Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Potensi Umbi-umbian untuk Pangan Pasien Diabetes

Banyak jenis umbi yang bisa dijadikan makanan alternatif penderita diabetes melitus, seperti talas dan porang. Sayang, budi dayanya masih kurang.

12 Oktober 2021 | 09.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pasien Diabetes Melitus (DM) umumnya mengindari makanan mengandung karbohidrat tinggi seperti nasi putih. Di kalangan pasien, sudah terbiasa saling berbagi informasi mengenai alternatif pangan karbohidrat yang rendah indek glikemik (IG).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam beberapa jurnal kesehatan disebutkan beberapa jenis makanan dengan IG tinggi adalah nasi putih, roti tawar putih, kentang, minuman bersoda, minuman manis. Karena itu, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes menyatakan memilih makanan dengan IG rendah wajib dipraktikkan oleh penderita diabetes.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski begitu, pola makan IG rendah itu bisa diterapkan oleh siapa pun dengan cara sederhana. Menurut Kemenkes, IG merupakan indikator cepat atau lambatnya unsur karbohidrat dalam bahan pangan dalam meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh. Makanan yang cepat menaikkan kadar gula itu akan membuat pankreas bekerja keras menghasilkan insulin setelah makan setiap hari.

Untuk itu, perencanaan makan pasien diabetes merupakan hal mutlak. Salah satunya memilih makanan dengan IG rendah, yakni kurang dari 55, meski diakui tidak semua orang bisa mudah mempraktikkan pola itu.

Terkait dengan alternatif pilihan pangan bagi diabetasi dengan IG rendah, di Tanah Air tersedia ragam jenis umbi-umbian yang bisa dijadikan pengganti beras. Sebut saja talas (Colocasia esculenta), umbi garut (Maranta arundinacea), suweg (Amorphophallus campanulatus), gembili (Dioscorea alata), porang (Amorphophallus muelleri), dan masih banyak lain.

Studi-studi di perguruan tinggi banyak dilakukan untuk menemukan bukti jenis umbi-umbian tersebut memang bisa jadi alternatif pangan fungsional nonberas. Riset litbang pertanian merujuk pada hasil penelitian Didah Nur Farida (2011) mengungkap nilai IG tepung umbi suweg tergolong rendah, yaitu 42 sehingga dapat menekan kadar gula darah dan dapat digunakan untuk terapi penderita diabetes melitus.

Konsumsi serat pangan dalam jumlah tinggi akan memberi pertahanan pada manusia terhadap timbulnya berbagai penyakit, seperti kanker usus besar, divertikular, kardiovaskular, kegemukan, kolesterol tinggi, dan kencing manis. Lalu, peneliti serat pangan dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM Yogyakarta, Dr. Sunarti, M.Kes, dalam risetnya menemukan umbi garut dan gembili cocok dikonsumsi penderita diabetes melitus.

Kedua umbi tersebut sudah dilakukan uji klinis dengan diujicobakan pada pasien diabetes melitus. Namun, Sunarti memberi catatan, meski diketahui memiliki IG yang rendah, kedua umbi ini sangat sulit didapat karena jarang ditanam oleh para petani. Padahal, apabila dikembangkan dengan lebih banyak, tentu sangat memberikan manfaat bagi kesehatan, apalagi pada penderita diabetes melitus, sekaligus mengurangi ketergantungan pada pangan impor, seperti gandum.

"Bisa mengangkat pangan lokal, mengurangi ketergantungan pada gandum yang tidak semua tubuh penderita bisa cocok," katanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus