Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hari Keluarga Nasional (Harganas) diperingati setiap 29 Juni. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo berharap Harganas ke-31 menjadi momen penting untuk menekan angka perceraian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kita perlu prihatin angka perceraian meningkat dan bahkan terakhir mencapai 516.344 kasus. Saya kira ini perlu mendapat perhatian kita semua di Hari Keluarga ini," ujar Hasto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Puncak Harganas ke-31 diselenggarakan oleh BKKBN di Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu, 29 Juni 2029. Perayaan tersebut menghadirkan beragam kegiatan selama kurang lebih tujuh hari dalam rangka mewujudkan program pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana atau Bangga Kencana, sekaligus percepatan penurunan stunting.
Menurut Hasto, angka perceraian naik akibat banyak orang toksik, juga hubungan dan persahabatan yang toksik, sehingga menimbulkan konflik-konflik kecil berkepanjangan di dalam keluarga.
"Di dalam keluarga akhirnya uring-uringan sehingga akhirnya bercerai, mayoritas karena perbedaan kecil yang berkepanjangan," ucapnya.
Percepatan penurunan stunting
Namun, di sisi lain Hasto tetap mengapresiasi keberhasilan intervensi sensitif melalui program bangga kencana dan percepatan penurunan stunting yang dilakukan setiap hari dan membuahkan hasil yang membaik.
"Kita bersyukur ada faktor sensitif, termasuk yang sangat populer, perkawinan usia anak mengalami penurunan secara signifikan, yaitu 6,92 persen. Menurun juga dispensasi nikahnya dari hari ke hari faktor yang membuat stunting membaik," paparnya.
Terkait percepatan penurunan stunting, Hasto menjelaskan yang paling tepat yakni tetap mengikuti strategi nasional. "Ada dua, bagaimana kita mengintervensi faktor sensitif dan spesifik. Keduanya harus simultan dijalankan dan secara khusus. Strategi yang paling efisien adalah mendiagnosis dengan tepat sehingga kita tahu keluarga berisiko tinggi stunting yang mana dan bayi yang stunting yang mana. Ibu hamil, pranikah, juga menjadi bagian penting untuk mencegah stunting baru," jelasnya.
Sesuai stranas percepatan penurunan stunting, Hasto juga melaporkan semua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dengan jumlah lebih dari 10 ribu sudah berkomitmen baik. “Kita melakukan sosialisasi dan edukasi, juga sudah melakukan pendataan untuk gerakan serentak intervensi serta percepatan penurunan stunting. Hari ini penimbangan, pendataan tinggi badan, dan pengukuran sudah mencapai 92,29 persen di seluruh Indonesia," ungkapnya.
Menurutnya, melalui intervensi pengukuran serentak maka perbedaan antara Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dan Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat elektronik (e-PPGBM) yang dipertanyakan para kepala daerah dapat segera terjawab. "Insya Allah dalam waktu dekat akan dilakukan verifikasi dan validasi terhadap data yang bapak/ibu kepala daerah berikan dan segera angka tersebut akan diselesaikan," tuturnya.
Pilihan Editor: Pendapat Pengacara Perceraian tentang Kualitas Pasangan Idaman