Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Saidah Dan Kandungannya

Dokter Satoto dari RSU Jember, berhasil mengeluarkan kista yang melekat pada indung telur saidah. Kista dengan berat 25 kg itu terdiri dari gelembung-gelembung berisi air dan selama 15 thn dikandung Saidah. (ksh)

15 Juli 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUDAH 40 tahun lebih Saidah berumah tangga dengan Muslimin. Pasangan dari Bondowoso, Jawa Timur ini belum juga mendapat keturunan. Namun keadaan itu tidak membawa keretakan bagi perkawinan mereka. Untuk meramaikan suasana rumah di Jalan Sultan Agung, 28 tahun yang lampau mereka menangkat Usman keponakan Saidah sendiri. Usman diharapkan jadi "pemancing" bagi rahim Saidah supaya keluar anak -- seperti kepercayaan orang sini. Tapi ternyata belum membawa berkat juga. Ketika umur Saidah menanjak tua, harapan untuk mendapatkan anak pupus sudah. Seluruh perhatian hanya diberikan kepada Usman. Anak yang cakep dan bisa menghormati kedua orangtua angkatnya. Sampailah pada satu saat ketika Saidah memasuki usia 60 tahun, ia merasa ada yang sedang tumbuh di dalam kandungannya. Perutnya kian hari kian membesar. Ia jadi harap-harap-cemas. Perasaannya bercampur antara suka dan duka. Suka karena harapan akan memperoleh anak, tapi cemas karena umurnya yang sudah tua. Berjalan sedikit saja sudah ngos-ngosan. Kalau makan cepat kenyang. Sembilan bulan sudah lewat. Tapi tak ada tanda-tanda hendak melahirkan. Karena belum pernah melahirkan, Saidah tidak segera bisa meyakini apakah yang dikandungnya itu benar-benar orok atau bukan. Tetapi setelah setahun mengandung dan jabang bayi belum juga menggeliat minta keluar, Saidah mulai curiga. Bertandang ke tetanga dan bertanya-tanya kepada mereka yang pernah berpengalaman melahirkan, Saidah mulai yakin bahwa kandungannya itu tak beres. Saran tetangga supaya ia segera minta pertolongan pada dokter tidak segera dilaksanakan, karena ia takut dokter. Bantuan Dokter Setelah kandungannya berusia 3 tahun, Muslimin, suaminya meninggal dunia. Tinggal ia sendiri dan anak angkatnya Usman. Mereka berusaha melawan gejala penyakit yang datang dari kandungannya, seperti sesak nafas dan rasa nyeri. Saidah sering mengeluh. Saran supaya minta bantuan pada seorang dokter tak bisa ditunda-tunda lagi. Ia berhadapan dengan dokter ketika kandungannya itu sudah berumur 10 tahun. Dokter menyarankan agar Saidah memeriksakan penyakitnya pada dokter kandungan di Banyuwangi. Ia menurut. Tapi ketika sampai di Banyuwangi ia malahan dioper kembali ke Rumah Sakit Umum Bondowoso. Di rumahsakit ini ia mendengar perutnya akan dioperasi. Ia jadi takut. Ada alasan lain mengapa ia mundur dari rumahsakit itu. Ia tak punya uang cukup untuk membayar ongkos. Sedangkan uang pensiun suaminya hanya cukup untuk ongkos hidup Saidah dan Usman. Untunglah ada Murtada, seorang pekerja sosial yang mendengar kesulitan Saidah. Pihak rumahsakit dia hubungi dan Saidah bisa bebas dari ongkos. Setelah menderita hampir 15 tahun dengan kandungannya itu, Saidah tanggal 24 Mei yang lalu mulai diperiksa secara terperinci. Pertama-tama dia diminta memeriksakan jantung ke Jember, karena Bondowoso belum punya seorang spesialis jantung. Hasil pemeriksaan di Jember menyebutkan jantung Saidah normal saja. Seperempat Kwintal Pulang dari Jember Saidah segera disiapkan untuk dioperasi. Pekerjaan tersebut akan dipimpin oleh dr Satoto, 35 tahun, seorang dokter lulusan Universitas Airlangga. Ia sendiri sebenarnya bukanlah seorang ahli kandungan, apalagi seorang ahli bedah kandungan. Satoto hanya seorang dokter umum. Tapi ia memang berpengalaman dalam bidang bedah. "Rata-rata 15 kali melakukan pembedahan besar dan kecil, tiap bulan," katanya. Pengalaman ini ia peroleh selama bertugas mendampingi ahli bedah dr Suhadi di Rumah Sakit Umum Jember. Di RSU Bondowoso sendiri sebenarnya ada seorang ahli bedah kandungan, dr Ny. Hendro Cahyono yang menjabat kepala rumahsakit tersebut. Tapi mungkin ia terlalu sibuk dan menganggap keahlian Satoto sudah cukup untuk menolong Saidah. Pembedahan berjalan lancar di bawah pimpinan Satoto yang pendiam itu. Dibantu tiga mantri dan seorang perawat, Satoto menyelesaikan pertolongan itu dalam tempo satu setengah jam. Ia pantas dipuji. Hanya dengan peralatan sederhana ditambah ucapan "bismillah" pekerjaan itu toh bisa dia selesaikan dengan baik. Jadi apa yang dikandung Saidah selama 15 tahun ini? Dari torehan pisau bedah sepanjang 15 cm di dalam perut Saidah ditemukan tumor kista seberat 25 kg. Satu bentuk tumor jinak yang terdiri dari gelembung-gelembung berisi air. Berwarna kuning. Satu-satunya kesulitan dr Satoto ialah ketika ia hendak memisahkan kista tersebut dari indung telur. Rupanya kista itu lengket di sana hingga ketika akan dipisahkan menimbulkan pendarahan yang agak banyak. "Kista itu pada mulanya hanya berupa bintik kecil yang melekat pada indung telur. Itulah sebabnya mengapa Saidah tak bisa hamil," urai dr Satoto. Ketika akan dikubur kista tadi ditampung ke dalam sebuah baskom. Tumor yang berbobot seperempat kwintal itu jadi luber dalam baskom tersebut. Sepuluh hari setelah operasi Saidah sudah bisa meninggalkan rumah sakit. "Rasanya badan saya ini melayang saking entengnya," kata Saidah kepada para tamu yang datang menjenguknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus