Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Asma adalah kondisi penyempitan dan pembengkakan saluran udara hingga membuat sesak napas, batuk, dan mengi. Berbagai faktor eksternal atau pemicu dapat menyebabkan serangan asma, eksaserbasi, atau serangan asma yang memperburuk gejala. Misalnya, beberapa pemicu asma yang umum adalah asap tembakau, tungau debu, jamur, dan hewan peliharaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, kata Megan Conroy, seorang ahli paru dan asisten profesor kedokteran paru dan perawatan kritis di Pusat Medis Wexner Medical Universitas Negeri Ohio di Amerika Serikat, infeksi virus adalah pemicu yang dapat memperburuk asma seseorang,
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Di sinilah Covid-19 berperan karena adalah infeksi virus, berpotensi memperburuk asma, yang bisa menjadi sangat serius," ujarnya, dilansir dari Insider.
Kendati demikian, hingga saat ini para dokter belum mengetahui pasti apakah bisa digeneralisir Covid-19 dapat mempengaruhi penderita asma.
"Kami belum memiliki data populasi yang besar tentang hasil penderita asma yang terinfeksi virus corona baru untuk mengetahui dengan pasti apakah hasilnya lebih buruk, tetapi kekhawatirannya adalah bahwa eksaserbasi asma selain penyakit Covid-19 memiliki potensi lebih tinggi untuk menyebabkan penyakit kritis," tutur Conroy.
Charles L. Fishman, ahli paru di New York-Presbyterian Medical Group Westchester mengatakan bahwa asma tidak membuat penderitanya lebih rentan tertular virus sejak awal. Tetapi dia sepakat risiko utamanya adalah terkena virus corona dapat memperburuk gejala asma, seperti mengi, batuk, dan kesulitan bernapas.
Ini karena Covid-19 dan asma mempengaruhi paru-paru. Conroy mengatakan menderita asma bersamaan dengan Covid-19 kemungkinan akan memperburuk peradangan di paru-paru yang menyebabkan asma dan memperburuk kondisi. Namun, dia mengatakan banyak detail spesifik yang belum diketahui tentang mekanisme kekebalan yang terlibat dengan virus corona, dengan atau tanpa asma.
Salah satu skenario yang paling berbahaya adalah jika seseorang dengan asma dan virus corona membutuhkan ventilator. Menjadi sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan paru-paru mereka. Mungkin saja ventilator tidak akan cukup untuk menopang paru-paru jika terjadi eksaserbasi asma yang parah.
Salah satu makalah penelitian terbaru tentang hubungan antara keparahan Covid-19 dan asma diterbitkan dalam The Journal of Allergy and Clinical Immunology pada Agustus 2020. Penelitian tersebut menganalisis 492.768 partisipan, 65.677 di antaranya menderita asma.
Para peneliti menentukan orang dengan asma non-alergi memiliki kemungkinan 48 persen lebih tinggi untuk terinfeksi Covid-19 yang parah. Meski demikian, mereka yang menderita asma alergi tampaknya tidak memiliki risiko lebih tinggi.
Conroy mengatakan serangan asma dan Covid-19 masing-masing berakibat fatal. Oleh karena itu, jika seseorang mengalami kedua penyakit tersebut dapat menyebabkan lebih banyak komplikasi kesehatan.
Secara teoritis, mengidap asma dan Covid-19 secara bersamaan berpotensi menyebabkan penyakit yang sangat parah, termasuk pneumonia, penyakit pernapasan akut, atau serangan asma, menurut CDC.
Oleh karena itu Conroy merekomendasikan agar pasien asma terus menggunakan obat pengontrol, seperti inhaler kortikosteroid harian atau inhaler kombinasi sebagaimana diresepkan untuk mengurangi peradangan paru-paru dan menurunkan risiko memburuknya serangan asma dan asma secara umum.
"Pastikan Anda menggunakan inhaler dengan benar dan jangan melewatkan dosis," tegasnya.
Selain itu, penderita juga harus memastikan inhaler tidak kadaluarsa. CDC juga merekomendasikan penderita asma harus memiliki persediaan obat setidaknya selama 30 hari.