Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Pita suara pak gub rusak

Gangguan pita suara bisa disebabkan karena beban kerja pita berlebihan, juga radang tenggorokan. ada fonastemia dan vocal nodule, gangguan karena psikis dan tumor. biasanya terjadi pada penyanyi, pesinden.

23 Juni 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUDAH kita ketahui bahwa Gubernur Jawa Tengah, Ismail, pernah bikin pernyataan yang kontroversial. "Merokok adalah sebagian dari iman," katanya. Keruan, suara ini dianggap anjuran untuk merokok, tapi sudah melenceng dari kampanye antirokok yang lagi gencar (lihat Risiko Perokok Pasif). Kemudian, belum lama ini Ismail mendadak menyatakan dia setop merokok, setelah akhir Februari lalu terkena sakit tenggorokan. "Tenggorokan saya saat itu rasanya tak enak, sering batuk, dan suara saya terganggu," ujarnya kepada Heddy Lugito dari TEMPO. Sebelumnya, Gubernur kita ini tergolong perokok berat. Ia bisa menghabiskan dua bungkus rokok sehari. "Terlalu banyak merokok kurang bagus pada tenggorokan saya. Suara saya menjadi serak," katanya. Ismail menyangka dirinya mengalami gangguan pita suara. Sebab, sewaktu pidato dan memberi pengarahan, suaranya berubah serak dan berat. Pernah selama seminggu seperti kehilangan suaranya. Tapi setelah tak merokok, tenggorokannya lega. Batuknya juga banyak berkurang. Cuma, dia belum bisa memastikan apakah seterusnya berhenti merokok. "Saya juga belum tahu pasti, apakah kerusakan pita suara saya karena merokok," katanya. Pita suara Pak Gub terganggu karena rokok? "Memang ada teori yang percaya bahwa debu -- jadi juga asap rokok -- bisa mengganggu pita suara," kata Prof. Pangeran Siregar. "Tapi itu masih sebuah teori," tambah kepala laboratorium ilmu penyakit THT (Telinga Hidung Tenggorokan) RS Dr. Soetomo di Surabaya itu. Beberapa penelitian di luar negeri pernah memperkirakan asap rokok bisa menimbulkan kanker pada kotak suara. Di kotak itu terdapat dua pita suara. Cuma pembuktiannya yang pasti belum ditemukan. Menurut Pangeran Siregar, salah satu penyebab gangguan pada pita suara karena beban kerja sang pita terlalu berlebihan. "Siapa saja yang memakai pita suara berlebihan dan dipaksakan dapat mengalami gangguan pita suara," kata Pangeran. Akibatnya, pita suara lumpuh. "Sehingga pita suaranya tidak bisa bergetar dan suaranya tak keluar," ujarnya pada Jalil Hakim dari TEMPO. Sedangkan dari segi penyakit, terjadinya kerusakan pita suara karena beberapa sebab. Yang paling sering ditemukan karena peradangan pada tenggorokan. Gangguan saluran pernapasan ini bisa timbul akibat infeksi virus, bisa juga karena peradangan yang ditimbulkan bakteri. "Ada juga gangguan pita suara yang disebut fonastemia," kata Dr. Bulantrisna, ahli THT di RS Hasan Sadikin, Bandung. Gangguan ini terjadi karena faktor psikis. "Ada kan orang yang tiba-tiba suaranya lemes atau malah hilang sama sekali karena tegang." Sedangkan penyebab gangguan pita suara yang tergolong paling serius, menurut Bulantrisna, adalah tumor. Biasanya ini disebut vocal nodule. Pada pita suara atau kotak suara (tempat pita suara itu berada) tumbuh tumor yang mungkin ganas. Sebabnya, pita-pita suara terlampau sering bergesekan. "Akibatnya timbul benjolan 1 sampai 2 milimeter," katanya. Untuk mengatasi vocal nodule yang akut, perlu operasi. Tapi dampak operasi bisa serius: suara yang keluar kemudian selalu serak. "Tidak normal," tambah Bulantrisna. Inilah yang terjadi pada pemain trompet dan penyanyi jazz legendaris Louis Armstrong. Sesudah operasi, suaranya malahan serak. Namun, vocal nodule yang ringan masih bisa sembuh lewat istirahat. "Benjolan ini kalau diberi waktu bisa hilang secara alamiah," kata Prof. Soewito. Ciri-ciri vocal nodule, menurut ahli THT di RSU Dr. Sardjito Yogyakarta itu, seperti yang terlihat pada Gubernur Ismail. Suaranya menjadi bergetar, berat, dan parau. Kadang-kadang malah hilang. Menurut Soewito, orang-orang yang punya risiko terkena gangguan pita suara adalah mereka yang banyak menggunakan suaranya. Seperti penjual obat, pesinden, pejabat yang suka berpidato, dan penyanyi -- khususnya penyanyi rock. Pada mereka pita-pita suara sering bergesekan. Dan di titik pergesekan itu terjadilah penebalan. Pesinden, menurut Soewito, bahkan sudah lama menyadari menerima risiko ini. "Karena mereka kan biasanya mengalunkan tembang Jawa yang bernada tinggi," katanya kepada R. Fadjri dari TEMPO. "Nada ini menimbulkan pergesekan pita suara. " Untuk menghindari akibat pergesekan itu, biasanya para pesinden meminum jamu tradisional atau makan buah-buahan seperti pepaya atau wortel, juga beras kencur. Khasiat makanan itu mengalirkan lendir yang membuat pita suara menjadi tidak kering dan mengurangi akibat pergesekan. Pencegahan itulah yang barangkali tidak dilakukan penyanyi Arie Kusmiran. Pada 1978 penyanyi ini mengalami gangguan pita suara yang akut. Selain karena radang tenggorokan, ia mengaku, juga karena stres. "Waktu itu tenggorokan saya kehilangan suara, dan kepala ini rasanya seperti mau pecah," katanya pada Bandelan Amarudin dari TEMPO. Dokter menyarankan operasi. Arie menolak. Ia istirahat dan memilih berobat secara tradisional. "Ternyata sembuh. Dan suara saya bisa pulih," katanya. Lain lagi penyanyi rock Ikang Fawzi. Dulu, waktu kecil, ia sering kena radang tenggorokan, tapi kini tentu tidak. Suami Marissa Haque ini mengakui, mulanya ingin melatih suaranya yang pecah, yang memang sudah bawaan serak dan pecah kalau menyanyi keras. "Tapi produser malah menilai suara begini khas, mirip suara Rod Steward," katanya pada Sugrahetty Dyan K. dari TEMPO. Untuk membuat suara pecahnya tetap bagus, secara tak langsung ia malah menjaga pita suaranya dengan latihan yang cukup berat. Setiap hari Ikang mewiritkan bermain silat, melatih pernapasan perut, dan skipping. Ia juga menjaga makanan dan menghindari minum es. "Dan saya mencoba membatasi rokok, yah, sekitar 10 batang sehari," katanya. Jim Supangkat dan Ida Farida

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus