Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sleep paralysis atau lebih akrab disebut ketindihan di Indonesia adalah kondisi sadar dari tidur namun merasa lumpuh. Dengan kata lain, tak bisa bergerak, dada sesak, bahkan ada yang tak bisa sekedar membuka mata, padahal kondisinya telah terbangun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Secara medis, kondisi yang awam sebut ketindihan hantu ini biasa terjadi. Berdasarkan beberapa studi, penyebab sleep paralysis benar adanya. Bisa terjadi karena kondisi psikologis, posisi tidur maupun kondisi kesehatan. Seperti halnya kurang tidur, pola tidur yang tidak teratur, posisi tidur, insomnia, riwayat keluarga, dan tekanan psikologis seperti stres, kecemasan, dan depresi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Proses terjadinya kondisi ini dipicu oleh reaksi fase pergantian antara tidur NREM (non-rapid eye movement) dan tidur REM (rapid eye movement). Pasalnya selama fase tidur NREM, tubuh secara otomatisk akan sangat rileks sebab berada dalam proses pemulihan diri.
Kemudian setelah fase tidur NREM berakhir, segera proses tidur beralih ke fase tidur REM. Pada fase ini pulalah seseorang mengalami mimpi, karena seluruh kerja otot tubuh dimatikan. Jika sudah tersadar pada fase ini, padahal fase tidur REM belum selesai, itulah proses sleep paralysis terjadi. Akibatnya, otak belum siap mengirimkan sinyal bangun. Alhasil kondisi tubuh masih setengah tidur dan setengah sadar. Selama otot masih dimatikan tubuh pun kaku, sulit bernapas, tidak bisa bicara.
RAUDATUL ADAWIYAH NASUTION