Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEORANG atlet nasional berusia 16 tahun saat diperiksa dokter di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta, ketahuan menderita hipertensi. Setelah ditelusuri riwayat penyakit keluarganya, ternyata ayahnya juga penderita tekanan darah tinggi. Memang, riwayat keluarga merupakan salah satu risiko seseorang terkena penyakit hipertensi.
Untuk menanganinya, dokter memberikan obat. Pemuda itu pun disarankan berhenti menjadi atlet, karena obat hanya mengurangi risiko, bukan menyembuhkan. ”Kalau dia loncat-loncat, melakukan smash, lalu tekanan darahnya tinggi, bisa mendadak mati di lapangan,” kata dokter ahli jantung Rumah Sakit Harapan Kita, Santoso Karo-karo. Memang, salah satu pantangan penderita tekanan darah tinggi adalah olahraga berat, karena otot jantung sudah tebal, masih harus digenjot kerjanya demi olahraga, sehingga makin melar.
Penderita hipertensi yang makin muda seperti sang atlet itulah yang menjadi perhatian Hari Kesehatan Jantung Sedunia, yang diperingati pada 28 September ini. Untuk peringatan tahun ini, tema yang diusung adalah ”Pahami Risiko Anda”, yaitu dimulai dari mengetahui tekanan darah.
Maklum, penyakit-penyakit pembuluh darah mencabut 17,4 juta jiwa per tahun. Pada 2025, diperkirakan satu dari tiga orang di atas 25 tahun menderita hipertensi. Berbagai penelitian untuk penanggulangan cacat dan kematian akibat hipertensi belakangan ini lebih terfokus pada penyebab hulu penyakit ini: darah dan tekanan darah.
Tekanan darah memang berkaitan langsung dengan fungsi jantung. Kemampuan memompa jantung bergantung pada tekanan darah. Jantung, sebagai mesin utama tubuh manusia memompa, menguncup, mengendur, menguncup, mengendur, tanpa henti. Nah, saat jantung menguncup, tenaganya menguat dan memompa darah ke pembuluh darah. Seperti pompa dalam hukum fisika, semakin ke hilir, diameter pembuluh darah semakin kecil. Maka semakin kencang memompa, semakin tinggi dan kuat daya alir darah.
Sebenarnya tidak ada patokan baku tentang tekanan darah normal. Sebab, tekanan darah normal setiap orang berbeda, tergantung usia dan bentuk fisik—gemuk atau kurus. Namun ada kesepakatan tekanan darah normal. Ukuran atas (sistolik)—sewaktu jantung menguncup atau memompa—tak lebih dari 140. Ukuran bawah (diastolik)—saat jantung mengendur—tak lebih dari 90. ”Jadi waktu relaksasi pun jantung masih ada tekanan terhadap darah, bukan nol,” ujar Santoso.
Tekanan darah bisa dikatakan naik jika salah satu dari ukuran kesepakatan normal itu tinggi. Misalnya 145/80 atau 130/95 sudah bisa disebut darah tinggi. Nah, tekanan darah tinggi itu punya risiko. Walaupun ukuran yang ”tinggi” itu masih disebut normal pada satu usia, 10 atau 20 tahun kemudian ukuran yang sama bisa berbahaya.
”Yang perlu dilihat adalah tekanan darah emergensi, atau tekanan darah yang gawat,” kata Santoso. Misalnya jika sistoliknya di atas 180, dan ada keluhan yang muncul tiba-tiba, seperti kesadaran turun, dada sakit, atau gangguan ginjal. ”Kalau gawat harus opname, karena harus segera diatasi,” ujar dokter yang mengambil spesialis jantung di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu. Karena gangguan kesadaran, mata gelap bisa berubah menjadi stroke, sakit dada menjadi serangan jantung, sedangkan air kencing tak keluar menjadi gagal ginjal.
Karena itulah darah tinggi harus diobati sejak dini dengan cara apa pun. Tujuannya supaya jangan terjadi kerusakan organ sasaran itu. Pengobatannya, menurut dokter yang sudah 23 tahun di Rumah Sakit Harapan Kita itu, kombinasi perbaikan gaya hidup, misalnya orang yang kurang olahraga disarankan aktif olahraga ringan, seperti jalan kaki atau aerobik, teratur 4-5 kali seminggu selama 30 menit.
Kepada orang gemuk, sarannya mengurangi berat badan. Misalnya orang 90 kilogram, turun 10 kilogram itu bisa menurunkan tekanan darah 8 mm. Saran lain, perbanyak makan sayur dan mengurangi asupan garam. ”Kalau sudah melakukan itu semua masih belum mencapai di bawah 140/90, harus dibantu obat, karena kami berpacu dengan waktu. Terlambat bisa lewat,” kata Santoso lagi.
Mengetahui secara dini menjadi penting. Jika orang tuanya punya riwayat darah tinggi, sedini mungkin diukur, mulai anak-anak, oleh dokter anak, dengan ukuran anak-anak. Saat remaja dan ketika mau masuk ke lapangan kerja, kembali diukur.
Selain menjadi gerbang penyakit, hipertensi merupakan golongan penyakit berbahaya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan hipertensi menjadi faktor utama penyebab kematian. Di Amerika Serikat, setiap dua menit seorang meninggal akibat hipertensi. Satu dari empat orang yang mengalami tekanan darah tinggi tidak mengetahui dirinya memiliki tekanan darah tinggi. Tak mengherankan jika hipertensi disebut sebagai silent killer, karena serangannya bisa datang tiba-tiba.
Di Rumah Sakit Harapan Kita, hipertensi disebut sebagai faktor utama risiko jantung koroner. ”Dengan menderita hipertensi artinya orang itu rata-rata tiga kali lipat lebih berisiko terkena penyakit jantung koroner,” ujar Santoso. Selain itu tekanan darah tinggi menyebabkan payah jantung. ”Pembuluh yang menebal lama-lama melar. Yang begini bisa mati mendadak,” kata lulusan Public Health Harvard University, Amerika Serikat, itu.
Ahmad Taufik
Gaya Hidup untuk Penyandang Hipertensi
Obat Hipertensi dan Efeknya
DRI (DIRECT RENNIN INHIBITOR) EFEK SAMPING: Batuk.
PENGHAMBAT ACE (ACE INHIBITOR), YANG DATANG PADA 1980. PENYEKAT BETA (BETA BLOCKER), MULAI ADA PADA 1970-AN. EFEK SAMPING:
Pada 1970-1980-an, diuretik dan penyekat beta merupakan dua obat yang paling banyak digunakan.
ARB (ANGIOTENSIN RECEPTOR BLOCKER), SEPERTI VALSARTAN, IRBESARTAN, LOWSARTAN. Caranya, zat yang berfungsi menghambat atau central blocking agent (vasodilator) bekerja di susunan saraf pusat. Obat ini sebenarnya sudah ditinggalkan karena ada satu penelitian bahwa yang memakai obat ini berisiko lebih besar dibanding tidak memakai. Obat ini disetop, kecuali pada hipertensi yang resisten. Artinya sudah memakai 2-3 obat tetapi tekanan darah tetap tinggi.
GOLONGAN PENGHAMBAT KALSIUM (CALCIUM CHANNEL BLOCKER) EFEK SAMPING:
PELURUH KENCING (DIURETIK): AGAR AIR SENI LANCAR.
EFEK SAMPING:
Belum banyak dikenal para dokter di Indonesia, masih disosialisasi. DRI juga obat penurunan tekanan darah yang baik, tapi belum ada penelitian tuntas, yaitu harus mampu menurunkan darah juga mencegah cacat dan kematian.
Idenya datang dari ular bothrop jararaca asal Brasil. Bila orang dipatok ular tersebut, bisa mati mendadak karena tekanan darahnya turun drastis. Bisa atau racun ular itu merupakan obat tekanan darah yang sangat kuat, menghambat ace, zat yang membuat kontraksi pembuluh darah sehingga menaikkan tekanan darah. Obat ini juga mengobati payah jantung.
Bekerja mengurangi kecepatan denyut nadi, karena denyut nadi tinggi merupakan salah satu faktor yang menaikkan tekanan darah, juga mengurangi kekuatan kontraksi jantung. Beta blocker juga melindungi jantung.
Lebih ramah bagi pengguna dibanding penghambat ACE. Menurut penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Kyoto, Jepang, The Kyoto Heart, yang dilansir awal September ini, Valsartan bisa menghambat banyak kematian.
Bekerja pada sel di pembuluh darah, menghambat masuknya kalsium. Kalsium diperlukan untuk kontraksi, sehingga bila zat ini dihambat, kontraksinya berkurang, pembuluh darah mengalami relaksasi, dan tekanan darah menurun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo