Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Penyakit Tulang Belakang Ini Banyak Menyerang Wanita, Apa Itu?

Konon, penyakit tulang belakang ini lebih banyak menyerang wanita dan faktor peningkat risikonya juga beragam.

2 Juni 2018 | 10.41 WIB

Ilustrasi wanita sakit. shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi wanita sakit. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat perlu memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kesehatan tulang belakang, terutama untuk mengantisipasi sedini mungkin ancaman penyakit skoliosis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Skoliosis merupakan salah satu deformitas tulang belakang yang mengakibatkan kemiringan pada tulang belakang dengan sudut lebih dari 10 derajat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada kasus dengan derajat kemiringan yang rendah atau sedang, skoliosis dapat menyebabkan rasa nyeri pada penderitanya, sedangkan pada tingkat keparahan tertentu kondisi tersebut dapat menyebabkan kematian.

Didik Librianto, Ketua Ortopedi Spine Indonesia, Perhimpunan Ahli Bedah Ortopedi Indonesia, mengungkapkan berdasarkan data dari berbagai kasus yang ditemukan, terdapat beberapa kecenderungan terkait dengan skoliosis.

"Yang pertama, skoliosis lebih banyak diderita oleh wanita dibandingkan dengan pria dengan rasio 8:1," katanya.

Kemudian, memiliki saudara kandung yang menderita skoliosis meningkatkan risiko terkena skoliosis hingga tujuh kali dari yang tidak. Anak dengan orang tua yang menderita skoliosis juga memiliki tingkat risiko hingga tiga kali lipat

"Meski sampai saat ini belum diketahui penyebab pastinya, tetapi skoliosis dapat dideteksi sejak dini. Kasus yang tertangani sebelum memasuki usia remaja dapat memaksimalkan tatalaksana yang dilakukan," tambah Didik.

Meski penyebab pasti kelainan ini masih menjadi misteri, bukan berarti tidak dapat diatasi. Deteksi dini menjadi langkah penting agar terhindar dari dampak negatif skoliosis.

Namun deteksi dini sebaiknya dilakukan pada saat seseorang berusia 10 hingga 14 tahun dan dilakukan setahun sekali selama tiga tahun. Hal ini dilakukan mengingat kasus skoliosis paling banyak ditemukan pada usia remaja.

Jika skoliosis ditemukan pada penderita yang berusia di bawah 18 tahun, tatalaksana juga masih dapat yang dilakukan dengan maksimal karena proses pembentukan tulang pada saat itu belum sempurna.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus