SEORANG pejabat di lingkungan pemerintah daerah Jawa Tengah datang ke Dokter Taufik F. Adisusilo, di Semarang. Pasien yang berusia 54 tahun ini membawa keluhan, "senjatanya" tidak bisa dipakai "bertempur" dengan istrinya sendiri. Tapi, sebaliknya, tetap ampuh bila sasarannya wanita lain. Kepada dr. Taufik, si pejabat tadi buka kartu bahwa gairah pada istrinya semakin pudar setelah istrinya mengikuti mode wanita masa kini, senang pakai make-up dan parfum. Setelah mendengar keluhan pasiennya itu, dr. Taufik, 43 tahun, langsung tanggap. Pasien ini jelas termasuk penderita "impotensi selektif". Artinya, lelaki ini menjadi impoten bila menghadapi istrinya sendiri, dan tetap bergairah bila berhubungan dengan wanita bukan istrinya. Maka Taufik, yang menekuni bidang seksiologi ini, berkesimpulan bahwa pasiennya senang pada kesederhanaan, tidak suka pada bau parfum. "Maunya, istrinya itu pakai minyak kelapa," katanya. Contoh kasus itu diungkapkan oleh Taufik ketika berceramah tentang "Vasektomi dan Impotensi" di Gedung Wanita Semarang, beberapa waktu lalu. Dosen fisiologi reproduksi manusia FK Undip ini mengungkapkan kemungkinan seorang suami menjadi impoten bila mencium bau parfum. Ia merujuk pada hasil angket mengenai perilaku seks, 1986, di Kota Semarang. Hasilnya, 80% dari 300 orang ibu yang mengisi kuesioner menyatakan bahwa suaminya tidak suka istrinya pakai parfum pada saat di ranjang. Tapi umumnya suami mereka menyenangi istrinya berdandan. Parfum adalah salah satu dari sekian banyak penyebab impoten. Secara umum, menurut Taufik, penyebab impoten ada dua: gangguan psikogenik dan gangguan organik. Nah, parfum adalah salah satu penyebab gangguan psikogenik. Misalnya, istri terlalu dominan atau suami sering dimarahi istri. Juga, bisa disebabkan suami kecewa karena tahu bahwa pada saat menikah ternyata istrinya sudah tidak perawan. Sedangkan impotensi akibat gangguan organik juga banyak penyebabnya. Antara lain karena si suami merasa "anunya" terlalu kecil. Juga terjadi gangguan hormonal, baik hormon seks maupun hormon lainnya. Kelainan saraf, berupa trauma di pinggang yang merusak sumsum tulang belakang, atau tersumbatnya pembuluh darah pada alat kelamin, pun bisa berakibat terjadinya impoten. Paling banyak kasus impoten adalah ejakulasi dini. Untuk pengobatan impoten selektif, menurut Taufik, dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan. Karena, untuk membikin diagnosa, diperlukan ketelatenan dan ketekunan. Pengobatan dilakukan secara rutin, dan tak jarang dilakukan psikoterapi orang per orang. "Belum tentu begitu istrinya menghilangkan bau parfum si suami terus bergairah, kadang masih melekat faktor psikologis," ujar dr. Taufik. Tapi, yang jelas, "Untuk penderita yang orangnya terbuka, pengobatannya relatif gampang," katanya. Namun, yang lebih penting adalah pencegahannya. Untuk itu, Doktor Susilo Wibowo, ahli andrologi FK Undip Semarang, mengingatkan kaum ibu agar berhati-hati memilih parfum. "Aroma parfum yang tidak cocok dengan selera lawan jenis bisa mengakibatkan gairah seks menurun," ujar Susilo. Jadi, menurut Susilo, parfum hanya dapat mengakibatkan impotensi dalam arti penurunan daya tarik libido. "Bila suami tidak suka parfum, dan itu berlanjut terus, bisa mendatangkan bencana." Tapi sebaliknya, menurut Susilo, parfum dapat pula meningkatkan gairah seks, baik lelaki maupun perempuan. "Ada orang yang mencium bau parfum saja, lantas birahinya bangkit," kata Susilo. Doktor ini mengambil contoh mengapa kebanyakan wanita nakal memakai parfum. "Salah satu tujuannya agar lawan jenisnya tertarik dan bergairah," katanya. Bandelan Amarudin dan Heddy Lugito
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini