Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Perpaduan Bir dan Kopi Beri Sensasi Berbeda di Lidah

Bagaimana jika kopi dan bir bertemu? Sensasi ini bisa dirasakan dengan mencicip coffee blonde, perpaduan bir kriya dengan biji kopi Kintamani.

8 Februari 2025 | 07.49 WIB

Peluncuran Coffee Blonde 1 Februari 2025/Expat
Perbesar
Peluncuran Coffee Blonde 1 Februari 2025/Expat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Dua pramusaji berkemeja hijau berkelir putih itu tak henti-hentinya membuka keran pada dispenser bir tower yang berada di sudut ruangan. Dengan cekatan, tangan mereka meraih gelas-gelas yang tersusun rapi di atas meja. Gelas-gelas itu, seketika berisi bir dengan busa putih padat yang mengambang di atasnya. Para tamu undangan silih berganti mengambil bir yang telah siap dan langsung menikmatinya dengan iringan lagu dari selektor disjoki yang memainkan musik. Sore itu, Sabtu, 1 Februari 2025, sebuah produk bir yang berkolaborasi dengan kopi diluncurkan di Expat. Roasters yang berlokasi di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Bir kriya yang dipadukan dengan kopi itu bernama coffee blonde, gabungan antara biji kopi Kintamani dan bir khas Bali. Kreasi minuman itu merupakan kolaborasi yang digagas oleh Expat. Roasters bersama Black Sand Brewery — yang sama-sama berbasis di Bali. Berwarna emas kepucatan dengan aroma kopi yang khas, menawarkan pengalaman rasa baru bagi siapapun yang mencicipinya. Aroma kopinya mengungkapkan sedikit karamel, cokelat, jeruk kering, buah beri, dan sentuhan madu. Dengan kadar alkohol 4,5 persen, bir kriya ini begitu mudah untuk dinikmati. 

CEO & Founder Expat Roasters Shae Macnamara menyebutkan jika mereka harus menempuh waktu selama enam bulan untuk menghasilkan coffee blonde. Bagi Shae, ide menggabungkan bir kriya yang berpadu dengan kopi ini menjadi eksperimen yang menarik. Menggunakan biji kopi single origin Kintamani, coffee blonde diolah menggunakan metode honey process. Biji kopi itu kemudian dikeringkan dengan lapisan madu alami yang memiliki sentuhan rasa manis alami. 

Shae mengatakan jika coffee blonde berangkat dari gagasan yang sederhana: ringan, renyah, dan mudah dinikmati ketimbang jenis bir stout gelap pada umumnya. Setelah terhubung dengan Black Sand Brewery, Shae merasa jika mereka berdua adalah mitra yang cocok. “Keahlian mereka dalam menyeduh dan pemahaman mendalam kami tentang rasa kopi dibuat untuk kolaborasi alami,” kata Shae kepada Tempo.

Tak sekedar pemuas dahaga, Shae berpendapat jika bir merupakan sebuah perayaan. Menurutnya, ketika dua artisan — kopi dan bir kriya — bertemu, akan hadir sensasi baru yang memberi kejutan bagi siapa saja yang mencicipnya. Ia juga ingin menghadirkan coffee blonde lebih dari sekedar minuman, melainkan pengalaman yang menjembatani dua budaya dan menampilkan keserbagunaan kopi.

Shae juga mengungkapkan jika penggunaan biji kopi lokal asal Kintamani sebagai upaya menampilkan potensi yang besar di balik kopi Indonesia. Bali, kata dia, dikenal dengan budaya kopinya yang kaya. Dengan demikian, bir kriya ini juga diharapkan mampu menjangkau khalayak yang lebih luas. “Ini juga tentang menyoroti semangat kolaborasi dalam industri F&B yang berkembang di Bali, membawa pengrajin yang berbeda bersama-sama untuk menciptakan sesuatu yang unik,” kata dia. 

Tak hanya di Jakarta, coffee blonde telah lebih dulu diluncurkan di dua kota lain. Pertama di Bali pada Rabu, 29 Januari 2025 dan di Surabaya pada Jumat, 31 Januari 2025. Shae bercerita jika antusias atas coffee blonde di dua kota itu mendapatkan sambutan yang luar biasa. Di dua kota itu, tutur Shae, komunitas kopi dan para pengrajin bir kriya begitu penasaran untuk menjajal sensasi atas perpaduan kopi dengan bir itu. “Acara Jakarta baru saja dimulai, tetapi kegembiraan telah meningkat, dan kami melihat campuran pecinta kopi, penggemar bir, dan orang-orang yang hanya mencari pengalaman baru,” kata Shae.

Yosea Arga

Yosea Arga

Lulus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah pada 2017. Bergabung dengan Tempo pada Februari 2023 di desk gaya hidup. Kini menulis untuk desk wawancara dan investigasi. Chapbook puisinya berjudul yang papa dalam 35mm diterbitkan Penerbit Ramu pada Oktober 2024.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus