Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Pneumonia: Serba-serbi Mengenai Risiko, Penyebab, dan Pencegahan

Berbagai organisme, termasuk bakteri, virus, dan jamur, dapat menyebabkan pneumonia

19 November 2024 | 13.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Satuan Tugas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Sukamto Koesnoe, menyampaikan bahwa komorbiditas dan gaya hidup tak sehat bisa memperparah pneumonia orang dewasa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Yang meningkat pertama pada dewasa yang senior atau lansia 60 tahun, lalu pada kelompok orang dewasa yang punya kebiasaan atau penyakit tertentu yang bisa meningkatkan infeksi seperti merokok, alkoholik, paparan terhadap asap, gas, dan zat kimia yang berbahaya," katanya dalam acara diskusi bertajuk Cegah Pneumonia Menuju Indonesia Emas 2045 di Jakarta, dikutip dari Antara, Senin, 18 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tentang Pneumonia

Pneumonia peradangan akut di parenkim paru (alveoli) yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen berupa bakteri, virus, jamur, dan parasit. Dikutip dari Mayo Clinic, kantung udara paru dapat terisi cairan atau nanah, yang menyebabkan batuk berdahak atau bernanah, demam, menggigil, dan kesulitan bernapas. Berbagai organisme, termasuk bakteri, virus, dan jamur, dapat menyebabkan pneumonia.

1. Orang Lansia

Sukamto Koesnoe menjelaskan, bahwa paparan zat-zat yang dapat menimbulkan infeksi meningkatkan kerentanan tubuh terhadap serangan bakteri penyebab pneumonia. Menurut dia, orang dewasa dengan komorbiditas seperti penyakit paru-paru kronik, penyakit jantung kronik, penyakit ginjal kronik, dan diabetes rentan mengalami infeksi paru-paru atau pneumonia.

"Pada kelompok 18-49 tahun itu 5,5 kali, yang lebih sepuh di atas 65 (tahun) itu 21 kalinya dibandingkan orang yang sehat. Kalau komorbidnya dua, ada diabetes ada asma, itu ternyata risiko terjadinya pneumonia itu juga meningkat," katanya.

Menurut dia, vaksinasi untuk meningkatkan kekebalan terhadap bakteri dan virus penyebab pneumonia juga bisa dilakukan untuk orang dewasa dengan risiko pneumonia. "Vaksinasi bisa menurunkan risiko sakit, bahkan juga kematian pada orang dewasa," katanya.

2. Kipas Angin dan Mandi Malam Bukan Penyebab Pneumonia

Dokter spesialis anak subspesialis respirologi Universitas Indonesia, Wahyuni Indawati, menjelaskan bahwa pneumonia, karena kipas angin, yang diletakkan di dalam ruangan tertutup dan disinggahi orang terinfeksi bakteri. 

Bakteri yang dibawa dapat menyebar di dalam ruangan melalui droplet atau cipratan air liur yang keluar dari mulut baik melalui bersin, batuk atau saat berbicara. Bila cipratan tersebut mengena kipas angin, maka bakteri akan menempel di permukaan benda dalam kurun waktu yang cukup lama.

“Kipas angin bukan penyebab langsung dari penyakit pneumonia, tapi, bisa jadi media untuk memperluas transmisi penularannya,” kata Wahyuni Indawati,  dikutip dari Antara, Ahad, 17 November 2024.

Wahyuni mengatakan kebiasaan mandi malam tidak berkaitan secara langsung sebagai penyebab pneumonia. Mandi malam hanya akan mengubah suhu tubuh seseorang, apalagi bila mandi menggunakan air dingin. Bila anak sedang kurang sehat, daya tahan tubuh menurun sehingga meningkatkan potensi untuk terkena penyakit. “Juga memang tidak ada penelitian terkait (mandi malam) itu,” ucap Wahyuni.

3. Risiko Kematian

Pneumonia merupakan penyakit menular yang menyebabkan kasus kematian tertinggi pada anak di seluruh dunia. Dalam data UNICEF pada 2019, disebutkan bahwa hampir 2.200 anak usia di bawah lima tahun meninggal akibat pneumonia setiap hari di seluruh dunia.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, pada November tahun 2016, menyebutkan bakteri Streptococcus Pneumoniae menjadi penyebab yang paling banyak ditemui dalam kasus pneumonia bakteri pada anak-anak. Persentasenya mencapai 50 persen, diikuti dengan influenza tipe B sebesar 20 persen dan penyebab lain seperti fungi (jamur) atau virus sebesar 30 persen.

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan mencatat pneumonia sebagai penyebab 14,5 persen kematian bayi dan lima persen kematian balita.

Sejauh ini pemberian vaksin konjugat pneumokokus (PCV) secara luas bermanfaat mengurangi risiko penyakit pneumonia. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga sudah menambahkan PCV15 dalam vaksinasi yang direkomendasikan untuk memperluas perlindungan anak terhadap bakteri pneumokokus.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus