Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Penyebab Sesak Napas dan Kondisi Medis Terkait

Sesak napas terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan cukup udara untuk dihirup. Cek penyebab lain dan kondisi medis terkait.

13 Maret 2022 | 19.40 WIB

Image of Tempo
Perbesar
ilustrasi sesak napas. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sesak napas selalu dikaitkan dengan masalah jantung atau paru-paru. Padahal, sesak napas bisa disebabkan oleh beberapa hal. Untuk menilai alasan yang tepat di baliknya, orang harus mencatat kejadian dan aktivitas yang memicunya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sesak napas terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan cukup udara untuk dihirup. Dalam hal ini, orang tersebut cenderung bernapas lebih keras dan lebih cepat tetapi tidak mampu menyediakan udara yang cukup di dalam, bahkan terengah-engah. Istilah medis untuk sesak napas adalah dispnea. Situasi ini dapat digambarkan ketika bukan seorang pelari berlari selama beberapa waktu dan kemudian terengah-engah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sesak napas menjadi masalah ketika mengalaminya, bahkan setelah melakukan pekerjaan fisik ringan seperti berjalan, menaiki tangga, atau berjalan normal di permukaan yang rata. Apa kemungkinan penyebabnya?

Ada sejumlah alasan medis dan nonmedis di balik sesak napas. Orang dapat mengalami sesak napas saat berada di ketinggian atau saat kualitas udara berada pada tingkat yang berbahaya, saat suhu terlalu tinggi, atau bahkan setelah melakukan olahraga berat.

Ada beberapa kondisi medis yang memicu sesak napas. Masalah seperti alergi, asma, masalah jantung, penyakit paru-paru, pneumonia, obesitas, TBC juga menyebabkan dispnea. Baru-baru ini, COVID-19 juga dikatakan mempengaruhi kemampuan bernapas pasien.

Banyak orang yang memiliki gejala khas COVID-19 seperti sakit tenggorokan, pilek, juga mengalami masalah pernapasan selama infeksi. Apa komplikasi medis yang mendasarinya? Seperti disebutkan di atas, sejumlah alasan dapat mempengaruhi kapasitas pernapasan seseorang.

“Kondisi medis tergantung pada penyebab sesak napas sebab bisa karena masalah paru-paru, jantung, ginjal, atau otot. Jadi, jika tidak ditangani, itu dapat menyebabkan penyakit utama pada paru-paru, ginjal, jantung, atau sistem otot apapun, terutama di paru-paru dapat menyebabkan perubahan yang tidak dapat diubah jika diabaikan atau tidak didiagnosis selama perjalanan awal penyakit,” kata Dr. Kashmira Jhala, konsultan pulmonologi Apollo Hospital, Ahmedabad, dilansir dari Times of India.

Oleh karena itu, disarankan untuk mengikuti saran dokter jika masalah berlanjut untuk waktu yang lama. Kapan itu normal dan orang tidak boleh terlalu memikirkannya? Jika masalah itu terjadi akibat peristiwa seperti tidak bisa tidur di malam hari atau suhu yang tinggi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jika situasinya nonmedis dan bisa diperbaiki, bisa jadi masalah sesak napas.

“Tes fungsi paru perlu dilakukan untuk mengetahui kapasitas paru dan masalah yang mendasari. Ini seperti tes skrining untuk sesak napas. Jika normal dan fungsi tubuh lain juga normal, maka orang tersebut dapat diobservasi dan dipantau selama tes fungsi paru secara berkala,” katanya.

Kapan harus khawatir? Jika gejalanya terus menerus, berkembang, dan berhubungan dengan gejala lain, maka tidak boleh diabaikan. Jika tes fungsi paru-paru-paru (PFT) dasar primer tidak normal, maka pasti penderita harus mengunjungi ahli paru. Gejala lain seperti nyeri dada, dada terasa berat, mengi, batuk, terbangun di malam hari, mendengkur, edema pada kedua kaki, dan kelelahan juga harus diperiksa jika mengalami sesak napas.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus