Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Urip Saputra, 40 tahun, tokoh Konghucu ramai diberitakan belakangan ini yang hidup kembali setelah dikabarkan mati. Urip disebut mati suri, tapi Kapolres Bogor AKBP Iman Imanuddin mengatakan, aksi mati suri yang dilakukan Urip itu sebagai sebuah narasi atau rekayasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Istilah mati suri digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang pernah mati dan hidup lagi. Meskipun kejadiannya langka, beberapa orang mengaku pernah mengalami sensasi kematian atau hampir mati ini. Lalu, bagaimana kajian ilmiah menjelaskan fenomena tersebut?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pada 12 Desember 2012, Cassandra Scott ditemukan mengambang dalam keadaan telungkup di perairan Pantai Coogee, di Sydney, Australia. Nadinya sudah tidak ada lagi berdenyut.
Namun petugas penyelamat dan dokter unit gawat darurat yang ada di lokasi tetap berusaha menghidupkannya kembali. Cassandra sempat dinyatakan meninggal dunia selama kurang lebih 15 menit. Jantungnya telah berhenti. Tapi dia hidup lagi “Rasanya sedikit seperti tertidur dan sadar sedang tidur, tetapi tidak sedang bermimpi,” kata Cassandra.
Baca: Pria India Ini Hidup Lagi Setelah 7 Jam Tubuhnya Disimpan di Kamar Mayat
Penjelasan Ilmiah tentang Mati Suri
Peneliti dari Universitas Liege di Belgia, Charlotte Martial, meneliti 154 responden yang pernah hampir mengalami kematian atau mati suri. Hasil penelitiannya kemudian dipublikasikan di Frontiers Research of Neuroscience. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa 80 persen responden merasa bahagia saat ajal mendekat. Sekitar 69 persen mengaku melihat cahaya terang. Serta 64 persen lainnya merasa bertemu dengan roh orang dikenal.
Meskipun kedengarannya tidak masuk akal, fenomena mati suri ternyata bisa dijelaskan secara keilmuan. Menurut medis, ada dua penyebab seseorang mengalami mati suri. Yaitu Lazarus Syndrome, dan Near Death Experience.
Mengutip laman news-medical.net, Lazarus Syndrome atau Sindrom Lazarus, disebut juga autoresusitasi, merupakan kembalinya sirkulasi secara spontan setelah penghentian resusitasi setelah serangan jantung. Sederhananya, ini adalah kembalinya aktivitas jantung secara tiba-tiba yang terjadi setelah seseorang dinyatakan meninggal.
Sedangkan Near Death Experience adalah pengalaman pribadi yang mendalam terkait kematian atau kematian yang akan datang. Menurut Martial, meskipun urutan pengalamannya berbeda, karakternya sama pada hampir semua orang. Pengalaman ini dibedakan dalam dua kategori, yakni positif dan negatif. Pengalaman positif mencakup berbagai sensasi ketenangan total, keamanan, kehangatan, maupun kehadiran cahaya. Sementara pengalaman negatif mungkin termasuk sensasi kesedihan dan kesusahan.
Beberapa faktor yang diduga dapat menyebabkan terjadinya fenomena mati suri, yaitu hiperkalemia dan udara terperangkap dalam paru-paru. Hiperkalemia adalah kondisi tersebab kadar kalium dalam darah terlalu tinggi. Kalium berfungsi memperlancar fungsi otot, saraf, dan jantung. Saat seseorang mengalaminya, aktivitas listrik jantung terganggu. Akibatnya, detak jantung melambat dan berujung koma, sehingga seolah seseorang ini meninggal.
Udara terperangkap dalam paru-paru juga dapat menyebabkan seseorang mati suri. Seseorang memerlukan tindakan CPR ketika mengalami henti jantung, koma, atau gagal napas. Meski diseakan sebagai pertolongan pertama dalam kasus ini, sejumlah penelitian menyebut tindakan CPR terkadang menimbulkan efek lain. CPR dapat menyebabkan penumpukan udara di dalam rongga dada dan paru-paru. Hal ini seakan menyebabkan sirkulasi dan aliran darah terhenti dan seseorang seperti mati suri.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.