Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tubuh manusia punya 78 organ dan masing-masing memiliki fungsi penting sendiri. Ada beberapa organ yang kita tetap bisa hidup tanpanya, seperti usus buntu, kantung empedu, dan limpa. Namun, beberapa organ lain sangat vital dalam hidup, seperti otak, jantung, paru-paru, hati, dan ginjal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Manusia lahir dengan dua ginjal tapi banyak yang tak paham fungsinya. Ginjal penting untuk mengatur tekanan darah dan menyaring zat yang tak dibutuhkan dari aliran darah, mengontrol pembuangan urine agar tidak dehidrasi, dan mengatur kadar elektrolit dan zat gizi seperti kalsium, potasium, dan magnesium -- yang membantu transmisi saraf dan kontraksi otot. Apapun yang merusak ginjal sudah pasti mempengaruhi fungsi-fungsi penting tersebut dan berpotensi mengancam jiwa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apa itu penyakit ginjal?
Penyakit ginjal disebabkan kerusakan ginjal dan penurunan fungsinya, jelas Dr. Pooja Budhiraja, nefrolog dan spesialis hipertensi di Mayo Clinic. Ia menjelaskan dua jenis penyakit ginjal, yakni jangka pendek (akut/CGA), yang bisa diperbaiki dengan pengobatan, dan jangka panjang (kronis/PGK), yang tak bisa diperbaiki.
Pada penyakit ginjal kronis, ginjal tak lagi mampu menyaring zat-zat tak terpakai, racun, dan kelebihan air dari darah, jelas Dr. Jason Nagata, dokter anak di San Fransisco. Pada tahap awal, gejalanya ringan, seperti tak nafsu makan atau merasa lelah. Tapi jika sudah semakin parah, komplikasi seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, anemia, kerusakan saraf, dan retensi cairan bisa terjadi.
"Tanpa diobati, penyakit ginjal kronis bisa menyebabkan gagal ginjal stadium akhir yang bisa berakibat fatal tanpa cuci darah atau transplantasi ginjal," kata Nagata kepada USA Today.
Penyebab PGK
Penyebab paling umum penyakit ginjal kronis adalah tekanan darah tinggi dan diabetes, yang seiring waktu merusak pembuluh darah kecil dan unit-unit penyaring di ginjal. Penyebab potensial lain adalah gangguan sistem imun atau infeksi ginjal.
"Pada anak-anak, cacat lahir mempengaruhi perkembangan saluran kencing yang juga bisa menyebabkan penyakit ginjal," ujar Nagata.
Budhiraja mengatakan bentuk lain penyakit ginjal dan gangguan peradangan seperti glomerulonefritis juga bisa merusak fungsi ginjal, yang kemudian menyebabkan PGK. Sementara cedera ginjal akut juga bisa menyebabkan dehidrasi, kehilangan darah, sumbatan di saluran kencing seperti batu ginjal atau gumpalan darah, tekanan darah rendah, atau penyakit jantung.
Pilihan pengobatan yang bisa diberikan beragam, meski PGK tak bisa diobati. "Pengobatan dimaksudkan untuk mengelola gejala, memperlambat keparahan, dan mencegah komplikasi," jelas Nagata.
Pengobatan termasuk obat oral yang diresepkan dokter untuk mengontrol komplikasi seperti anemia dan retensi cairan, bisa juga dengan suntikan obat perangsang eritropoiesis, yang membantu memberi sinyal tubuh untuk memproduksi lebih banyak sel darah merah.
Pada kasus yang lebih parah, pasien perlu cuci darah untuk menyaring zat-zat yang tak dibutuhkan dan kelebihan cairan dari darah, yang sudah tak bisa lagi dilakukan ginjal. Tetapi sebelum mencapai tahap tersebut, "Perubahan gaya hidup seperti pola makan sehat, olahraga, dan berhenti merokok sangat disarankan," kata Nagata.