan pula ada bakteri yang terperangkap di luka itu. Akibatnya, ada risiko makhluk itu berkembang biak. Salah satu bakteri yang bisa saja terperangkap, Streptococcus yang biasanya hidup di kulit dan tenggorokan manusia. Infeksi bakteri ini bisa memunculkan sederet penyakit antara lain sinusitis, infeksi telinga dan pneumonia.

Seseorang bisa mengalami luka bakar di mana saja. Ketika bekerja dan beraktivitas di rumah saat new normal pun, risiko terkena luka bakar selalu ada. Cairan panas atau api yang menyentuh kulit, bisa menyebabkan lepuh. Semakin tebal atau banyak cairan panas dan semakin lama kontaknya dengan kulit, serta semakin dalam luka itu, bisa memperparah luka.

Beberapa kegiatan di rumah, seperti terkena listrik, atau terkena air panas bisa menyebabkan kerusakan parah pada kulit dan jaringan di bawahnya. Kasus luka bakar lainnya adalah saat terkena bahan kimia yang mudah terbakar seperti bensin, alkali atau pengencer cat (thinner) serta kontak dengan benda panas seperti rokok dan peralatan memasak.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan angka luka bakar menempati urutan lima jenis cedera tidak sengaja atau secara umum mengalami peningkatan angka kejadian dari 0,6 persen menjadi 1,3 persen.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus