Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Sragen - Rumah Makan Soto Girin begitu terkenal di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Ada tujuh lokasi Soto Girin di Sragen dan semua pengelolanya masih berkerabat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Warung Soto Girin pertama terletak di pinggir Jalan Raya Sukowati, seberang Rumah Dinas Bupati Sragen. Usia warung ini 69 tahun dan menjadikannya warung soto legendaris di Sragen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Warung soto tersebut dikelola Hanang Maytri Saputro bersama kakaknya, Sutinah, dibantu seorang keponakan dan tiga karyawan. Hanang dan Sutinah adalah cucu Haji Wagirin, pendiri Soto Girin. Warung ini buka mulai pukul 04.30 sampai 12.00 WIB.
"Ini warung Soto Girin yang pertama, asli warisan dari mbah saya," kata Hanang kepada Tempo, Ahad pagi, 1 Mei 2022. Menurut Hanang, Soto Girin termasuk pelopor usaha soto di Sragen. Itu sebabnya Soto Girin termasyhur dan menjadi warung soto paling legendaris di Bumi Sukowati, julukan Sragen, sekaligus menjadikannya warung soto legendaris di Jawa Tengah.
Hanang bercerita, Warung Soto Girin didirikan oleh Wagirin pada 1953 atau usianya tahun ini hampir 70 tahun. Wagirin lahir pada 1922 dan wafat 1988. Semula Wagirin berjualan soto di kampung asalnya, yaitu Desa Saradan, Kecamatan Karangmalang, Sragen.
RM Soto Girin yang legendaris di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. TEMPO | Abdi Purmono
Wagirin biasa menjual soto pada pagi hari dengan cara dipikul dan berkeliling kampung, seperti ke Ringinanom, Tegalsari, dan Kuwungsari. Selesai berkeliling, Wagirin kembali berjualan di rumahnya pada siang hari. Kebiasaan itu berhenti pada 1997. Lapak dagang soto pindah ke pusat kota Sragen dan bertahan hingga sekarang.
Pemindahan warung dilakukan sembilan tahun setelah Wagirin wafat. Warungnya laris manis, bagai tak pernah kehabisan pelanggan. Setelah Wagirin wafat, usahanya dilanjutkan Tuginem, sang istri. Setelah Tuginem wafat, usaha soto diteruskan oleh anaknya.
Pasangan Wagirin dan Tuginem punya enam anak. Tetapi hanya segelintir yang berbakat jadi pengusaha soto. Beberapa cucu justru mampu meneruskan usaha soto dengan resep asli warisan sang kakek. Sebab itu, ada tujuh Warung Soto Girin di Sragen yang dikelola oleh anak dan cucu Wagirin. Dari semua itu, cuma satu yang tertua dan legendaris.
"Usaha soto ini buat keluarga inti (anak dan cucu). Keponakan boleh buka warung soto dengan resep yang sama, tetapi mereka tak boleh pakai nama Mbah saya," kata Hanang.
Berikut lima alasan Soto Girin layak dicicipi saat berada di Sragen.
- Kuah gurih yang keruh dan kental
Kuah soto daging Girin berwarna keruh atau buthek, agak kental akibat kombinasi sejumlah rempah. Kuah yang keruh berbeda dari kebanyakan soto berkuah bening yang lazim ditemukan di Boyolali, Solo, Barang, dan Pekalongan.
Cita rasa kuah Soto Girin tetap segar dan gurih, serasa lengket di lidah. Rasanya kian nikmat apabila ditambah taburan bawang goreng, irisan daun bawang, atau perasan jeruk nipis. - Menggunakan bahan alami
Sejak hingga sekarang, menurut Hanang, Soto Girin menggunakan bahan-bahan alami untuk menjaga kualitas dan kesegaran rasa. - Daging dan jeroan sapi yang empuk
Empuknya daging sapi dalam Soto Girin berasal dari teknik masak tradisional khas Jawa yang dipertahankan sejak awal berdiri pada 1953, yaitu memakai kuali tanah liat. Bumbunya juga sangat meresap ke seluruh daging. - Harga murah
Satu porsi Soto Girin Rp 10 ribu. Babat ukurannya besar, tebal, dan empuk dibanderol Rp 16 ribu. - Legendaris
Warung Soto Girin berdiri pada 1953 atau delapan tahun setelah Indonesia merdeka. Soto Girin begitu populer di Kabupaten Sragen, pun menjadi salah satu warung soto legendaris di Jawa Tengah.
Baca juga:
5 Makanan Ini Ditetapkan Kemenpar sebagai Kuliner Nasional
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.