Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Toxic Financialship merupakan hubungan yang tidak sehat pada pasangan muda, seperti adanya ketergantungan hidup dari sisi ekonomi. Perencana Keuangan, Aidil Akbar, mengungkapkan toxic financialship sangat berhubungan dengan toxic relationship. “Toxic relationship sebenarnya muncul saat satu pihak, memaksakan kehendak kepada pasangannya,” katanya kepada Bisnis Rabu 10 Juni 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Generasi millennial akrab dengan istilah bucin. Kalau dahulu dikenal istilah cewek matre dimana pihak perempuan memanfaatkan keuangan pasangan laki-lakinya, tetapi sekarang ini banyak wanita yang dimanfaatkan oleh laki-laki, hingga menjadi toxic financialship.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurutnya, toxic relationship yang acap kali terdengar adalah perilaku posesif, mencela pasangan, tempramen buruk, mementingkan kepentingan lain daripada pasangan dan banyak contoh-contoh lainnya yang juga bisa masuk kedalam kategori toxic relationship.
Sadar tidak sadar sebenarnya ada juga hal-hal yang masuk ke dalam toxic financialship alias hubungan keuangan yang beracun, atau hubungan keuangan pasangan yang sangat tidak sehat dan ini diutamakan bagi mereka yang belum menikah alias masih dalam masa pacaran.
Aidil menjelaskan bahwa masalah keuangan akan terjadi ketika salah satu pihak harus melakukannya dengan terpaksa dan diluar batas kewajaran dan diluar batas kemampuan mereka. Masalahnya beralasan cinta, salah satu pasangan tidak merasa kalau mereka sedang berada didalam sebuah toxic financialship. Seperti dibilang oleh banyak orang cinta itu buta, maka seseorang sering tidak sadar kalau sebenarnya sedang berada di dalam suatu hubungan keuangan yang beracun alias toxic financialship.
Terdapat beberapa contoh toxic finacialship yang dijelaskan Aidil, yakni:
1. Laki-laki yang boros dan selalu menggunakan uang pasangannya;
2. Wanita yang dimanfaatkan dalam banyak kesempatan;
3. Lelaki yang sering berhutang ke pasangannya atau ke pihak lain dan yang melunasi adalah pasangannya;
4. Wanita yang sampai menjual aset atau barang yang dia miliki dan uangnya untuk pasangannya;
5. Laki-laki yang pinjam barang pasangannya untuk kemudian dijual dan uangnya dipakai sendiri;
6. Wanita yang pinjam uang ke orang lain dan uangnya digunakan pasangannya untuk main dengan teman-temannya;
7. Wanita yang sampai berbohong ke orang tua untuk mendapatkan uang untuk diberikan ke pasangannya;
8. Wanita yang sampai bekerja dan penghasilannya diberikan ke pasangannya dan dipakai untuk biaya hidup dan main;
9. Bahkan sampai ke level dimana wanita membelikan barang mahal (seperti handphone harga Rp 20 juta atau motor atau mobil atau rumah) atas nama pasangannya. Selanjutnya, yang membayar cicilan adalah si wanita.
“Secara keuangan, Anda telah menyia-nyiakan keuangan anda. Yang seharusnya uang tersebut bisa ditabung dan diinvestasikan untuk masa depan Anda, sekarang uang tersebut habis hanya untuk membuat pasangan anda bahagia dan itu pun belum menjamin hubungan kalian akan bahagia dan langgeng,” katanya Aidil.
Ia menambahkan bahwa uang tersebut bisa lebih bermanfaat bila ditabung dan investasi untuk biaya melanjutkan sekolah, untuk biaya pernikahan, untuk uang muka beli properti (apartemen/rumah), untuk biaya memiliki anak kelak, untuk biaya jalan-jalan dan masih banyak hal lainnya yang bermanfaat dibandingkan hanya untuk dihabiskan semua pada pasangan Anda.
BISNIS.COM