Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Selalu Menghiasi Meja Makan Saat Lebaran, Apa Makna Filosofi Ketupat?

Ketupat identik dengan sajian khas lebaran. Selain itu, ketupat punya filosofi yang dalam.

12 Mei 2021 | 16.49 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Puluhan Gunungan Ketupat didoakan sebelum diperebutkan dalam Lebaran Ketupat di Bukit Sidoguro kawasan Rawa Jombor, Krakitan, Bayat, Klaten, 13 Juli 2016. Lebaran ketupat merupakan sebuah tradisi yang sudah ada sejak dahulu kala. TEMPO/Bram Selo Agung

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Lebaran identik dengan sajian makanan yang beraneka ragam. Salah satu di antara sajian makanan khas lebaran adalah ketupat. Kuliner lebaran terasa kurang lengkap, jika tak menyantap ketupat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Konon, Sunan Kalijaga menjadi yang pertama kali mengenalkan ketupat kepada masyarakat Jawa. Kala itu, Sunan Kalijaga membudayakan dua kali bakda. Bakda lebaran dan bakda kupat. Kedua bakda ini dimulai seminggu usai Lebaran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, tahukah kamu apakah makan filosofi dari ketupat?

Ditilik dari filosofi Jawa, ketupat memiliki makna yaitu ketupat atau kupat. Kupat sendiri adalah kependekan kata dari “Ngaku Lepat”, di mana memiliki arti meminta maaf dan Laku Papat yang berarti empat tindakan.

Ngaku lepat atau meminta maaf di hari yang fitri diwujudkan orang Jawa dengan tradisi sungkeman. Tradisi sungkeman ini mengajarkan bagaimana pentingnya menghormati orangtua, bersikap rendah hati, dan memohon keikhlasan serta pemberian maaf dari orang lain.

Lalu, apakah itu laku papat? Empat tindakan tersebut adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Lebaran berarti sudah usai, yang menandakan berakhirnya waktu puasa Ramadan.

Luberan diartikan sebagai meluber atau melimpah. Luberan dapat dimaknai sebagai ajakan bersedekah kepada kaum miskin. Contoh membayar zakat fitrah.

Kemudian ada leburan. Makna dari leburan adalah di mana dosa dan kesalahan akan melebur habis, sebab setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan kesalahan satu sama lain.

Terakhir adalah laburan. Kata Laburan berasal dari labur, yakni kapur yang biasa digunakan untuk menjernihkan air atau pemutih dinding. Singkatnya, laburan dimaksudkan supaya manusia selalu menjaga kesuciannya, baik lahir maupun batin.

Nah, kenapa ketupat harus dibungkus dengan daun janur?

Kata janur atau daun kelapa sendiri diambil dari bahasa Arab " Ja'a nur ", yang artinya celah datang cahaya. Bentuk fisik ketupat yang segi empat diibaratkan bak hati manusia. Ketika orang sudah mengakui kesalahannya, maka hatinya akan menjadi seperti ketupat yang dibelah. Isinya putih bersih, hati terbebas dari rasa iri dan dengki. Kenapa bisa? karena hatinya sudah dibungkus dengan cahaya atau ja'a nur tadi.

ANNISA FEBIOLA 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus