TINGGINYA kadar kolesterol dalam darah ternyata bukan faktor utama tersumbatnya pembuluh jantung. Penyebab kematian, setelah serangan jantung, berteka-teki lagi. Tapi para ahli kardiologi di Amerika Serikat baru-baru ini mengungkapkan tabir yang masih tanda tanya itu. Menurut mereka, darah merupakan penyebab kematian penderita jantung koroner. "Kami sedang mengubah cara memandang serangan jantung," ujar Dr. Geoffrey Tofler. Ia ahli jantung dari Institut Pencegahan Pengakit Kardiovaskuler pada Rumah Sakit New England Deaconess, Boston, AS. Dalam beberapa tahun terakhir ini, gumpalan darah menyumbat arteri-arteri kecil menuju jantung muncul sebagai penyebab utama. Penyumbatan ini terjadi pada sekitar 80 persen serangan jantung. Gumpalan itu membuat pengerasan dinding arteri lebih kronis daripada atherosclerosis (pembuluh jantung). Saat ini ahli jantung mengumpulkan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa serangan jantung itu terjadi setelah gumpalan darah menempel di dinding pembuluh jantung. "Darah merupakan titik kritis dalam penyakit jantung, dan ini sedang diuji," kata Dr. Valentin Fuster. Menurut kepala divisi kardiologi di Mount Sinai Medical Center, New York, itu, jika diteliti ke dalam arteri-arteri si penderita jantung, terlihatlah gumpalan-gumpalan itu memainkan peranan penting. Hasil penemuan baru ini digabungkan dengan anggapan lama tentang pengerasan dan penyempitan arteri. Kemudian para ahli mengembangkan sebuah model untuk mengungkapkan asal-usul serangan jantung. "Tentu, kami juga akan membuktikan segala sesuatu yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah jantung," kata Dr. James Muller. Asisten direktur dari Deaconess Institute itu telah meneliti masalah penyumbatan darah, atau trombosis, pada penderita serangan jantung yang meninggal. "Tapi yang penting dari penyelidikan dan pengobatan ini adalah bagaimana mencegah penggumpalan darah," tambah Muller. Secara konvensional, dokter sering mengaitkan serangan jantung dengan penyempitan pembuluh jantung dan timbunan lemak. Kini pada sejumlah korban serangan jantung koroner ditemukan pembuluh darahnya relatif bersih dari timbunan lemak. Dalam beberapa penelitian, termasuk di Deaconess Institute, penderita mendapat pemeriksaan darah dengan teliti. Para ahli ingin mengetahui penyebab tingkat penggumpalan darah yang terjadi. Untuk mendukung hasil penelitian ini, oleh ilmuwan diteliti pula peranan plarelets atau trombosit, sel yang berperan penting dalam pembekuan darah. Keadaan ini dikaitkan dengan kadar tissue plasminogen activator atau TPA -- suatu senyawa yang bisa merusak gumpalan-gumpalan kecil yang terbentuk dalam darah. Tapi para kardiolog masih belum yakin aspek-aspek mana dari sistem pembekuan darah yang berhubungan langsung dengan penyakit jantung. Juga belum diketahui berapa besar dosis TPA yang harus diberikan kepada pasien jantung. Untuk mengetahui ini, perlu waktu bertahun-tahun. "Kami tetap yakin bahwa penggumpalan adalah faktor dominan pada serangan jantung. Wajar jika diteliti sebabnya terjadi penggumpalan," ujar Dr. George Sopko. Namun, belum ada data tentang penggunaan TPA pada pasien. "Saya tidak akan merekomendasikan tes kepada mereka yang datang ke kantor saya karena tak tahu apa yang harus saya lakukan dengan hasil itu," kata ahli jantung dari National Heart, Lung, and Blood Institute itu. Para dokter hingga kini belum yakin obat penghancur gumpalan bakal ditemukan dalam lima tahun mendatang. Apalagi menggagalkan serangan jantung. Obat-obatan yang bisa digunakan sementara ini hanya Streptokinase dan TPA. Kedua obat tadi secara rutin dapat mengobati serangan jantung tahap dini. "Jika diketahui mereka mempunyai kadar TPA rendah, sebaiknya berhentilah merokok atau mengurangi berat badan. Ini untuk meningkatkan kadar TPA dalam darah," kata Dr. Tofler. Teknik baru biokimia mempermudah para dokter mengidentifikasi tingkat TPA. Apalagi tubuh seseorang memproduksi TPA dalam jumlah yang berbeda-beda. Perbedaan itu bisa mencapai 3-5 kali lipat. Para ahli juga menemukan bahwa korban serangan jantung yang meninggal di pagi hari dua kali lipat dibanding yang meninggal pada waktu lain. Pagi hari, trombosit itu berada dalam keadaan paling kental. Karena itu, zat penghancur gumpalan kurang aktif. Untuk mengurangi penggumpalan, pemakaian Aspirin juga dianjurkan. Data yang ada menunjukkan daerah-daerah pembuluh darah yang tertutup gumpalan lemak, seperti kulit telur, umumnya menjadi rapuh. Pembuluh-pembuluh itu kehilangan sifat elastisnya. Ini terjadi setelah retak dan membelah pada waktu pembuluh mengencang akibat tekanan darah naik secara alami pada pagi hari. Kini para ahli jantung berpacu mempelajari anti-penggumpalan dengan harapan dapat mencegah serangan jantung. Di negara maju, dalam setahun, penyakit ini merenggut nyawa sekitar setengah juta orang. Di AS ada sekitar 1,5 juta orang menderita penyakit jantung. Hanya sekitar 200 ribu yang sempat menjalani operasi penyembuhan. Di Indonesia, berdasarkan hasil penelitian pada 1986, penyakit jantung menempati peringkat ketiga -- setelah infeksi saluran pernapasan dan diare. Tapi penyakit jantung menempati urutan pertama dalam jumlah kematian laki-laki di atas usia 40 tahun. Toh pasien penyakit jantung perlu bersabar. Untuk mengatasi penyumbatan pembuluh memang diperlukan waktu yang panjang. Meskipun demikian, penelitian dan teknik screening dan obat baru untuk melawan penggumpalan masih terus dilakukan. Rudy Novrianto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini