Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dokter spesialis penyakit dalam atau internis di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung, Hendarsyah Suryadinata, mengatakan, ada tiga kalangan yang rawan jika terkena gas air mata. Mereka yaitu orang tua, anak-anak, dan kasus pada orang tertentu yang punya komorbiditas atau penyakit penyerta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Yang dikhawatirkan pada orang-orang yang punya komorbid itu,” katanya, Kamis 6 Oktober 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mencontohkan pasien penyakit asma berat atau penyakit paru obstruksi kronis yang dialami perokok selama puluhan tahun. Pada mereka, dampaknya bisa menyebabkan kematian.
Selain itu penyakit yang berhubungan dengan pernapasan, seperti pada orang dengan gagal jantung atau gagal ginjal dengan kondisi paru-paru yang terendam cairan. Pun pada orang yang mengidap bronchitis atau paru-paru basah.
“Napas biasa saja terengah-engah apalagi kena paparan gas air mata, tambah sesak, bahaya itu,” ujar Hendarsyah.
Hendarsyah menerangkan, gas air mata sebenarnya tidak berisi gas, melainkan serbuk berukuran mikrometer yang disimpan dalam kaleng bertekanan tinggi. Ketika ditembakkan, kalengnya terbuka dan isinya keluar seperti gas.
Zat pada gas air mata seperti tertulis di kemasannya, bisa mengandung Chloroacetophenone (CN), Chlorobenzylidenemalononitrile (CS), atau Dibenzoxazepine (CR). Mereka bersifat hidrofilik yang akan melekat pada bagian tubuh yang basah.
“Misalnya mata, hidung, mulut, dan saluran nafas,” kata Hendarsyah.
Efek pada orang yang terkena zat aktif itu seperti menimbulkan sensasi terbakar pada kulit yang basah oleh air atau keringat. Sementara pada mata akan mengucurkan air mata sebagai respon tubuh pada zat yang membahayakan.
Pada saluran cerna, kerongkongan terasa seperti terbakar. Adapun di saluran napas menurutnya bisa lebih parah lagi, yaitu bisa menimbulkan sesak, napas pendek, rasa terbakar di paru-paru, dada, atau mengalami sesak hebat.
“Satu-satunya cara yaitu perlu fresh air changer, harus ada pertukaran udara bebas,” ujar Hendarsyah.
Selain itu menyingkirkan zat iritasi yang menempel seperti membersihkan mata dengan air, mencuci kulit tangan, dan melepas pakaian yang dipakai jika basah. Adapun pada zat gas air mata yang masuk ke saluran pernapasan dalam, caranya dengan memasang oksigen kemudian bisa diberikan pengencer dahak untuk mudah dikeluarkan.
"Tetapi penanganan seperti itu harus dilakukan di fasiltas layanan kesehatan," kata Hendarsyah lagi.