Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sprei dan sarung bantal harus sering dicuci karena dapat menumpuk banyak hal, seperti ribuan sel kulit mati, tungau debu, hingga kotoran. Karena itu, sprei dan sarung bantal harus sering dicuci agar tidak menyebabkan masalah pada tubuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip dari Channel News Asia edisi akhir pekan lalu, sebenarnya, waktu mencuci sprei dan sarung bantal tidak diatur. Misalnya, bagi orang-orang yang tinggal di Singapura yang hangat dan lembab, ada kewajiban untuk mengganti sprei lebih sering. Tetapi hal ini tetap tergantung pada preferensi individu masing-masing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Secara umum, rekomendasi frekuensi di yang ideal adalah setiap satu hingga dua pekan sekali. Sementara orang-orang yang memiliki hipersensitivitas harus mencuci sprei setiap tiga hingga empat hari. Waktu ini berdasarkan faktor-faktor seperti cuaca dan kondisi kulit dan gaya hidup.
Melansir dari Healthline, seseorang harus mencuci sprei dan sarung bantal lebih sering jika:
- Memiliki alergi atau asma dan sensitif terhadap debu
- Mengalami infeksi atau lesi yang bersentuhan dengan seprai atau bantal
- Berkeringat berlebihan
- Hewan peliharaan tidur di kasur
- Sering makan di tempat tidur
- Tidur tanpa mandi
- Tidur telanjang
Tidak mencuci seprai secara teratur juga menyebabkan tubuh terpapar jamur, bakteri, serbuk sari, dan bulu binatang yang biasa ditemukan di sprei dan alas tidur lainnya. Hal-hal lain yang ditemukan pada sprei termasuk sekresi tubuh, keringat, dan sel-sel kulit mati. Kondisi ini bisa memicu eksim atau menyebabkan dermatitis kontak.
Penderita asma dan alergi juga dapat memicu atau memperburuk gejala mereka dengan tidur di sprei yang kotor ataupun sarung bantal dan guling yang lama tak dicuci. Selain itu, seseorang juga dapat menularkan dan tertular infeksi melalui linen kotor dari sprei yang tidak dicuci.