KEBUTAAN memang masih ancaman di dunia. Di Amerika Serikat, misalnya, penyakit memburamkan lensa mata ini menyerang 1 juta manusia lebih. Si korban biasanya berusia di atas 60 tahun. Terakhir, katarak menyerang mereka yang berusia muda. Dr. Sheila K. West ahli mata dari Universitas John Hopkins, Baltimore, tatkala meneliti di Maryland, menemukan 838 nelayan yang berumur 30 sampai 94 tahun yang menderita katarak. Malah mata nelayan yang suka merokok itu kabur sebelum usia 70 tahun. Lain dengan mereka yang menghentikan kebiasaan merokok sejak 10 tahun 1alu. Penyakit mata katarak 49% dijumpai pada perokok berusia 60 hingga 70 tahun. Sementara itu, hanya 21% penderita katarak pada nelayan yang berhenti merokok 10 tahun silam. Penelitian tadi bahkan menemukan tingkat kekaburan mata pada mereka yang setiap hari banyak merokok. Semakin banyak rokok yang diisap, risiko kebutaan mata semakin tinggi. Sebaliknya, bila mereka berhenti merokok, maka risiko itu turun drastis. Lensa matanya yang rusak berangsur pulih kembali, bila sudah tidak merokok. Tapi peneliti yang melakukan studi itu belum dapat menjelaskan bagaimana rokok dapat menyebabkan katarak pada mata. Dr. Sheila West yang memimpin penelitian itu, menduga zat-zat beracun yang terkandung pada asap rokok yang diisap manusia itulah pcmbentuk katarak pada lensa mata. "Bukan seperti lagu romantis Smoke Gets in Your Eyes. Asap rokok yang melayang di udara memang tidak langsung menyentuh lensa mata," kata Sheila West. ebab, lensa mata terletak di dalam terlindung kornea, pupil, dan beberapa organ lainnya. Penyebab katarak sementara diduga karena asap rokok terserap ke pembuluh darah, dan berangsur-angsur terbawa sampli ke mata. Tepat di tengah lensa mata, yang merupakan fokus pandangan tertajam manusia asap rokok menggumpal seperti jamur. Sang jamur tak menggumpal di depan atau di tepi lensa mata, seperti lazim penyakit katarak, melainkan menempel pada lensa bagian belakang. Dilihat sepintas, penderita katarak jenis ini bukan seperti penderita katarak umumnya. Kornea matanya tak berselaput, cuma penderitanya berpandangan kabur, dan lama-lama timbul kebutaan, sebab lensa mata bagian belakang tertutup asap rokok. Penemuan baru ini, yang Agustus lalu diterbitkan dalam kumpulan artikel Archives of Ophthalmology, agaknya perlu penelitian lanjutan. Kata Dr. Robert D. Spurduto, Kepala Bagian Epidemiologi pada Institut Mata Nasional AS, temuan tersebut setidaknya ada hubungan erat antara rokok dan kesehatan mata. "Ini sama ketika orang belum yakin benar rokok itu menyebabkan kanker paru-paru," ujarnya. Pendapat di atas didukung pula oleh Dr. Johanna M. Seddon, Direktur Bagian Epidemiologi pada RS THT Massachusetts di Boston. Tetapi, The Tobacco Institute badan pengawas dan penasihat pabrik rokok di AS -- tak memberi komentar, karena hasil penelitian itu belum dipelajari. Banyak sudah usaha penyembuhan dilakukan untuk menanggulangi penyakit katarak. Pada 1980, misalnya, dr. Joseph Spina, ahli bedah mata dari Philadelphia, AS, menemukan obat melumerkan lensa mata. Untuk mengeluarkan lensa mata yang terkena katarak, tak perlu dibedah lebar, namun cukup disuntik trypsin melalui bola mata. Setelah ditunggu beberapa jam, lensa mata yang sudah cair itu lalu disedot ke luar. Penemuan itu menolong si penderita, karena ia dapat langsung pulang hari itu juga. Kalau dibedah, mereka harus istirahat seminggu, menunggu bekas luka sembuh kembali. Richard Troutman, ahli bedah mata mikro dari AS, juga dikenal dunia karena menemukan teknik menjahit bekas luka operasi mata. Alumnus Universitas Cornell ini, Mei 1984, di RS Aini Jakarta, memperagakan keunggulannya dengan metode simpul jahit (slip knot). Mula-mula ia melakukan operasi pembedahan biasa. Setelah lensa yang terkena katarak diganti dengan lensa buatan lalu Troutman menjahit bekas bedahan itu dengan dua jahitan dan satu simpul hidup. Jadi, bukan seperti lazimnya dilakukan para dokter bedah mata, yang menjahit luka satu-satu dan langsung diikat mati. Ini penting, justru simpul hidup itu bisa dilonggarkan atau dikencangkan sewaktu-waktu. "Jahitan yang kencang mempengaruhi fokus mata, sehingga penglihatan si pasien yang habis dioperasi tetap berkurang," kata Troutman . Penemuan mengejutkan terjadi pada 1983. Para dokter di Beijing dikabarkan menyederhanakan operasi katarak. Dengan cuma memakai jarum, lensa yang keruh bisa disingkirkan. Setelah pasien mendapat anestesi lokal, pojok mata diiris 3 mm. Sebuah jarum disisipkan lewat lubang irisan tadi. Jarum dikorek-korekkan, lalu jaringan yang mengikat lensa rontok semua. Setelah lepas semua, lensa mata lantas dilorotkan ke bagian bawah bola mata, bahkan dibiarkan tertinggal di sana selamanya . Lubang irisan di pojok mata juga tak perlu dijahit, melainkan cukup diperban, supaya terlindung. "Dalam lima hari, si pasien boleh pulang," kata dr. Tang Youzi. Ahli mata dari Beijing ini memelopori perontokan lensa, kemudian menciptakan alat fensui qi untuk menghancurkan lensa mata yang sudah tak terpakai itu. Ini untuk mencegah penderitaan lain yang mungkin timbul dari lensa yang digencetkan ke bawah tadi. Setelah hancur kepingan lensa itu disedot ke luar dengan alat yang dinamai tao chu qi. Setelah lensa dilepaskan dari biji mata, fungsinya digantikan oleh kaca mata setebal pantat botol. Atau dapat diganti dengan lensa kontak yang lentur, seakan tidak berbekas di mata. Warnanya malah tinggal pilih: putih bening, biru laut, atau hija seperti mata bule. Dan, kalau mau, ada yang merah bagai mata drakula. Didi Prambadi (Jakarta) dan P. Nasution (AS)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini