Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Sejarah Perkebunan Kopi di Indonesia Sejak Abad ke-17, Hingga Tembus Pasar Dunia

Kopi pertama diperkenalkan Belanda pada 1696. Beberapa jenis kopi lokal kemudian muncul seperti kopi Toraja, kopi Kintamani, Kopi Gayo dan lainnya.

2 Agustus 2024 | 11.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pekerja memetik biji kopi arabika saat panen raya di areal perkebunan kopi arabika Afdeling Gebugan PT Perkebunan Nusantara IX, Bergas Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis, 25 Juli 2019. ANTARA/Aji Styawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kopi menjadi salah satu minuman paling populer di dunia. Di Indonesia kopi tak kalah populer, bahkan Indonesia menjadi negara urutan ke empat penghasil kopi terbesar di dunia. Indonesia memproduksi sekitar 642.000 metrik ton kopi dan merupakan negara penyumbang 6 persen kopi dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak hanya menjadi salah satu pengimpor kopi terbesar di dunia. Indonesia juga dikenal sebagai negara dengan kualitas kopi terbaik di pasar internasional. Rata- rata jenis kopi yang dikembangkan di Indonesia ialah Kopi Robusta dan Kopi Arabika.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejarah Perkembangan Kopi di Indonesia

Sejarah kopi di Indonesia dimulai sejak tahun 1696 saat pendudukan Belanda di Nusantara. Ketika itu Belanda datang ke pulau Jawa dengan membawa bibit kopi berjenis Arabika dari Malabar, India. Budidaya kopi pun mulai dilakukan untuk pertama kali di daerah khusus agrikultur dekat Batavia bernama Kedawung. Sayangnya percobaan penanaman kopi tersebut gagal karna faktor cuaca ektsrem.

Sekitar 3 tahun kemudian, Belanda kembali membawa batang kopi dari Malabar yang merupakan hasil stek. Kali ini, budidaya kopi oleh Belanda pun berhasil. Pada 1706, biji kopi dari pulau Jawa sukses menjadi barang yang sangat populer. Bahkan, kesuksesan ini membuat Belanda menanam kopi di setiap pulau Indonesia yang kemudian memunculkan berbagai ragam jenis kopi lokal.

Hampir 200 tahun setelah kemunculan kopi pertama di Indonesia, penyakit Hemileia vastatrix (HV) atau karat daun menyerang dan menyebabkan rusaknya seluruh perkebunan Indonesia, termasuk perkebunan kopi.

Pada 1900-an, Belanda akhirnya membawa dan memperkenalkan biji kopi jenis robusta kepada para petani di Jawa Timur. Ternyata, jenis kopi ini cukup kuat untuk bertahan dari serangan penyakit karat daun. Budidaya kopi robusta semakin meluas hingga menjalar ke Sumatra.

Kondisi lahan pertanian, letak geographis wilayah yang berbeda- beda mempengaruhi cita rasa kopi. Begitu juga yang terjadi di Indonesia. Beberapa daerah di Indonesia memiliki cita rasa kopinya masing- masing yang unik dan berbeda dari jenis kopi pada umumnya. Kopi- kopi tersebut juga telah mencapai popularitasnya di pasar nasional dan internasional. Berikut 9 jenis kopi Indonesia yang dikenal dengan cita rasa khasnya.

1. Kopi Gayo

Dari namanya asal kopi ini sudah bisa ditebak. Kopi Gayo merupakan kopi khas dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah. Kopi Gayo merupakan jenis Kopi Arabika. Kopi gayo memiliki cita rasa yang kuat dan kental. Kualitas kopi gayo sudah tidak diragukan lagi karna telah memiliki sertifikasi dari badan internasional pada 27 Mei 2010 lalu, yakni dari Fair Trade Certified™. Dari dalam negeri sendiri, kopi Gayo juga telah mendapat sertifikasi dari Kemenkumham, yaitu sertifikat Indikasi Geografis atau IG. International Conference on Coffee Science, Bali, pada Oktober 2010 menominasikan kopi asal Aceh ini sebagai the Best No 1, dibandingkan dengan kopi jenis arabika dari tempat lain.

2. Kopi Arabika Java Ijen Raung

Kopi Arabika Java Ijen Raung merupakan kopi asal Bondowoso, Jawa Timur. Kopi Arabika ini banyak dikebunkan di kawasan Gunung Ijen dengan ketinggian 1400 mdpl. Kopi ini memiliki rasa khas yakni perpaduan rasa asam Jawa dengan sedikit rasa pedas. Meskipun sebagian kopi kuat dengan rasa pahit namun, kopi yang satu ini memiliki rasa pahit yang tidak begitu pekat. Selain itu, kopi ini memiliki aroma khas bunga hutan. Kopi ini juga memiliki cita rasa seperti kacang-kacangan dengan sedikit rasa seperti coklat.Kopi Arabika Java Ijen Raung juga telah mendapat IG dari Kementerian Hukum dan HAM.

3. Kopi Robusta Temanggung

Kopi Robusta Temanggung dibudidayakan di kawasan Temanggung Jawa Timur. Kopi temanggung memiliki sensasi rasa seperti coklat dan sedikit pedas. Kualitas rasa kopi Temanggung yang dihasilkan merupakan faktor kondisi tanah dan sistem pemanenan. Petani di daerah Temanggung sudah terbiasa melalukan petik buah kopi ketika sudah merah segar. Kopi ini telah memiliki sertifikat IG, dengan kualitas terbaik. Kopi ini hanya dibudidayakan di 11 Kecamatan, di antaranya Gemawang dan Kandangan Gesing.

4. Kopi Rangsang Meranti

Berbeda dari daerah- daerah lainnya kopi yang dikembangkan di Kepulauan Meranti, Riau ini terdapat merupakan jenis kopi Liberika yang asalnya dari Liberia. Kopi jenis ini biasanya tumbuh di tanah gambut. Kopi ini memiliki cita rasa yang khas dan lembut. Kopi ini juga memiliki aroma unik yakni perpaduan antara aroma coklat dan nangka.

Kualitas kopi Liberika Rangsang Meranti tidak perlu diragukan, sebab kopi ini telah menyabet sertifikasi IG dan dinyatakan sebagai satu di antara beberapa hasil pertanian terbaik oleh Dirjen Kekayaan Intelektual Nasional RI.

5. Kopi Arabika Toraja

Sesuai nama daerahnya kopi Toraja berasal dari daerah Sulawesi Selatan. Kopi ini memiliki cita rasa yang unik yakni cenderung dominan pada aroma rasa buah dan tidak begitu pahit saat diminum, selain itu tingkat keasaman kopi ini juga rendah sehingga nyaman diminum. Karna kekhasan rasanya Kopi Arabika Toraja disebut juga sebagai ratunya kopi atau ‘Quen of Coffe.’

Keunikan rasa Kopi Arabika Toraja ini disebabkan lokasi tanamnya di area pegunungan dengan tanah vulkanik di ketinggian 1400 sampai 2100 mdpl di pegunungan Sasean, ditanam berdampingan dengan aneka rempah sehingga membuat aroma kopi Arabika Toraja menjadi wangi dan khas. Selain itu, Kopi Arabika memiliki ciri fisik yang khas seperti biji kopi yang memiliki bentuk serta ukuran yang tak teratur serta berwarna coklat tua sehingga cukup muda diidentifikasi.

6. Kopi Arabika Kintamani

Berbeda dengan kopi Indonesia lain yang cenderung beraroma rempah, kopi Arabika Kintamani ini tidak memiliki rasa rempah. Kopi asal Bali ini tidak memiliki rasa pahit yang dominan, sehingga cocok untuk penggemar kopi yang tidak menyukai rasa terlalu pahit. Ciri khas dari Kopi Arabika Kintamani ialah memiliki cita rasa segar. Hal tersebut karna pohon kopi ditanam berbarengan dengan komoditas lain seperti sayuran dan jeruk. Pohon-pohon kopi sengaja ditanam di bawah pohon penaung, dan dikelola secara bersamaan sehingga menghemat penggunaan pupuk organik yang digunakan. Kopi Arabika Kintamani dibudidayakan di dataran yang cukup rendah bila dibanding dengan jenis Kopi Arabika sebelumnya yakni di ketinggian 900 mdpl.

7. Kopi Papua

Kopi khas lembah Jayawijaya ini memiliki aroma seperti semerbak bunga. Selain itu, kopi ini memiliki tingkat adiksi atau candu yang rendah sehingga membuat lambung tetap aman. Kopi Papua Wamena tumbuh subur menopang ekonomi masyarakat sekitar perkebunan lembah Baliem di Timur Gunung Jayawijaya.

8. Kopi Lampung

Kopi khas asal Lampung nerupakan jenis kopi robusta. Karakteristik kopi terbaik asal Lampung, ini memiliki tekstur yang halus dengan aroma pahit khas robuusta. Hal tersebut karena proses pengelolaan kopi ini menggunakan dry processing. Perkebunan kopi di lampung tersebar di beberapa daerah seperti Lampung Tengah, Lampung Barat, dan Tanggamus.

9. Kopi Flores Bajawa NTT

Kopi Flores Bajawa adalah kopi yang berasal dari Kabupaten Ngada, NTT. Kopi Flores Bajawa memiliki ciri khas dari segi proses pengelolaannya yakni digiling saat masih basah. Cita rasa kopi terbaik Indonesia ini memiliki sedikit aroma fruity dengan aftertaste rasa tembakau.

TIARA JUWITA  | HENDRIK KHOIRUL MUFID

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus