Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim investigasi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM menilai penggunaan gas air mata sebagai awal penyebab terjadinya Tragedi Kanjuruhan setelah laga Arema FC vs Persebaya Surabaya pada Sabtu, 1 Oktober 2022. Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam mempertanyakan soal perencanaan pengamanan dari kepolisian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jadi, gas air mata yang membuat panik," kata Choirul Anam di Malang, Jawa Timur, Rabu, 5 Oktober 2022. Padahal, menurut dia, situasi masih cukup terkendali pada beberapa menit setelah penonton mulai masuk ke lapangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akibat aksi polisi yang menembakkan berkali-kali gas air mata, jatuh korban jiwa dalam tragedi Kanjuruhan. Tercatat, 131 orang meninggal dan ratusan lainnya luka-luka.
Apa itu zat 2-chlorobenzalmalononitrile?
Gas air mata mengandung bahan kimia berbahaya yang menyebabkan iritasi kulit, mata, dan pernapasan. Mengutip Medical News Today, ada beberapa kandungan bahan kimia gas air mata, salah satunya zat 2-chlorobenzylidenemalononitrile (CS)
Mengutip Science Direct, CS atau 2-chlorobenzylidenemalononitrile salah satu kandungan gas air mata yang umum digunakan di dunia. Biasanya sering digunakan oleh militer dan aparat penegak hukum sebagai metode pengendalian individu dan massa.
Militer juga menggunakan itu selama latihan untuk melatih personel dalam penggunaan peralatan pelindung. Adapun 2-chlorobenzylidenemalononitrile dikembangkan pada 1950-an.
Zat 2-chlorobenzylidenemalononitrile ditemukan oleh dua orang Amerika, Ben Carson dan Roger Staughton pada 1928. Setelah itu dikembangkan dan diuji secara rahasia di Porton Down di Wiltshire, Inggris. Pengujian itu pada kurun 1950-an dan 1960-an, ketika 2-chlorobenzylidenemalononitrile digunakan pertama kali terhadap hewan, kemudian relawan prajurit angkatan darat Inggris. Khususnya 2-chlorobenzylidenemalononitrile memiliki efek terbatas ketika terkena hewan. Sebab, saluran air mata yang kurang berkembang dan perlindungan bulu.
Metode produksi tak berubah sejak zat itu ditemukan oleh B Carson dan R Staughton. Sifat fisiologis telah ditemukan oleh ahli kimia yang pertama kali mencoba sintesis senyawa pada 1928.
Merujuk National Center Biotechnology for Information, suhu dan tekanan harian 2-chlorobenzylidenemalononitrile membentuk kristal putih, uap rendah. Aerosol 2-chlorobenzylidenemalononitrile sebagai bubuk dengan partikel mikroskopis iritan kuat yang melekat, terutama di selaput lendir lembap dan kulit.
Mata organ paling sensitif dalam pengendalian kerusuhan karena 2-chlorobenzylidenemalononitrile menyebabkan epifora, blepharospasm, sensasi terbakar, dan masalah penglihatan. Batuk, peningkatan sekresi lendir, sakit kepala parah, pusing, sesak napas, reaksi kulit, dan air liur berlebihan. Timbulnya gejala terjadi dalam 20 detik hingga 60 detik.Jika individu yang terpapar ditempatkan di udara segar, biasanya efeknya akan berkurang setelah 30 menit.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.