KEADAAN remaja Jakarta rawan dan mencemaskan. Ini kesimpulan dr. Suhantoro DS dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta Raya. Ia tidak mengada-ada. Kesimpulan itu diperolehnya setelah dilakukan beberapa penelitian. "Tingkat kesegaran jasmani remaja Jakarta umumnya masih rendah," ujarnya. Suhantoro, 42, mengungkapkan itu dua pekan lalu, dalam suatu diskusi ilmiah olah raga di Senayan, yang diselenggarakan sebulan sekali. Untuk mendukung kesimpulannya, Suhantoro membeberkan beberapa penelitian Dinas Kesehatan DKI. Salah satu di antaranya adalah penelitian pada akhir 1982 terhadap 200 pelajar SMP dilima wilayah Jakarta. "Yang menjadi sample murid-murid dengan usia 13-15 tahun yang menonjol prestasi olah raganya di sekolah masing-masing," kata Suhantoro, yang pada 1960-an pernah bermain dalam tim PSSI Yunior. Penelitian ini dilakukan guna melengkapi data kesegaran jasmani remaja Jakarta yang pada tahun-tahun sebelumnya telah diteliti. "Hasilnya cukup membuat kita mengelus dada," tutur Suhantoro. Yang lebih mengkhawatirkan adalah remaja pria. Dari 104 yang diteliti, ternyata hanya 133O yang nilai kesegaran jasmaninya tergolong baik sekali. Sebagian besar(45,2%) tergolong "baik", sedang yang masuk kategori "sedang" 39%. Para remaja pria ini mempunyai tinggi badan rata-rata 160cm, berat badan 46 kg dan tekanan darah 116/72 mm Hg. Dengan kata lain, umumnya mereka tergolong cokrem (cowok kerempeng). Remaja putri lebih mendingan. Berat badan mereka seimbang dengan tinggi badan. Tercatat 31,3% dari 96 orang yang nilai kesegaran jasmaninya "baik sekali", 52,1% "baik" dan 14,6% "sedang". Tinggi badan mereka rata-rata 153 cm, berat badan 49 kg, dan tekanan darah 109/54 mm Hg. Tes pada 15 November 1982 itu dilakukan berdasarkan ACSPFT (Asian Committce on the Standardization of Physical Fitness Test). berupa satu rangkaian (battery), antara lain lari cepat 50 meter, lompat jauh tanpa awalan, lari hilir mudik, dan sit ups. Kesimpulan ini memperkuat hasil penelitian secara acak di kalangan pramuka peserta jambore se-DKI Jakarta pada 1980. Mereka yang diteliti adalah 275 pramuka dari lima wilayah Jakarta yang akan mengikuti pendakian Gunung Gede. Keadaan ekonomi mereka 13,2% tergolong "mampu", 67,7% "sedang", dan 16,8% "miskin". Hasilnya: hanya 3,2% yang nilai kesegaran jasmaninya "baik sekali". Sisanya, "baik" (15,8%), "sedang" (29,7%), "kurang" (16,6%), dan "kurang sekali" (34,7%). Tes dilakukan berdasarkan tes aerobik dr. Kenneth H. Cooper. Rendahnya tingkat kesegaran jasmani para remaja itu, menurut Suhantoro, karena umumnya mereka "kurang gerak". "Kurang gerak sebenarnya penyakit masyarakat maju, dan ternyata juga mulai menjalar di kalangan remaja ibu kota," katanya. Penyebab "penyakit" ini terutama adalah kemajuan teknologi dan komunikasi yang menyebabkan semakin berkurangnya gerak fisik ma syarakat. Ini menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit-penyakit tak menular, seperti jantung koroner, tekanan darah tinggi, dan neoplasma. Suatu penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan bersama Dinas Kesehatan DKI Jaya pada 1983/1984 juga menunjang kesimpulan tadi. Hasil sementara penelitian - yang laporannya kini tengah disusun - ini mengungkapkan, sekitar 10% dari 3.000 sample berusia 15 - 50 tahun yang diteliti ternyata menderita tekanan darah tinggi." Secara pribadi, Suhantoro juga pernah meneliti kesegaran jasmani olahragawan Indonesia. Dari 25 pemain PSSI yang pada 1979 dikirim ke Brazil untuk berlatih selama tiga bulan, hanya 12 orang yang kondisi jasmaninya "baik sekali". Penelitian yang berdasarkan tes aerobik Cooper itu menunjukkan para pemain sepak bola kita hanya mencapai 55 ml/kg berat badan/menit berdasarkan VO2 maksimal (ukuran konsumsi oksigen dalam sistem paru-paru dan jantung). "Standar internasionalnya berkisar 65 ml, sedang di Eropa pemain bola bisa mencapai 70 ml," kata Suhantoro. Disimpulkannya: bukan cuma remaja kita saja yang kesegaran jasmaninya rendah, tapi juga masyarakat Indonesia umumnya. "Semua ini mempengaruhi prestasi keolahragaan kita. Selama ini dunia olah raga kita belum pernah dilihat sccara angka, padahal ini penting sebagai forecast menuju prestasi yang tinggi," ujar Suhantoro.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini