KELOMPOK Ngamen 78 ikut menyanyi di Teater Terbuka TIM waktu
Rendra membaca sajak (yang berakhir dengan penangkapannya itu).
Kelompok ini berusaha untuk ambil bagian dalam "Rally Ngamen"
yang diselenggarakan di Pasar Seni Ancol, Jakarta akhir bulan
lalu. Tapi tidak berhasil jadi pemenang. Mereka hanya sempat
digolongkan pada 10 grup harapan di antara 27 grup peserta.
"Kami tidak berharap untuk menang dalam rally ngamen itu," kata
salah seorang anggotanya. Tapi tak urung mereka pun kelihatan
cukup kecewa tatkala para juri mengumumkan grup "A kos Trio"
sebagai pemenang pertama dan mengantongi hadiah Rp 75 ribu Grup
ini memang sangat kompak membawakan beberapa lagu Barat. Tempat
berikutnya yang berharga Rp 50 ribu direbut oleh grup "Bunga
Mawar" dengan lagu-lagu keroncong. Sedangkan hadiah ketiga
sebesar Rp 25 ribu, dipegang oleh "Cahaya Gumilar" -- sebuah
grup dengan beberapa wanita manis yang menyanyi sambil menari
dengan goyang yang hebat.
Kompleks Pelacuran
Rally Ngamen adalah salah satu "kesintingan" Pasar Seni Ancol
yang tak jemu-jemunya berusaha mendapatkan atraksi segar untuk
meramaikan kompleks yang sangat ideal dan mahal itu. Perlombaan
ini merupakan langkah berikutnya --setelah bulan April yang lalu
diselenggarakan sebuah Festival Ngamen -- yang sempat dihadiri
oleh Gubernur Tjokropranolo dan Menko Kesra Surono. Kalau dalam
Festival itu mereka hanya bertanding di Plaza Pasar Seni, dalam
rally ini ada 6 pos. Di setiap pos harus dinyanyikan paling
sedikit: 2 buah lagu. Pos terakhir yang diletakkan di Taman
Impian Anak-Anak sama sekali tidak efektif. Kecuali para juri,
rata-rata anak-anak yang sedang bermain dalam taman itu tidak
ada yang peduli adanya orang ngamen.
Panitia mencoba menunjukkan kebaikan acara ini dengan
menamakannya sebagai usaha untuk inventarisasi. "Kami ingin
menginventarisasikan semua grup ngamen, supaya kalau ada yang
butuh, cepat bisa disalurkan," ujarnya.
Hanya saja kriteria grup ngamen belum dapat dipastikan. Karena,
bukan hanya grup nyanyi saja yang ikut bertanding. Di samping
musik gitar juga ada angklung dan kuda kepang ambil bagian.
Agaknya yang dimaksudkan dengan ngamen bukanlah jenisnya tapi
caranya menjajakan sehingga meliputi segala macam musik dan
tontonan yang ditawarkan di sepanjang jalan.
Kelompok Ngamen 78 -- yang kalah itu -- menarik karena
anggotanya yang rata-rata lulusan SMA. Mereka memilikl 17 buah
lagu, antara lain Enceng Gondok, Si Kecil Kejepit, Kami
Bertanya. Tapi tidak semua lagu itu boleh dinyanyikan dalam
rally -- maklum nadanya protes sosial dan sindiran. Anggotanya
13 orang dengan instrumen seadanya. Mereka menamakan aliran
musik mereka "Volk Klun" -- irama bunyi-bunyian dengan alat apa
saja tetapi artistik. Daerah operasinya di restoran, terminal
bus, kampus, kantor-kantor dan pernah main di kompleks pelacuran
Kramat Tunggak.
Kelompok ini lahir semasa Sidang MPR yang lalu. Mereka mengaku
melihat adanya kepincangan-kepincangan dalam tata-hidup
masyarakat yang perlu disalurkan lewat lagu. Formasi awalnya
adalah Akhmad Setyadi, Nendra, Gatot dan Edness. Sampai sekarang
hanya punya 1 anggota perempuan: Deliana Siahaan. Dalam satu
lagu berjudul Nyanyian Pengamen 78 mereka bernyanyi:
Selamat malam, saudara-saudari
kami mau menyanyi,
Mohon diresapi, kami mau tanya,
mungkin anda tahu di mana letaknya
keadilan itu?
Dan apa hukumnya buat sang koruptor
Mungkin lebih baik diseret di motor
Karena otaknya bangor, .... dst.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini