Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Perlunya Detoks Media Sosial untuk Lepaskan Diri dari Jerat Kecanduan

Tak cuma anak, orang tua juga perlu diselamatkan dari kecanduan media sosial. Caranya bisa dengan melakukan detoks media sosial.

8 Februari 2025 | 21.14 WIB

Ilustrasi anak bermain gadget/media sosial diawasi orang tua. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi anak bermain gadget/media sosial diawasi orang tua. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Media sosial dirancang untuk membuat pengguna mendapatkan kepuasan instan seperti saat memakai narkoba atau menang judi. Dampak kecanduan media sosial tidak sederhana dan remaja serta anak-anak termasuk yang paling rentan terkena dampaknya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Efek kecanduan bisa berupa berkurangnya kepercayaan diri karena sering membandingkan diri dengan kehidupan orang lain yang ditampilkan di media sosial, takut ketinggalan informasi dan tren terkini (FOMO), serta menurunnya konsentrasi belajar. Lebih mengerikan lagi, hubungan dengan dunia luar tanpa batas membuat anak dalam posisi "tidak aman" meski berada di dalam rumah. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Contohnya, banyak anak yang terlibat judi online. Data KPAI menyebut judi online menyeret 80 ribu anak berusia di bawah 10 tahun dan 197 ribu lebih anak berumur hingga 19 tahun. Kemudian kasus eksploitasi seksual. Selama Mei-November 2024, Polri membongkar 47 kasus pornografi online anak dan membekuk total 58 tersangka.

Yang perlu dipahami di sini adalah  teknologi sebenarnya bukan ancaman. Namun yang menjadi masalah adalah bagaimana teknologi digunakan untuk mengeksploitasi emosi negatif manusia. Menyadari hal tersebut, pemerintah tidak berdiam diri. Berbagai upaya sudah dilakukan untuk melindungi anak-anak dari ancaman kejahatan digital.

Yang teranyar, Kementerian Komunikasi dan Digital memperkenalkan aplikasi SAMAN (Sistem Kepatuhan Moderasi Konten) yang dirancang sebagai "polisi" yang menjaga ruang digital tetap aman bagi masyarakat, termasuk anak-anak. Aplikasi ini juga dirancang untuk mengawasi kepatuhan para penyelenggara User Generated Content (PSE UGC) untuk meminimalkan keberadaan konten ilegal seperti judi online, pornografi, dan pinjaman online ilegal.

Pentingnya peran orang tua
Tidak mudah memisahkan anak-anak dari medsos yang sudah menjadi bagian keseharian. Generasi digital ini sejak lahir sudah mengenal teknologi, tumbuh dan berkembang bersama teknologi digital. Bahasa medsos adalah bahasa ibu bagi mereka.

Tetapi, apakah anak-anak itu sudah mengenal medsos begitu lahir? Apakah mereka minta dibuatkan akun medsos begitu tangan dokter mengeluarkan dari perut ibu? Tentu tidak. Lingkungan lah yang memperkenalkannya kepada anak-anak, terutama adalah orang tua.

Sebagian orang merasa lebih tenang bekerja karena anak tenang di kamar berselancar di dunia maya. Ada juga yang merasa anak lebih aman jika berada di dalam rumah bermain gawai tanpa sadar predator pun bisa dengan mudah masuk ke rumah melalui gawai dan memangsa anak-anak.

Berbagai platform media sosial sebenarnya sudah memberikan batas minimal umur untuk membuat akun atau mewajibkan menggunakan email orang tua sebagai bentuk pengawasan. Kenyataannya, syarat-syarat itu bisa dengan mudah diakali. Yang sekarang menjadi orang tua rata-rata adalah generasi imigran digital, yang mengalami peralihan teknologi dari analog ke digital. 

Banyak di antara mereka yang secara teknologi kalah pintar dari anak-anaknya. Padahal, peran orang tua sangat dibutuhkan di sini. Bukan hanya untuk mengawasi tetapi juga sejak dini membiasakan anak menggunakan media sosial dengan bijak dan seimbang. Misalnya, dengan membatasi waktu berselancar di dunia maya, menjadi pengikut akun anak untuk memantau aktivitas mereka.

Sesekali, boleh juga orang tua bersama anak melakukan detoks media sosial. Orang tua juga perlu diselamatkan dari kecanduan medsos. Detoks bisa dilakukan dengan menonaktifkan medsos selama 24 jam dan menjadi tantangan berat. Satu jam pertama masih aman. Satu jam berikutnya dunia mulai terasa sepi. Anak dan orang tua yang juga kecanduan media sosial akan refleks mencari telepon seluler. 

Sebenarnya ini jadi peluang orang tua untuk merebut kembali perhatian anak yang selama ini sudah didominasi medsos. Caranya bisa dengan mulai mengobrol, melakukan aktivitas bersama, jalan-jalan, atau apapun, yang penting terkoneksi secara nyata. Dengan detoks media sosial anak akan membuktikan tanpa medsos ternyata hidup tetap berjalan, bahkan mungkin bisa lebih seru. Hilangnya kendali medsos pada anak-anak bisa jadi justru akan membuat mereka lebih kreatif. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus