Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Peneliti Ungkap Madu Lebih Baik dari Obat Flu, Cek Alasannya

Peneliti di Universitas Oxford menemukan bahwa madu lebih ampuh meradakan infeksi saluran pernapasan, flu, dan batuk dibanding obat dan antibiotik.

21 Agustus 2020 | 13.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Universitas Oxford di Inggris menemukan madu dapat membantu meredakan gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA) lebih baik daripada beberapa obat flu dan antibiotik, terutama karena sebagian besar infeksi ini karena virus sehingga tidak dapat diobati oleh antibiotik. Para peneliti mengamati 14 studi yang membandingkan penggunaan madu dengan antibiotik, produk Over the Counter Market (OTC) seperti antihistamin, pereda batuk, ekspektoran (produk yang membantu membersihkan lendir), dan plasebo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah membandingkan studi dan temuan, para peneliti menemukan madu memang membantu meredakan gejala lebih baik daripada produk OTC dan antibiotik. Menurut dua studi, gejala sakit pada orang yang menggunakan madu lebih sedikit daripada yang lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kami menemukan madu kemungkinan besar memperbaiki gejala ISPA, dengan bukti terkuat dalam konteks frekuensi batuk dan tingkat keparahan batuk. Bukti moderat mendukung penggunaannya daripada perawatan biasa untuk gejala ISPA lain dan sebagian besar bukti berasal dari penelitian pada anak-anak," kata peneliti, seperti dikutip dari Medical Daily.

Mereka mengatakan madu lebih efektif dan tidak terlalu berbahaya dibandingkan perawatan alternatif biasa dan menghindari kerusakan melalui resistensi antimikroba. Meskipun demikian, anak-anak di bawah usia 1 tahun sebaiknya tidak mengonsumsi madu karena berisiko terkena botulisme. Anak yang berusia di atas setahun biasanya dapat mengonsumsi madu dengan aman karena sistem pencernaannya telah matang.

Jika ragu, bicarakan hal ini dengan dokter. Pilek dan ISPA yang mempengaruhi sinus, hidung, laring, dan faring dapat membuat lelah, dengan gejala seperti sakit tenggorokan, hidung tersumbat, batuk. Untuk melewati hari atau tidur sepanjang malam, beberapa orang meminta antibiotik dari dokter atau obat flu dan alergi yang dijual bebas.

Meskipun produk obat OTC sudah tersedia, bisa berbahaya bagi sebagian orang. Dekongestan misalnya, dapat menyebabkan efek samping yang serius, seperti tekanan darah tinggi, kecemasan, dan detak jantung tidak teratur.

“Dekongestan tidak boleh digunakan pasien yang secara bersamaan menggunakan inhibitor oksidase monoamine (sejenis antidepresan), kombinasi ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah yang mengancam jiwa," kata para apoteker.

Obat batuk memiliki peringatan sendiri. Jika diminum terlalu sering atau dalam dosis yang lebih tinggi dari yang direkomendasikan, obat ini dapat menyebabkan halusinasi, tekanan darah tinggi, dan kejang. Ekspektoran, di sisi lain, memiliki lebih sedikit efek samping.

Antibiotik tidak berguna untuk mengobati infeksi virus seperti pilek dan sebagian besar ISPA. Zat ini tidak akan mengurangi gejala dan menggunakannya dalam situasi ini dapat menyebabkan resistensi antibiotik.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus