Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Jason Iskandar, sutradara Akhirat: a Love Story mengungkapkan tujuannya menggarap film ini untuk memberikan perspektif baru mengenai kematian dari orang yang meninggal. Ia ingin menggali perasaan orang yang sudah meninggal dan perspektif orang yang ditinggalkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Film ini kan menceritakan sebuah dunia antara dunia dan kematian atau afterlife itu seperti apa. Makanya kami mengeksplorasi alam limbo, yaitu ruang antara kematian dan kehidupan," katanya saat mengadakan media visit secara online dengan Tempo pada Rabu, 24 November 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Akhirat: A Love Story mengisahkan sepasang anak muda, Mentari (Della Dartyan) dan Timur (Adipati Dolken) yang memiliki agama berbeda, saling jatuh cinta dan berjanji untuk terus bersama. Suatu hari, kecelakaan membuat keduanya berpindah dunia. Di dunia yang baru dan berbeda ini, mereka diberi kesempatan kedua untuk akhirnya bisa bersama tanpa halangan apapun. rt5k
Jason menuturkan, sebelumnya ia tak begitu percaya dengan cerita orang-orang yang mengalami mati suri. Tapi, saat tengah menggarap film ini, kakeknya meninggal. Pada saat itulah, ia merefleksikan diri kehidupan setelah di dunia.
Jason Iskandar, sutradara film Akhirat: A Love Story. Foto: Instagram Jason Iskandar.
Kejadian lain, saat pemutaran film Akhirat: A Love Story ini secara terbatas sebelum diputar resmi pada 2 Desember mendatang, salah seorang temannya yang kebetulan pernah mengalami koma menuturkan cerita itu persis dengan apa yang dia alami. "Yang dia ceritakan, mirip secara emosi, pengalaman, dan perasaan ketika dia koma," ujar dia.
Untuk menggarap film ini, Jason sampai melakukan riset di rumah sakit, melihat bagaimana dokter menangani pasien koma dan berdiskusi tentang tingkat kesadaran seseorang. "Sesungguhnya pasien koma itu bisa mendengar semua percakapan di sekelilingnya dan mengekspresikan perasaan tapi dia tidak punya kemampuan mengontrol tubuhnya," katanya.
Selain melakukan riset, Jason juga menggunakan referensi film di luar. Ia mengaku menonton film Midnight in Paris, Before Sunrise, dan drama Korea, Move to Heaven. "Korea itu lebih mirip karena sama-sama Asia. Cuma enggak ada yang sangat spesifik mungkin karena tema perbedaan keyakinan itu masalah subculture yang Indonesia banget," ucapnya.
Adipati Dolken dan Della Dartyan dalam film Akhirat: A Love Story. Foto: BASE Entertainment/Studio Antelope.
Menurut Jason, ia masih memberikan ruang diskursus di film itu. "Kita tetap harus memberikan ruang misteri karena ini afterlife, masih misteri karena kira juga enggak tahu seperti apa yang tidak bisa dijelaskan. Menjaga keseimbangan ini ke penonton dengan memberikan apa yang bisa kita berikan tapi juga ada yang enggak," kata dia.
Della yang berperan sebagai Mentari menuturkan, film yang dibintanginya ini amat dekat dengannya. Ia menerima tawaran membintangi film itu saat ia masih berduka kehilangan ayahnya. "Kalau di Muslim ada orang bilang, 40 hari arwahnya masih jalan-jalan. Di film itu juga menceritakan pertanyaan kita ke mana mereka setelah meninggalkan kita. Apa masih di sini atau berangkat ke sana," kata dia.
Menurut Della Dartyan, film Akhirat: A Love Story memberikan pesan tentang pengorbanan dan keikhlasan. "Kita belajar ikhlas baik orang yang meninggalkan maupun ya ditinggalkan," ucapnya. Ia mengaku senang terlibat dalam film bergenre roman fantasi dengan mengangkat kehidupan setelah mati ini. "Belum ada film ini di Indonesia, jadi senang terlibat sebagai bagian dari sejarah perfilman Indonesia," ujarnya.