GARAM ternyata masih diakui sebagai musuh penderita tekanan darah tinggi. Karena itu, belum lama ini, sebuah lembaga kesehatan di Inggris merencanakan sebuah kampanye "anti garam". Maksudnya, untuk menghindari sejumlah penyakit antara lam darah tmggi itu. Penyakit ini disebutkan pangkal penyakit lain yang lebih gawat, antara lain serangan jantungan pecahnya pembuluh darah di otak yang bisa menimbulkan paling tidak kelumpuhan. Di mana-mana, termasuk Indonesia tentunya, garam memang senantiasa bikin cemas semua penderita darah tinggi, karena dianggap bisa menaikkan tekanan darah. Toh kampanye anti garam di Inggris itu mendapat reaksi juga. Sejumlah lembaga penelitian kesehatan di negara itu mengeluarkan pernyataan rencana kampanye besar-besaran itu berlelihan. Beberapa ahli menyebutkan, sampai kini belum dapat dibuktikan secara pasti, garam penyebab tekanan darah tinggi. Kalau disebutkan sebagai salah satu faktor, menurut para ahli itu, bisa dlterima. Para ahli kesehatan yang menentang kampanye mengakul, garam memang sudah terlalu banyak dikonsumsikan. Khususnya, kata mereka, di negara-negara miskin yang mempunyai kebiasaan mengawetkan makanan dengan garam - di Indonesia misalnya ikan asin. Karena itu, kebutuhan garam yang biasanya 0,5 gram sehari untuk mengganti garam dalam tubuh yang keluar bersama air seni dan keringat, di negara berkembang bisa sampai 6-23 gram sehari. Tapi, pernyataan yang antara lain didukung peneliti dari charing Cross Hospital, Glasgow Royal Infirmary - keduanya di Inggris, dan Oregon Health Sciences University, Amerika Serikat, mengingatkan: pendapat bahwa garam menaikkan tekanan darah masih teoretis. Ada dua teori tentang hal itu. Teori pertama berpendapat, naiknya tekanan darah akibat tidak beresnya kadar sodium dalam tubuh - garam adalah sodium klorida. Sodium dalam tubuh, yang keseimbangannya dijaga oleh sejenis hormon, karena kerusakan tertentu membuat kerja ginjal tidak beres. Akibatnya, ginjal menghasilkan terlalu banyak air - dalam usaha membangun keseimbangan. Dampaknya, volume cairan darah meningkat, dan inilah yan menyebabkan tekanan darah naik. Teori kedua menunjuk kalsium dan potasium sebagai penyebab, walau awalnya memang sodium. Karena sodium berlebihan dalam tubuh, muncul suatu zat - yang sampai kini belum bisa dikenali peneliti - untuk membangun keseimbangan. Zat ini bekerja - dan diperlukan - di ginjal untuk menetralkan kadar sodium dalam darah. Tapi di sisi lain, buruk pengaruhnya pada jaringan tubuh lain dan juga sel-sel darah. Zat misterius ini, menurut para ahli, justru menaikkan konsentrasi sodium pada sel-sel jaringan tertentu dan juga sel-sel darah. Konsentrasi sodium yang tinggi ini menarik kalsium dan potaslum - yang kemudian jadi naik kadarnya. Kalsiumlah yang menimbulkan kontraksi pada otot, dan kontraksi otot yang menaikkan tekanan darah. Mempertimbangkan teori-teori ini, para ahli yang kritis bukannya anti pengurangan konsumsi garam, tapi menyarankan hatl-hati "memerangi garam". Karena garam, selain belum tentu "bersalah", juga dibutuhkan tubuh. "Kekurangan sodium malah bisa merusakkan ginjal," kata Prof. John Swales dari Britain's Leicester University. Di samping it, Dr. Graham Watt dari Glasgow Royal Infirmary menemukan diet garam pada pasien-pasiennya ternyata tidak menolong. Sedangkan Dr. MacGregor melaporkan, hanya 6% pasiennya sembuh akibat diet garam - diet garam ini masih disertai pemberian tablet garam. Pada penelitian lain, Dr. MacCarron dari Oregon Health Sciences University menemukan, 20% pasien darah tinggi akibat konsumsi kalsium, 15% karena potasium, dan cuma 12% karena sodium - selebihnya karena sebab yang belum jelas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini