Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Penderita Gangguan Kepribadian Narsistik Rentan Alami Depresi

Psikiater mengatakan penderita gangguan kepribadian narsistik dapat mengalami komplikasi berupa gangguan kejiwaan seperti depresi.

7 Juni 2024 | 12.17 WIB

Ilustrasi depresi. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi depresi. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis kesehatan jiwa Rumah Sakit Soeharto Heerdjan, Suharpudianto, mengatakan penderita gangguan kepribadian narsistik dapat mengalami komplikasi berupa gangguan kejiwaan seperti depresi. Penyebabnya, penderita tidak selalu berada dalam lingkungan yang menyanjungnya dan membuatnya merasa paling penting.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Juga karena relasinya yang buruk dengan orang lain, bisa akhirnya pasien merasakan suatu kondisi seperti kehilangan karena dia tidak memiliki pola relasi yang cukup stabil," ujarnya dalam siaran Kementerian Kesehatan berjudul "Bukan Sekadar Narsis! Kenali Gangguan Kepribadian Narsistik", Kamis, 6 Juni 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain depresi, orang dengan gangguan narsisistik juga dapat menyalahgunakan narkoba sebagai respons maladaptif terhadap kondisi yang sulit diterima oleh lingkungan sekitar. Dia menyebutkan hal yang menarik adalah penderita gangguan kepribadian narsistik tidak ke dokter untuk konsultasi dan justru baru datang ketika mengalami gangguan lain, contohnya depresi.

"Karena biasanya gangguan kepribadian narsistik ini bersifat dalam terminologi medis kami adalah egosintonik, yang artinya orang merasa nyaman saja dengan gangguan kepribadian ini. Dia tidak merasakan sebagai gangguan kepribadian meskipun sudah menimbulkan penderitaan bagi lingkungan sekitar," katanya.

Segera beri bantuan
Suharpudianto menilai ketika depresi, penderita akan lebih mudah didekati untuk dibantu karena sudah kehilangan semangat. Namun, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan ketika ingin menolong. Menurutnya, lebih baik apabila pada awalnya didekati orang yang cukup dekat dengan penderita. Kemudian, orang dengan kepribadian yang lebih stabil perlu menerima keadaan dan memberikan solusi yang positif.

"Tidak apa-apa mengutarakan pendapat tetapi mungkin pendapatnya tidak bersifat judgemental, menghakimi, lebih kepada kita bisa memvalidasi, memberikan pendapat bahwa kita mengerti kondisinya seperti itu," paparnya.

Dengan demikian dapat dilakukan pendekatan yang lebih baik untuk membantu penderita memahami kondisi yang disebabkan gangguan itu sehingga mau bertemu dengan tenaga profesional. Suharpudianto menyebut sejumlah hal dapat dilakukan untuk menangani gangguan jiwa yang disebabkan gangguan kepribadian itu, antara lain farmakoterapi dan psikoterapi. Menurutnya, selain dengan disiplin mengikuti anjuran dokter mengenai pengobatan dan kontrol yang teratur, lingkungan yang suportif juga penting dalam proses pemulihan penderita gangguan narsisistik dengan depresi.

"Setidaknya kalau mungkin Anda kesulitan memberikan kalimat-kalimat yang sifatnya memvalidasi atau mensuport, cukup menunjukkan bahasa tubuh yang tidak akan direspons dengan salah pengertian oleh orang yang sedang dalam terapi ini," pesannya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus