Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Intoleransi laktosa adalah kondisi yang mempengaruhi banyak orang di seluruh dunia, di mana tubuh kekurangan enzim laktase yang diperlukan untuk mencerna laktosa, gula yang terkandung dalam produk susu. Akibatnya, banyak penderita mengalami gangguan pencernaan seperti kembung, diare, atau gas setelah mengonsumsi susu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah disapih dari ASI, kemampuan tubuh untuk mencerna laktosa, yaitu gula alami dalam susu, akan berkurang seiring waktu. Seorang gastroenterolog Dr. Webber Chan, menjelaskan bahwa intoleransi laktosa terjadi ketika tubuh kesulitan menyerap laktosa di usus kecil. Ini menyebabkan laktosa yang tidak tercerna berfermentasi di usus besar, menghasilkan gas dan gejala seperti kembung dan diare. Masalah ini juga bisa dipicu oleh infeksi atau kondisi lain yang memengaruhi usus kecil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, para ahli kini memiliki solusi yang efektif untuk mengatasi masalah ini, yaitu dengan suplemen laktase. Dikutip dari Channel News Asia, dr. Chan menjelaskan bahwa penggunaan suplemen laktase tergantung pada tingkat keparahan intoleransi laktosa. Jika seseorang perlu menghindari semua produk susu, suplemen ini bisa menjadi pilihan karena dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi yang mungkin terpengaruh oleh pembatasan tersebut.
"Saya selalu memberitahu pasien saya untuk tidak sepenuhnya menghindari produk susu karena susu adalah sumber kalsium dan Vitamin D yang penting," kata Chan.
Lebih lanjut, Dr. Chan menyarankan untuk mencoba mengurangi konsumsi makanan yang mengandung laktosa terlebih dahulu.
"Penelitian menunjukkan kebanyakan orang dengan intoleransi laktosa dapat mentoleransi sekitar 12g hingga 15g laktosa – atau sekitar satu hingga dua gelas susu," katanya. "Jika gejala masih muncul setelah mengurangi laktosa, saya sarankan mencoba tablet enzim laktase."
Suplemen laktase tersedia dalam berbagai bentuk seperti kapsul, tablet kunyah (atau tidak), gel, atau cairan. Semua jenis ini berfungsi untuk mengirimkan enzim laktase ke usus kecil, yang membantu memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa agar lebih mudah diserap.
Chan turut menyoroti pentingnya untuk memperhatikan kekuatan produk. "Berbagai merek menawarkan kekuatan enzim laktase yang berbeda untuk menyesuaikan dengan tingkat intoleransi laktosa. Jika gejalanya ringan, kekuatan yang lebih rendah mungkin sudah cukup," ucapnya.
Jika gejalanya lebih parah atau Anda sering menikmati makanan seperti teh tarik dan roti prata keju, suplemen dengan kekuatan lebih tinggi mungkin lebih bermanfaat. Dr. Chan menyarankan untuk memulai dengan dosis rendah dan meningkatkannya secara bertahap.
Suplemen laktase sebaiknya dikonsumsi segera sebelum atau bersama dengan gigitan pertama atau tegukan produk susu. Ini memastikan enzim hadir di saluran pencernaan saat makanan yang mengandung laktosa masuk, sehingga pencernaan optimal. Mengonsumsinya setelah makan mungkin tidak efektif, karena laktosa sudah sampai ke kolon.
Di sisi lain, mengonsumsi tablet terlalu cepat juga dapat mengurangi efektivitasnya. "Jika Anda terus mengonsumsi produk susu 30 hingga 45 menit kemudian, pertimbangkan untuk mengambil dosis tambahan agar efektivitasnya tetap terjaga," tutur Chan.
Jika Anda melewatkan dosis, kata Dr. Chan, segera ambil dosis tersebut saat makan. Namun, jika gejala intoleransi laktosa sudah muncul, obat mungkin tidak efektif untuk meredakannya.
Pada dasarnya tablet enzim laktase dapat dikonsumsi setiap kali mengonsumsi makanan yang mengandung laktosa, bahkan setiap hari jika diperlukan. Meskipun begitu, sangat penting untuk selalu mematuhi dosis yang disarankan oleh produsen untuk menghindari efek samping.
Jika Anda merasa perlu menggunakan suplemen ini secara teratur, sebaiknya konsultasikan dengan dokter. Dokter akan memberikan saran yang lebih tepat jika penggunaan suplemen laktase menjadi bagian dari rutinitas harian Anda, terutama jika intoleransi laktosa Anda cukup parah.
Pilihan editor: Intoleransi Laktosa Saat Dewasa, Normalkah?