Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Lumpuh ulu musi

Wabah lumpuh yang aneh, disertai demam menyerang lahat, sum-sel. para dokter belum mengetahui virus penyebabnya. diduga sejenis malaria yang belum dikenal. wabah tersebut belum dilaporkan ke dinas kesehatan.

3 November 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIBA-TIBA Abusudin roboh dan menggelepar kesakitan. "Kaki saya bagai ditusuk jarum dan tubuh jadi panas dingin. Lalu kaki saya lumpuh," tutur nenek berusia 65 tahun itu. Tak hanya menimpa Abusudin, kelumpuhan mendadak itu tiba-tiba saja merebak di Kecamatan Ulu Musi, Lahat, Sumatera Selatan. Sekitar 1.000 penduduk kini lumpuh, lemah, dan tak berdaya. Bukan cuma mereka yang dewasa, anak-anak pun diserang kelumpuhan yang melanda 10 desa di kecamatan itu. Wabah itu mulai berjangkit sebulan lalu, tapi telah menelan banyak korban. Di Desa Simpang Perigi, dari 2.000 warga, 400 orang terserang kelumpuhan. Di tengah keadaan parah itu, lebih banyak penduduk yang memilih pengobatan dukun daripada puskesmas. Ada pula yang membiarkannya, karena setelah lumpuh selama 1 hingga 3 minggu, kelumpuhan itu hilang sendiri. Namun, pada beberapa kasus, setelah hilang, kelumpuhan menyerang lagi 1 atau 2 minggu kemudian. "Penyakit aneh yang menyerang penduduk Ulu Musi itu sejenis malaria yang belum dikenal," ujar Yusra Satria, dokter puskesmas Keban Agung. Namun, lulusan Universitas Andalas itu belum dapat memastikannya karena pemeriksaan virus mesti dilakukan di laboratorium. Dalam pengakuannya, pengobatan malaria yang diberikannya hanya berdasar prakiraan semata. "Terapi ini menyembuhkan, walau tak seratus persen," ujarnya. Data di puskesmas menunjukkan malaria menduduki tempat yang "terhormat". Peringkat pertama. Malaria di sini, menurut Yusra, sulit diberantas. Kondisi lingkungan pedesaan yang dikelilingi hutan menyulitkan pemberantasan nyamuk yang berkembang subur. Karena jenis penyakit yang belum jelas itu, Bolovian Saragih, dokter puskesmas Padang Tepong, mengaku berhati-hati dalam memberi pengobatan. Ia hanya memberi pengobatan simtomatis dengan obat-obatan antinyeri, penurun panas, vitamin, dan tetrasiklin. "Saya takut ada efek samping, karena virus penyakit itu masih misterius," ujar dokter ini. Meski sudah serius, laporan wabah itu belum sampai ke dinas kesehatan maupun Pemda Lahat. Tak semua penduduk datang berobat ke puskesmas, hingga pendataan angka pastinya sulit. Sementara ini hanya ada satu puskesmas dan empat buah puskesmas pembantu di sana. Tidak semuanya berfungsi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus