Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Sahabat baru para dokter

Reflotron, alat diagnosa yang bisa menjawab kondisi kimiawi seorang pasien secara cepat tanpa ke laboratorium. membantu dokter mendiagnosa pasien sebelum pengobatan, tapi punya kelemahan. (ksh)

8 November 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PROSES pemeriksaan dokter bakal tambah mudah, dan cepat. Karena, kini sudah ada Reflotron, alat diagnosa listrik, yang bisa menjawab kondisi kimiawi seorang pasien secara cepat tanpa perlu ke laboratorium. Reflotron, alat baru buatan Jerman Barat itu, Sabtu lalu, didemonstrasikan penggunaannya pada Simposium Diagnosa Lengkap, yang diadakan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di Hotel Borobudur, Jakarta. Ikut hadir sebagai pembicara, sekaligus untuk memperkenalkan alat baru itu, Prof. Vincent Marks, ahli biokimia klinis lulusan Universitas Surrey, Inggris. Di hadapan sekitar 200 dokter Indonesia, Marks 56, menguraikan pandangannya tentang mulainya suatu revolusi dalam diagnosa. Itu, antara lain, diperkuat dengan mulai dipakainya Reflotron. Alat inl, bentuknya persegi, mirip kas eletronik yang kini banyak dipakai, misalnya di apotek-apotek. Beratnya, sekitar 5,5 kg, dan memakai aliran listrik sebesar 80 watt. Harga kontan Rp 5,5 juta, kalau kredit sekitar Rp 7,2 juta. Reflotron, disebut-sebut bisa membantu dokter mendiagnosa pasien sebelum memberikan pengobatan. Khususnya, untuk pemeriksaan kolesterol, hemoglobin, glukosa, urea. Caranya, seorang pasien, yang ingin diperiksa kadar kolesterolnya, diambil sediklt darahnya. Lalu, lewat kapiler, darah tadi diteteskan ke carik reagansia khusus kolesterol, yang diletakkan di sebuah lempengan. Tak berapa lama, darah itu akan merembes ke lapisan separasi, dan plasmanya menyebar ke dalam wadah (reservoir). Setelah itu, lempengan carik reagansia tadi dimasukkan ke tabung pembaca. Di tabung inilah, sekitar satu menit, proses pengukuran kolesterol pasien berlangsung. Dan, hasilnya akan terbaca, lewat angka yang terpampang di layar kecil pada alat baru itu. Misalnya, bisa terbaca angka: 169 mg/dl. Itulah posisi kolesterol orang yang diperiksa tadi. Dengan dasar angka itulah dokter yang memeriksanya memberikan pengobatan. Menurut Vincent Marks, ada enam carik reagansia terdapat pada Reflotron. "Kepastian bisa segera didapatkan, itulah nilai penting penemuan ini," kata Marks kepada TEMPO. Dan, itu bermanfaat bagi dokter dan pasien. "Pasien tak perlu harus ke laboratorium untuk mengambil hasil pemeriksaan kolesterolnya. Ia juga tak perlu harap-harap cemas menunggu hasil pemeriksaan sampai keesokan harinya. Sedangkan bagi dokter, ia bisa bertindak lebih cepat," tambahnya. Reflotron ditemukan pada 1983. Tapi, baru tahun 1985, Boehringer Mannheim GmbH, sebuah perusahaan Jerman, yang bergerak dalam pembuatan reagansia dan terapi, khususnya, menyangkut metabolisme dan cardiovaskuler, memproduksi dan memasarkan Reflotron secara luas. Pemerintah Jerman bahkan sempat memberikan penghargaan Silver Diploma buat penemu alat canggih ini. Selain sebagai pendeteksi, Reflotron juga bisa menyimpan data pasien yang telah ia periksa. Data itu bisa dikeluarkan jika alat ini dihubungkan dengan printer khusus. Mudah dibawa-bawa, ia, agaknya, sebuah saingan berat buat para pekerja laboratorium. Maklum, jika ia nanti dipakai secara meluas, mudah ditebak, permintaan pemeriksaan ke laboratorium bakal berkurang. Apakah Reflotron akan dapat pasaran di sini? "Masih dalam tahap uji coba," kata Nurul Akbar, 43, internis, yang sehari-hari bertugas di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Nurul sudah mencoba alat baru ini sejak satu setengah bulan untuk praktek pribadinya di Jalan Percetakan Negara. Ia membeli alat itu secara kredit. Sejak dipasarkan di Indonesia, beberapa bulan lalu, sudah sebanyak 10 Reflotron terjual. Hasil diagnosa alat ini memang tak persis sama seperti hasil pemeriksaan laboratorium. "Ada penyimpangan sekitar 10 persen dibandingkan hasil lab. Tapi, beda itu tak ada artinya bagi pengobatan," kata Nurul. Menurut dia, Reflotron sangat berguna bagi bidang penyakit dalam. Karena, alat ini, selain untuk pendeteksi, kerap juga dipakainya buat konfirmasi. Dengan mengetes GGT di reagansia, umpamanya, Nurul bisa cepat mengatakan kepada pasien yang datang ke ruang prakteknya, mereka mengidap sakit hati atau tidak. Keluhan terhadap alat baru Reflotron diungkapkan Slamet Suyono, 49, ahli metabolisme dan endokrinologi, yang juga telah memakai alat ini. Ia mengatakan, Reflotron sensitif terhadap suhu. "Kalau suhu ruangan tempat ia berada tidak ber-AC, maka kesalahan yang dibuatnya mungkin besar," kata Suyono. Selain itu, hasil pemeriksaan alat ini juga tak bisa akurat, jika voltase listrik turun. Suyono menambahkan bahwa alat baru ini memang menyederhanakan prosedur kerja. Tapi, untuk pemeriksaan diabetes, seperti yang sehari-hari ditanganinya, Suyono menganggap alat ini mahal. Misalnya, untuk pemeriksaan glokusa darah, kapiler yang mengandung heparine (untuk mengambil darah) harganya sekitar Rp 48.000 untuk 500 buah. Sementara secarik reagansia sekitar Rp 1.250. "Kapiler harus kontinyu ada, dan alat ini juga hanya satu kali pakai," katanya. Selain itu, Suyono belum berani 100% memastikan hasil deteksi alat ini untuk pasien penderita diabetes yang datang kepadanya. "Karena itu, saya masih mengandalkan pemeriksaan laboratorium," ujar Kepala Sub-Bagian Metabolik dan Indokrin Bagian Penyakit Dalam RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, itu. Pelbagai keluhan memang masih disebutkan untuk alat diagnosa baru ini. Misalnya, ia terlalu spesifik. Ia tak bisa digunakan untuk pemeriksaan secara simultan: dari satu contoh darah yang sama misalnya, tak bisa dipakai untuk memeriksa beberapa parameter (kolesterol, hemoglobin, dan lainnya) seperti yang bisa dilakukan di laboratorium. Itu berarti, seorang yang mau memeriksakan pelbagai keadaan di tubuhnya harus berulang-ulang diambil darahnya. Marah Sakti Laporan Mohamad Cholid (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus