Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dermatolog dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia, Endi Novianto, mengingatkan untuk tetap memakai tabir surya sekali pun dalam kondisi hujan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saat ini tidak ada matahari tetapi UV-nya masuk. Jadi belum tentu kalau kita tidak kepanasan, enggak ada cahaya matahari, UV enggak masuk. Jadi tetap harus pakai," katanya di Jakarta, Selasa, 20 Januari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alumni Spesialis Kulit dan Kelamin dari Universitas Indonesia itu menyarankan penggunaan tabir surya yang tak mudah terhapus atau luntur karena air, termasuk keringat, dan oleskan kembali tabir surya pada wajah setiap 2-4 jam sekali.
"Jadi tidak berbeda harusnya saat hujan atau panas. Kalau lagi hujan bisa pilih sunscreen yang waterproof. Diulang tetap setiap dua hingga empat jam kalau SPF-nya 30. Semakin lama enggak diulang semakin kayak habis kemampuan melindunginya," jelasnya.
Bukan penyebab jerawat
Sementara untuk tingkat pelindung terhadap UVA (PA), Endi mengatakan bisa menggunakan produk dengan PA plus 2 (PA++). Dia tak melarang penggunaan PA dan SPF atau faktor pelindung matahari lebih tinggi (di atas 30) karena kemampuan perlindungan lebih tinggi. Namun, biasanya produk ini semakin pekat.
Di sisi lain, pada sebagian orang, penggunaan tabir surya yang pekat dianggap menjadi penyebab kulit berjerawat. Menurut Endi, sebenarnya hal ini bisa dicegah dengan menurunkan faktor penyebab seperti asupan makanan berminyak.
"Kulit tidak boleh terlalu berminyak. Kalau terlalu berminyak ada SPF tinggi, PA tinggi, dia jadi kayak menutup, kayak pakai foundation tebal. Minyaknya dikurangi, makanannya enggak boleh yang berlemak, jangan manis-manis. Itu membantu mengurangi produksi minyak di wajah," tuturnya.