Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Akar Bajakah belakangan menjadi tren karena disebut bisa mengobati kanker. Pakar medis dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Provinsi DKI Jakarta, Venita, berpendapat hasil temuan para siswa asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah, tentang akar tanaman Bajakah untuk melawan kanker payudara masih tahap awal untuk menjadi obat yang tersertifikasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Yang saya tahu, proses untuk menjadi obat kanker tersertifikasi itu panjang sekali dan mahal. Mungkin Bajakah masih pada tahap yang sangat awal dan untuk dinyatakan efektif bagi kanker, masih banyak tahapan ilmiah yang perlu dilewati," kata Venita.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Temuan akar tanaman Bajakah yang dipresentasikan dalam Invention Creativity (WICO) di Seoul, Korea Selatan, pada Juli 2019 itu berupa bubuk teh sebagai obat penyembuh kanker payudara. Tapi, Venita tidak menampik potensi akar itu sebagai obat kanker karena telah banyak obat pelawan kanker berasal dari tumbuhan.
Temuan obat kanker siswi Kalimantan Tengah akan dipatenkan. Kredit: Tempo/Karana WW
"Tapi, tidak lantas karena penelitian kecil atau percobaan pada hewan, ataupun percobaan pada satu-dua orang, lantas langsung diputuskan tumbuhan tersebut pasti efektif untuk kanker," tuturnya.
Venita menyarankan pasien kanker tetap harus mengikuti standar pengobatan dan terapi sesuai bukti medis, antara lain pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi. Sementara pengobatan yang bersifat suplemen atau herbal sebaiknya hanya menjadi komplemen.
"Kalaupun (Bajakah) mau dipakai, pasien harus tetap mengikuti protokol pengobatan yang ada sesuai bukti medis dan yang bersifat suplemen atau herbal menjadi komplemen," katanya.
Venita berharap penemuan obat kanker akan semakin berkembang merujuk pada penemuan awal tentang akar Bajakah itu.