Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dokter Danu Mahandaru perlahan menaburkan serbuk hitam ke kepala anggota stafnya pada bagian yang mengalami pitak kecil. Hanya dalam hitungan detik, perlahan bagian yang mengkilap itu tertutupi serat-serat warna gelap. Rambut pun terlihat lebat alami, tak kelihatan habis mengalami terapi sebelumnya. "Langsung tidak kelihatan kan bagian yang mengkilap tadi?" kata dokter spesialis bedah plastik-rekonstruksi di The Clinic, Cipete, itu, pekan lalu.
Bahan yang ditaburkan Pak Dokter adalah fiber hair (serat rambut), yang saat ini marak diperdagangkan lewat dunia maya. Ini adalah bahan untuk menutup kebotakan secara instan. Ada banyak merek yang berlomba memikat konsumen, antara lain Caboki, Dexe, Fully, Toppik, dan Herbal Fiber Hair. Semuanya bisa dibeli dengan mudah lewat perdagangan di dunia maya.
Pidanandra Nova, 29 tahun, penyalur merek Caboki, mengakui produk yang ia jual laris manis diminati pembeli. "Sebab, pemakaiannya sangat mudah dan harganya terjangkau," ujarnya. Saking larisnya, kata Nova, muncul produk-produk palsu di pasar yang kebanyakan berasal dari Cina. Sedangkan yang tulen berasal dari Amerika Serikat.
Di pasar, serat instan ini dilepas dengan harga Rp 200-300 ribu per botol. Satu botol bisa digunakan untuk 60 kali pemakaian. Biaya tersebut memang jauh lebih terjangkau dibanding tindakan medis, seperti transplantasi rambut. "Tapi, karena ini solusi instan, tidak akan bisa menyelesaikan masalah kebotakan," ucap dokter Danu.
Menurut Nova, cara kerja serat rambut ini bertumpu pada jutaan magnet kecil yang menempel di kulit kepala. Rambut dan kulit kepala adalah medan magnet, sedangkan bubuk rambut adalah magnetnya. Maka, ketika serbuk diusapkan, "Dalam hitungan detik tidak ada lagi area kilap kulit pada kepala botak," katanya.
Dokter spesialis kulit dan kelamin Eddy Karta membenarkan hal tersebut. Cara kerja "serbuk ajaib" itu prinsipnya memang berdasarkan hukum fisika mengenai beda muatan elektromagnet. "Serbuk dan batang rambut akan saling melekat sementara," tulis Eddy lewat surat elektronik kepada Tempo. Dengan cara ini, menurut Danu, volume rambut akan meningkat tanpa menambah jumlah folikel (akar) rambut. Helaian rambut tetap tipis dan jarang, tapi dari luar tidak tampak ada kilap pitak di kepala.
Yang instan betapapun tak akan abadi. Begitu juga serbuk ini. Nova mengungkapkan serbuk hanya akan nemplok selama tiga hari di kepala. Itu pun selama pemakaian tak boleh terkena air dalam kapasitas besar. "Nanti serbuknya bisa luntur dan menyebabkan warna hitam mirip makeup," ujarnya.
Nova juga menyarankan pengguna tidak keramas atau tersiram air hujan lebat saat menggunakan serat ini. Sebab, bisa-bisa, di tengah berkegiatan, kepala mendadak jadi botak akibat serbuk terlarut air. Wajah pun terkena leleran warna hitam. "Sebaiknya bahan tersebut tidak masuk mata," Eddy mengingatkan.
Nova menyarankan, selama pemakaian, sebaiknya pengguna tidak memakai gel, minyak, foam, ataupun wax rambut. Yang boleh hanyalah hairspray untuk penguat tatanan rambut. "Supaya hasilnya bisa optimal."
Kebotakan pada dasarnya disebabkan oleh masalah hormonal. "Sekitar 90 persen," ucap Danu. Rambut di kepala menipis karena munculnya hormon dihidrotestosteron, yang menyebabkan akar rambut tidak tumbuh sempurna. Hormon itu memicu folikel mengecil (atropi) sehingga batang rambut menjadi rapuh dan lalu jatuh menghilang.
Kelainan hormonal ini bisa dialami baik oleh perempuan maupun laki-laki. Tapi, karena pria memiliki hormon testosteron melimpah, kebotakan banyak dialami kaum Adam. "Kehadiran dihidrotestosteron bersifat genetik. Jadi diturunkan dari generasi ke generasi," kata Danu.
Danu mewanti-wanti agar orang tak gusar jika memiliki moyang berkepala botak. Sebab, banyak cara bisa ditempuh untuk menyembuhkan dan mencegah rontoknya rambut. "Asalkan terdiagnosis dini dan diterapi secepatnya."
Menurut Danu, jika masalahnya adalah kekurangan folikel, solusinya adalah transplantasi atau penanaman rambut. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menempelkan rambut sendiri atau rambut buatan. Sumber rambut yang acap dipakai adalah di bagian belakang dekat punggung. Rambut di wilayah tersebut cukup resistan terhadap hormon dihidrotestosteron. Maka, ketika rambut ditanamkan, hasilnya lebih kuat ketimbang yang sintetis.
Operasi tak perlu dilakukan jika ditemukan bahwa jumlah folikel ternyata masih cukup. Cara yang dilakukan adalah dengan memperbesar ukuran batang rambut. Tekniknya bisa dengan obat-obatan hormonal, perawatan, laser, atau platelet rich plasma.
Kolonel Kesehatan dr Iwan Trihapsoro, spesialis kulit dan kelamin, FINSDV, FAADV, mengatakan kebotakan juga bisa terjadi karena penyakit. Untuk yang terkena jamur (tinea kapitis) bisa disembuhkan dengan antimikotik (antijamur). Adapun untuk kasus penyakit kelamin, seperti sifilis, pengobatan kebotakan dengan membasmi sifilisnya. "Rambut akan kembali tumbuh kalau penyakitnya hilang," ujar pemilik Klinik Kulit dan Rambut Muhabbah ini.
Nah, kapan saatnya menggunakan serbuk instan? Serat ini, menurut Danu, dipakai untuk mereka yang kekurangan folikel dan mengalami penipisan rambut. Hanya, serbuk ini bersifat kosmetik dan tidak menyembuhkan. "(Ini) hanyalah untuk kamuflase belaka."
Iwan mengiyakan kabar bahwa serat ini tidak menyembuhkan atau membuat rambut tumbuh normal kembali. Kata dia, tren fiber hair ada sejak satu dekade lalu. Namun kemudian popularitasnya meredup lantaran saat itu bahan penyusunnya diambil dari zat-zat sintetis, seperti poliester. Bahan non-alami itu menyebabkan kulit yang tidak tahan akan meradang.
Lalu teknologi berkembang dan bahan baku diganti dengan sumber alami. Biasanya diambil dari sumber keratin, yang terdapat di rambut manusia dan hewan. Ada juga yang diambil dari tanaman, seperti Moroccan gossypium.
Peralihan bahan baku tersebut membuat fiber hair kembali moncer sebagai solusi instan penutup kebotakan. Sebab, efek sampingnya terhadap kulit kepala, menurut Danu, berkurang. Mulailah muncul beberapa nama baru dan rupa-rupa cara pemakaian. "Ada yang ditabur, ada yang disemprot," kata dokter yang berpraktek di Rumah Sakit Pondok Indah ini.
Danu menyarankan kepada calon pemakai untuk selalu mengecek komposisi dan status produknya, apakah sudah melewati seleksi badan pengawas obat dan makanan baik di Amerika (FDA) maupun yang di Indonesia. "Kalau belum ada izinnya, perlu dipertanyakan," ujarnya.
Danu meminta konsumen mempertimbangkan penggunaannya bila tidak yakin dengan kandungan serbuk instan tersebut. "Saya sebagai dokter tidak menganjurkan seperti ini," tuturnya. Sebab, serat instan adalah kosmetik dan bukan obat. Memang sifatnya adalah inert (tidak bereaksi dengan tubuh), tapi risiko tetap ada jika bahan yang digunakan tidak aman. Menurut Iwan, memang ada kemungkinan terjadi reaksi alergi berupa peradangan kulit dermatitis jika pemakaian dilakukan berulang.
Nova mengakui produknya belum mengantongi izin dari Badan Pengawas. Situs resmi Badan Pengawas di www.pom.go.id menunjukkan baru herbal hair yang sudah lolos uji. Produk-produk lain belum muncul namanya.
Pilihan kembali terpulang kepada mereka yang risau karena rambutnya menipis. Jika tetap ingin memakai, pesan Nova perlu diresapi: jangan sampai terkena hujan lebat….
Dianing Sari
Rambut di kepala menipis karena munculnya hormon dihidrotestosteron, yang menyebabkan akar rambut tidak tumbuh sempurna. Hormon itu memicu folikel mengecil (atropi) sehingga batang rambut menjadi rapuh dan lalu jatuh menghilang.
Serbuk dan batang rambut akan saling melekat sementara. Dengan cara ini, volume rambut akan meningkat tanpa menambah jumlah folikel (akar) rambut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo