Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Siklus berirama yang menuntut...

Tidur siang bagi orang dewasa itu penting. penelitian ilmiah tentang tidur siang dilakukan beberapa ahli. terbukti bahwa tubuh manusia perlu tidur siang. siklus manusia tak cuma tidur malam.

7 Oktober 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAGI mereka yang biasa bekerja 8 jam sehari -- dari pukul 08.00 sampai 16.00 -- gangguan mengantuk mungkin sudah merupakan satu hal rutin yang tak perlu digubris. Walaupun mengantuk itu sering tak terhindarkan tidur siang tetaplah satu pantangan besar. Kebiasaan yang tergolong budaya santai ini dianggap ketinggalan zaman. Kebiasaan itu malah merupakan antitesa buat kerja keras, pola yang kini dengan fanatik dianut, demi cita-cita untuk menjadi NIC, alias negara industri baru. Tapi, adalah para pakar dari negara industri juga, yang mulai mengutak-atik pola kebiasaan tidur siang itu. Penelitian ilmiah tentang ini baru dilakukan tiga tahun lalu, oleh Scott Campbell dari Institute for Circadian Physiology di Boston dan beberapa peneliti masalah tidur dari Max Planck Institute di Munich. Beberapa pakar lainnya kemudian mengikuti jejak mereka. Bahkan. Agustus silam, telah diterbitkan sebuah buku -- berjudul Sleep and Alertness -- yang isinya kumpulan studi tentang tidur siang. Nah, secara ilmiah kini terungkap bahwa kebiasaan tidur siang, atau sering juga disebut siesta, rupanya membawa pengaruh yang baik terhadap tingkat kewaspadaan seseorang, terutama buat mereka yang bekerja pada malam hari. Contoh: juru rawat atau sopir truk. Atau buat "orang-orang malam", yang cuma bisa menikmati tidur 4-5 jam di waktu malam. Dengan kebiasaan tidur siang, setidaknya kondisi fisik dan mental masih prima untuk bekerja keesokan harinya. Lebih dari itu, hasil penelitian paling akhir telah menjawab fenomena mengantuk yang selalu datang di siang hari. Untuk menghindari ancaman kantuk ini, sebagian orang mencoba mengurangi porsi makan siangnya. Mereka menduga, makan siang yang terlalu kenyang membuat badan jadi malas dan mengantuk. Padahal, menurut pakar neurologi Roger Broughton, mengantuk di siang hari adalah hal yang alami. "Tak ada hubungannya dengan kekenyangan atau tidak," kata profesor dari University of Ottawa ini. "Tak dapat dihindari, orang dewasa mau tak mau harus tidur siang," demikian pendapat William Dement, yang juga Direktur Pusat Penelitian dan Klinik Gangguan Tidur di Stanford University. Penelitian Scott Campbell, bersama rekan-rekannya dari Max Planck Institute, memperlihatkan bukti jelas bahwa manusia memang membutuhkan tidur siang. Sejumlah orang telah dengan sukarela menjalani penelitian ilmiah yang disiapkannya. Mereka masuk dalam kamar isolasi di bawah tanah. Di sana tak ada jam dan penunjuk waktu lainnya. Orang-orang itu diminta untuk tidur sesuka hati. Ternyata, sesuai dengan irama tidur masing-masing, mereka cenderung memiliki pola dua kali tidur. Pertama, tidur panjang -- dalam keadaan normal dilakukan malam hari -- dan tidur sebentar, yang biasanya dilakukan siang menjelang petang. Dari studi Campbell dkk., terungkap bahwa rata-rata orang tidur siang setelah ia terjaga lebih kurang 9 jam. Itulah sebabnya, pola tidur yang kedua selalu jatuh pada siang atau menjelang petang. Misalnya, bagi seseorang yang tidur pukul 12 tengah malam dan bangun pukul 6 pagi, biasanya ia membutuhkan tidur sebentar sekitar pukul 3 siang. "Studi ini membuktikan, tidur siang merupakan bagian dari kerja otak yang mengatur jam biologis siklus tidur dan bangun," kata Broughton. Bisa dimengerti kalau Broughton senang atas kesimpulan studi Campbell. Dialah orang pertama yang menampilkan teori bahwa tidur siang merupakan siklus tidur yang alami. Teori itu dikemukakannya 14 tahun silam. Intinya adalah: siklus manusia tak cuma tidur di malam hari, tapi juga memerlukan tidur sedikit di siang hari. Mendengar ini, orang pun geger. Sejak itu, penelitan soal tidur telah bergeser dari pendekatan psikiatris kepada penafsiran yang berpangkal pada apa yang disebut Circadian rhythms atau siklus-siklus biologis yang berirama, dan kembali pada keadaan semula dalam jangka waktu 24 jam. Dalam buku Sleep and Alertness selain dibahas hasil penelitian Campbeli dkk., juga dimuat statistik hasil studi perilaku terhadap 276 dewasa muda. Terungkap bahwa sebagian besar responden biasa melek dari pukul 04.00-12.00. Setelah itu, mereka mulai mengantuk, yang mencapai puncaknya pada pukul 16.00. Pelupuk mata terasa berat sekali dan produktivitas kerja pun merosot. Statistik juga menunjukkan bahwa kecelakaan banyak terjadi menjelang petang. Pada saat itu, karena diserang rasa kantuk yang hebat, maka orang cenderung lengah, begitu menurut pengamat perilaku Daniel Goleman. Barangkali itu sebabnya, ada budaya pada masyarakat tertentu yang membiasakan tidur siang. Biasanya pada masyarakat yang berdiam di daerah tropis atau subtropis. Pada masyarakat Cina, tradisi tidur siang bahkan sangat berakar. Mereka menyebutnya xiuxi, yakni istirahat tidur siang selama 2 jam. Di AS, kebiasaan tidur siang juga ada. Penelitian Wilse Webb, psikolog dari University of Florida, dan David Dinges dari Universit y of Pennsylvania -- melibatkan 10.000 responden -- memperlihatkan bahwa warga AS terbiasa tidur siang sekali atau dua kali dalam seminggu. Sekitar seperempat lainnya tak pernah melakukan, dan sepertiga sisanya malah tidur siang 4 kali atau lebih dalam seminggu. Kini trend tidur siang memang pelan-pelan mulai menjadi model di kalangan eksekutif top di negara Barat. Tak heran kalau di kamar kerja mereka juga tersedia ruang khusus, lengkap dengan kasur dan bantal. Biasanya mereka akan lelap selama 30-90 menit. Kalau kurang dari 30 menit, menurut Dinges, hanya merupakan tidur semu. Dan ini tak besar pengaruhnya terhadap kesiagaan fisik dan mental seseorang. Tapi Dinges tak mengingkari adanya kekecualian seperti yang terjadi pada Thomas Edison dan Winston Churchill. Kedua jenius ini hanya tidur siang 15 menit, tapi itu rupanya cukup buat memulihkan tenaga.Ahmad K. Soeriawidjaja

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum