Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap orang yang melakukan aktivitas harian secara terus-menerus pastinya memiliki titik lelahnya masing-masing. Kondisi lelah ini dapat dialami secara fisik dan mental. Kelelahan dapat dibagi lagi menjadi burnout dan fatigue.
Seringkali, orang menganggap keduanya adalah hal yang sama. Berikut merupakan perbedaan antara burnout dan fatigue:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Burnout
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dilansir dari WHO, burnout adalah sebuah sindrom yang muncul pada manusia akibat stres kronis dari pekerjaan sehari-harinya. WHO memasukkan burnout dalam klasifikasi penyakit internasional karena fenomena pekerjaan. Namun, penyakit ini tidak masuk ke dalam penyakit medis.
Ketika seseorang telah menderita burnout, gejala yang akan dirasakan, yaitu berubahnya nafsu makan, kekebalan tubuh menurun, merasa lelah sepanjang waktu, dan sakit kepala. Gejala ini paling banyak berawal dari pekerjaan yang dilakukan oleh para penderitanya. Mereka terlalu banyak bekerja dan tidak memikirkan risiko ketika mulai mengalami kelelahan.
Selain pekerjaan, burnout juga bisa muncul karena gaya hidup atau kepribadian penderita. Kurangnya hubungan yang intens dan dukungan dari orang terdekat mampu membuat penderita mudah terkena burnout. Menurut Eliana Cohen, psikolog asal Toronto, burnout bisa saja terjadi ketika seseorang terlalu bersemangat dalam mengerjakan proyek rumit dan memakan waktu. Ketika bersemangat dan tiba-tiba mengalami kehabisan tenaga, seseorang akan mengalami kelelahan tersebut.
Fatigue
Fatigue terjadi ketika penderita telah mengalami rasa lelah yang luar biasa. Kelelahan ini dapat menyebabkan kesulitan bangun di pagi hari dan menjalani hari dengan berat. Kelelahan juga membuat penderitanya memiliki keinginan besar untuk tidur secara terus-menerus. Ketika sudah telanjur mengalami fatigue, penderita akan mengalami beberapa gejala, seperti gugup, sulit berkonsentrasi, energi cepat habis, dan tidak sabar.
Penyebab fatigue sebenarnya bisa disebabkan karena beberapa kondisi, seperti pengobatan, kelainan, dan gaya hidup. Kemudian, fatigue juga bisa disebabkan oleh infeksi, seperti HIV, influenza, COVID-19, atau radang paru-paru. Apabila tidak diatasi dengan baik, fatigue bisa menyebabkan kondisi kronis bagi penderitanya.
Cara Mengatasi Burnout dan Fatigue
1. Hindari Berkontak Terus Menerus dengan Orang Negatif
Burnout dapat dicegah dengan cara menghindari orang-orang dan pandangan yang negatif. Sebab, hal tersebut hanya membuat suasana hati penderita tidak baik. Penderita harus membatasi jumlah waktu yang dihabiskan bersama dengan orang negatif.
2. Pergi ke Penyedia Layanan Kesehatan Profesional
Ketika menyadari bahwa diri telah mengalami fatigue, penderita sebaiknya pergi ke penyedia layanan kesehatan. Penderita bisa menanyakan tentang gaya hidup dan pengobatan yang tepat untuk gejala yang dialami. Biasanya, penderita akan menjalani beberapa tes laboratorium.
3. Menjaga Gaya Hidup Sehat
Bagi penderita burnout dan fatigue, gaya hidup merupakan kunci dari kesehatan psikis dan fisiknya. Pertama, penderita bisa melatih kebiasaan tidur selama 7 jam dalam sehari. Kedua, menghindari konsumsi alkohol atau obat-obatan. Ketiga, pengelolaan stres melalui olahraga, seperti yoga untuk mendapatkan banyak energi positif.
CHATELAINE | CLEVELAND CLINIC | HELPGUIDE
Pilihan editor: Sadari Batasan Tubuh untuk Cegah Stres karena Pekerjaan