PARA peneliti kesehatan, selama satu dekade lebih, memburu jawaban dari dua pertanyaan. Merokok itu masalah sosial atau pribadi? Kemudian, seberapa jauh asap rokok tidak cuma merusak kesehatan perokok, bahkan mengancam kesehatan orang lain? Sejak pertanyaan tadi muncul pada 1981, Dr. Takeshi Hirayama justru yang pertama kalinya menyimpulkan asap rokok berbahaya bagi orang lain. Penelitiannya menunjukkan, asap rokok yang dihirup secara tidak sengaja bisa menimbulkan kanker, penyakit jantung, dan sebagainya. Tapi kesimpulan ahli dari Jepang itu diragukan oleh banyak peneliti lain. Dan sejak saat itu penelitian demi penelitian dilakukan untuk mencari bukti bahwa merokok bukan hanya membahayakan perokok, bahkan bagi mereka yang berada di sekitarnya. Pencarian bukti itu alot. Kesimpulan yang ditemukan cuma perkiraan yang serba teoretis. Misalnya pernyataan seperti ini: dari seluruh volume asap rokok, hanya 25% yang dihirup perokok, 75% lepas ke udara dan niscaya dihirup orang lain. Sedangkan kampanye antirokok yang belakangan ini meluas di seluruh dunia tidak merasa perlu menunggu sejumlah bukti pasti. Kendati prematur, toh merokok sudah diyakini membahayakan orang lain, sehingga lahirlah sebutan "perokok pasif". Didasari keyakinan ada dampak sosial, kampanye antirokok itu mendapat legitimasi memusuhi rokok. Dalam lima tahun terakhir, larangan merokok di berbagai tempat umum cepat meluas -- termasuk di tempat rekreasi, restoran, dan bar. Di lingkungan penerbangan komersial, sejumlah perusahaan penerbangan mengeluarkan larangan merokok pada penerbangan di bawah 6 Jam. Padahal, bukti ancaman kesehatan pada perokok pasif baru tegas dijawab awal Juni ini. Dalam konperensi internasional kesehatan paru-paru, di Boston, Amerika Serikat. Para ahli menegaskan, perokok pasif punya risiko terkena berbagai jenis kanker. Pada pertemuan tersebut berbagai hasil penelitian baru ditampilkan. Semuanya menunjukkan bukti, risiko perokok pasif memang besar. Sudah sejak beberapa waktu lalu terung kap bahwa asap rokok itu memiliki dua arus. Arus utama, yang mengandung hasil pembakaran tembakau, diisap oleh perokok. Perokok pasif terutama menghirup arus sisi asap rokok dari akibat pembakaran kertas rokok. Penelitian menunjukkan asap rokok mengandung 4.700 senyawa kimia, yang 43 di antaranya terbukti senyawa karsinogen atau penimbul kanker. Komposisi senyawa kimia arus utama dan arus sisi asap rokok berbeda. Yang diteliti para ahli adalah dampak arus sisi. Inilah risiko perokok pasif. Dalam konperensi di Boston itu. Dr Stanon A. Glantz dari Universitas California, San Francisco, mengungkapkan berbagai penemuannya. Arus sisi asap rokok merupakan campuran senyawa karsinogenik dan berbagai gas hasil pembakaran. "Partikelnya lebih kecil daripada arus utama, karena itu bisa menyusup lebih dalam di paru-paru," kata Glantz. Arus utama asap rokok sudah umum diketahui bisa menimbulkan kanker mulut, kanker tenggorakan, kanker paru-paru, kanker ginjal, dan kanker beberapa kelenjar hormon. Arus sisi, menurut Glantz menimbulkan kanker jenis lain. Beberapa di antaranya yang sudah ditemukan, kanker otak, kanker kelenjar thyroid, kanker payudara. Glantz dan beberapa rekannya juga meneliti anak-anak yang orangtuanya merokok. "Mereka bisa terkena akibat serius," katanya. Risiko anak-anak ini mendapat penyakit jantung 30% lebih besar dibandingkan anak yang orangtuanya tidak merokok. Pada usia dini terlihat berbagai kejanggalan pada kadar kolesterol darah anak-anak ini. Di antaranya, menurunnya jumlah HDL, protein yang membangun keseimbangan kolesterol darah. Dr. Henry D. McIntosh, rekan Glantz dalam penelitiannya, menemukan pengaruh arus sisi pada darah. Arus sisi ini mengakibatkan terbentuknya partikel-partikel kecil dalam darah, yang mengakibatkan penggumpalan butir-butir darah. Sifat gumpalan-gumpalan butir darah ini mudah melekat, seperti lem. Bahayanya bila gumpalan ini melekat di bagian dalam pembuluh darah. McIntosh menyaksikan, gumpalan butir-butir darah itu tidak segera menempel ke dinding arteri. Namun, bila terdapat kerusakan di dinding-dinding pembuluh itu, gumpalan butir darah tadi dengan mudah melekat. Dalam jangka waktu tidak terlampau lama timbul kerusakan lanjut. Kerusakan bagian dalam dinding pembuluh inilah yang bisa menimbulkan penyumbatan. Pada tingkat lanjut distribusi oksigen terganggu, yang bisa mengakibatkan serangan jantung. Penelitian McIntosh menunjukkan partikel-partikel yang menimbulkan penggumpalan darah itu cepat masuk ke dalam darah. Ketika dilakukan percobaan, terlihat bahwa partikel itu muncul dalam darah seseorang yang duduk hanya 20 menit di sisi perokok. Arus sisi (seperti juga arus utama) yang ditemukan McIntosh dan Glantz malah mengganggu distribusi oksigen. Partikel karbon monoksida (Co) yang berasal dari asap rokok berlomba dengan oksigen mengikat butir-butir darah merah. "Akibatnya, jantung tidak bisa mendapat oksigen cukup seperti seharusnya," kata Glantz. Keadaan ini membuat jantung harus bekerja lebih keras untuk mendapat suplai oksigen yang memadai. Berdasarkan penemuan-penemuan baru itu, para peneliti di AS tadi sedang menyiapkan pemeriksaan besar-besaran. Dampak yang mereka temukan itu akan dipantau pada 1,2 juta perokok pasif. Pengetesan yang diharapkan selesai tahun depan ini secara pasti akan membuktikan bahaya merokok bagi umum. Justru asap rokok semakin membahayakan kesehatan orang lain, maka Environmental Protection Agency, badan internaslonal yang berpusat di AS, mengeluarkan imbauan supaya tembakau dimasukkan ke "Kategori A". Ini, artinya, "bahan baku yang mengandung senyawa sangat berbahaya". Jim Supangkat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini