Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Penderita Kusta di Indonesia Terbanyak ke-3 di Dunia, Apa Penyebab Penyakit Kusta?

Indonesia urutan ketiga penderita kusta terbanyak di dunia berdasarkan data WHO. Peringkat pertama Inda, kemudian Brasil. Apa gejala penyakit kusta?

29 Juni 2022 | 07.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang penyandang kusta melakukan pencoblosan Pilkada Tangerang di rumahnya di kawasan Sitanala, Tangerang, Banten, (31/8). Tangerang secara serantak laksanakan Pemilihan walikota dan wakil walikota di 13 kecamatan. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menempati peringkat ketiga kasus kusta terbanyak di dunia hingga 2020 lalu.Penderita kusta terbanyak pada 2020 ditempati India dengan total 65.147 kasus. Urutan kedua ditempati Brasil dengan penderita kusta sebanyak 17.979 orang. Sementara Indonesia menempati urutan ketiga dengan total penderita kusta sebanyak 11.173 orang.

Setiap 31 Januari diperingati sebagai Hari Kusta Sedunia. Hari Kusta Sedunia dirayakan dengan tujuan menjadi sebuah momen untuk mengingat bahwa orang-orang yang pernah mengalami penyakit kusta perlu mendapatkan perhatian dan kepedulian lebih dari masyarakat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengutip dari laman RSUD Kota Bekasi, disebutkan bahwa penyakit kusta adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang menyerang kulit, sistem saraf perifer, selaput lendir pada saluran pernapasan atas, dan mata. Penyebab kusta adanya bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri tersebut akan tumbuh dengan pesat pada bagian tubuh yang memiliki suhu dingin, seperti wajah, tangan, kaki, dan lutut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gejala Penyakit Kusta

Gejak penyakit kusta tidak terlihat jelas dan sangat lambat untuk diketahui. Bahkan, gejala kusta bisa muncul 20 tahun setelah bakteri berkembang biak di dalam tubuh penderita kusta. Secara umum, gejala-gejala kusta adalah sebagai berikut:

1. Kemunculan lesi pucat dan menebal pada kulit.

2. Muncul luka, tetapi tidak terasa sakit.

3. Terjadi pembesaran saraf di siku dan lutut.

4. Kehilangan alis dan bulu mata.

5. Mati rasa, baik sensasi terhadap perubahan suhu, tekanan, sentuhan, maupun rasa sakit.

6. Hilangnya jari.

7. Kelemahan otot, khususnya otot kaki dan tangan, yang bisa menyebabkan kelumpuhan.

8. Kerusakan pada hidung yang bisa menimbulkan mimisan hingga kehilangan tulang hidung.

9. Mata menjadi kering dan jarang berkedip.

Pengobatan Penyakit Kusta

Penderita penyakit kusta masih bisa disembuhkan melalui berbagai penanganan medis dengan pemberian obat-obatan. Bahkan, di Indonesia pemberian obat bagi penderita penyakit kusta tidak dipungut biaya apapaun alias gratis.

Selain itu, dalam 20 tahun terakhir, sudah ada 16 juta penderita kusta yang berhasil sembuh. World Health Organization (WHO) juga sudah mengembangkan Multi Drug Therapy (MDT) pada 1995. Multi Drug Therapy ini menjadi salah satu solusi untuk mengobati penyakit kusta. Melansir dari laman Dinas Kesehatan DKI Jakarta, kombinasi obat dalam MDT tergantung dari tipe kusta yang diderita. Bagi tipe kering, obat harus dikonsumsi selama 6 bulan. Sedangkan, untuk tipe basah, obat harus dikonsumsi selama 12 bulan. Ingat, obat ini harus dikonsumsi secara teratur.

Pencegahan Penyakit Kusta

Terdapat berbagai cara dan upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah kusta, antara lain:

  1. Menjaga imunitas dengan makanan bergizi

Salah satu cara paling penting dalam pencegahan kusta adalah menerapkan pola hidup yang sehat. Pola hidup sehat, seperti memakan makanan yang bergizi dan rutin berolahraga akan berdampak pada sistem imum. Sistem imun yang baik ini akan berdampak baik, bagi tubuh, tidak hanya melindungi dari kusta, tetapi dari penyakit lain juga.

  1. Sirkulasi udara yang baik

Selain menerapkan pola hidup yang sehat, Anda juga bisa mengatur ventilasi rumah Anda dengan baik. Hal ini dimaksudkan supaya udara dapat sirkulasi udara dengan baik sehingga bakteri dan virus yang ada di rumah akan semakin kecil risikonya untuk ‘hidup’.

EIBEN HEIZIER

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus