Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
GERAK-GERIK Novel Baswedan hampir tak ada yang lolos dari sorotan polisi. Pengawasan bahkan sudah dilakukan sejak tiga tahun lalu, ketika penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi itu merenovasi rumahnya di Jalan Deposito, Pegangsaan II, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Polisi mencari informasi sampai ke toko material langganan Novel, Angkasa Jaya, di Jalan Tarian Barat. "Ayah saya didatangi petugas dari Mabes Polri," kata pengelola Angkasa Jaya, yang menolak ditulis namanya, Jumat pekan lalu.
Dia tidak mengetahui apa yang ditanyakan petugas yang mengaku dari Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI itu. Ayahnya juga menolak memberikan keterangan soal itu. "Sekarang saya yang mengelola toko," ucapnya. Namun, menurut dia, dua kali polisi datang: tahun ini dan tahun lalu.
Novel sudah tahu polisi memelototi setiap kegiatannya. Dia mendapat kabar Angkasa Jaya "diinterogasi" pada medio 2012, ketika proyek perbaikan rumah berlangsung. Polisi menanyakan mulai material apa saja yang dibeli, selain semen dan pasir, hingga cara pembayarannya. "Tunai atau lewat bank," ujar Novel.
Kepala Badan Reserse Kriminal Komisaris Jenderal Budi Waseso membenarkan kabar bahwa anggotanya sudah memata-matai Novel jauh hari sebelum ditangkap Jumat dua pekan lalu. "Novel sudah lama diikuti," katanya.
Menurut Budi, dari hasil pengintaian, Novel diketahui memiliki empat rumah di Jakarta: tiga rumah di Kelapa Gading dan satu di bilangan Cilandak, Jakarta Selatan. "Kategorinya rumah mewah," ujarnya. Rumah-rumah itu ditengarai milik Novel karena sering disinggahinya.
Temuan polisi berbeda dengan laporan hasil kekayaan pejabat negara per 1 Februari 2012. Di situ tercatat Novel memiliki dua rumah, yakni di Jalan Deposito Blok T Nomor 8, RT 03/10, Kelapa Gading, serta di Jalan Menoreh Utara XII Nomor A7, RT 5/5, Kelurahan Sampangan, Kecamatan Gajah Mungkur, Kota Semarang. Luas lahan rumah di Jakarta itu 105 meter persegi, sedangkan lahan di Semarang 191 meter persegi. Keduanya memiliki luas bangunan 70 meter persegi.
Rumah di Semarang ditempati orang tua Novel sembilan tahun lalu. Mereka lantas pindah ke Jakarta, sehingga rumah itu dikontrakkan. "Dikontrakkan dua tahun, November tahun ini habis," kata Kustio, pengurus rumah itu, Kamis pekan lalu. Sebelumnya, mereka menetap di Kampung Umbulmukti, Kelurahan Melati Baru, Semarang Timur.
Menurut Novel, rumah satu lantai itu dibelinya Rp 215 juta, lalu diberikan kepada ibunya. "Kebetulan ibu saya belum punya rumah," ujarnya. Tapi, atas permintaan sang ibu, sertifikat kepemilikan rumah dicatatkan atas nama Novel.
Sedangkan rumah di Kelapa Gading, menurut Novel, dibeli pada 2010 seharga Rp 285 juta dengan mencicil selama sepuluh tahun. Pada 2012, rumah itu direnovasi menjadi dua lantai, yang menghabiskan dana Rp 360 juta. "Tidak cukup kamarnya karena anak saya empat," katanya.
Novel terpaksa meninggikan lantai rumah hingga 85 sentimeter karena kawasan itu menjadi langganan banjir saat musim hujan. Di rumah bercat krem ini, Rina Emilda, istrinya, membuka usaha berjualan baju muslimah.
Soal tuduhan dia memiliki empat rumah mewah, Novel yakin polisi keliru. Dia mengakui keluarganya pernah tinggal di rumah famili lain di Kelapa Gading ketika rumahnya sedang dibangun. "Mungkin itu yang dimaksud," ujarnya. "Tapi nanti bisa-bisa setiap tempat yang saya kunjungi dikira milik saya."
Jobpie Sugiharto, Hussein Abri Yusuf (jakarta), Edi Faisol (semarang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo