TERSEBUTLAH pasangan Yahudi muda yang tinggal di Kota Ulm, Kerajaan Wuttenberg. Pada suatu Jumat yang cerah, Maret 1879, anak mereka yang pertama lahir. Anak itu yang mereka beri nama Albert, sejak kecil mereka didik tanpa ikatan agama yang ketat. Sang ayah, seorang pedagang yang cukup berhasil, memang tidak dogmatis: ia sangat bangga menunjukkan bahwa di rumahnya ritus Yahudi tak pernah dilakukan. Dalam lingkungan yang demikian Albert tumbuh. Ketikaia berusia satu tahun, keluarganya pindah ke Munich. Tatkala ia usia dua tahun, adiknya lahir, wanita. diberi nama Maria atau Maja. Usia lima tahun, ia mulai belajar. Usia enam tahun, mulai main biola. Usia tujuh tahun, bersekolah di sekolah umum. Nilai-nilainya selalu tinggi, meski tidak sangat istimewa. Ia sering menjadi juara kelas. Albert tak terlalu sering bergaul dengan teman sekolahnya. Permainan-permainannya menuntut kesabaran. Yang paling disukainya adalah menyusun rumah-rumahan kartu. Pada usia 10 tahun, ia berkenalan dengan Max Talmud, seorang mahasiswa kedokteran. Talmud memberinya bacaan-bacaan dan sering mengajaknya diskusi masalah-masalah ilmu dan filsafat. Ia juga sering memainkan Mozart dan Beethoven bersama ibunya, Pauline. Albert senang matematika. Pada umur 10 tahun itu, ia sudah membaca sebuah buku geometri Euklid, yang lalu disebutnya "buku suci geometri". Tak lama kemudian, ia sudah sanggup belajar diferensial-integral. Ketika ia berumur 15 tahun, bisnis ayahnya kacau. Keluarganya pindah ke Italia, dan Albert ditinggal sendirian di Munich. Karena tak tahan dan ingin berkumpul dengan keluarganya, ia dengan sengaja ikut wajib militer di Italia. Sekolah ditinggalkannya. Setahun kemudian Albert gagal memasuki ETH, sebuah institut teknologi di Zurich, Swiss. Ia terpaksa sekolah lagi untuk memperoleh ijazah sekolah menengah. Ia memutuskan tinggal di Zurich dan menjadi wara neara Swiss. Tahun 1896 ia diterima di institut itu dan mengambil jurusan fisika. Di ETH, ia bergaul akrab dengan Marcel Grossmann, seorang Zurich asli, dan Mileva Maric, seorang wanita Yunani. Ia juga berkenalan dengan Michele Angelo Besso, yang menjadi temannya paling akrab selama hidup. Austus 1900, bersama tiga temannya. Albert Einstein lulus sebagai sarjana, nilai-nilainya bagus, tetapi tidak hebat. Dari maksimum enam ia hanya memperoleh rata-rata lima. Tiga temannya diterima menjadi asisten di ETH. Ia sendiri tidak. Selama dua tahun berikutnya ia gagal memperoleh pekerjaan tetap. Tapi atas bantuan ayah Marcel Grossmann, ia akhirnya diterima bekerja di kantor paten Bern. Jabatannya tenaga ahli kelas lll. Gajinya 3.500 franc Swiss. Tanpa persetujuan keluarganya Einstein kawin dengan Mileva Maric, tahun 1900 itu juga. Beberapa bulan kemudian ayahnya meninggal, tanpa pernah mau memaafkan perkawinan itu. Tanggal 14 Mei 1904, anaknya yang pertama, Hans Albert, lahir. Itulah cerita tentang Albert Einstein sampai ia berusia 25 tahun. Biasa-biasa saja. Tetapi dari tangan orang yang kisahnya biasa-biasa saja itulah, satu tahun kemudian, keluar serentetan artikel yang secara luar biasa mengubah arah perkembangan pemikiran fisika. Ia mengemukakan suatu konsep baru tentang gerakan yang disebutnya teori relativitas. Dengan konsep ini ia mampu menerangkan hakikat alam jauh lebih bagus dari yang diterangkan dengan hukum Newton. Lebih dalam lagi, konsep ini juga merembes ke pemikiran falsafi. Ia mengemukakan konsep baru cahaya yang nantinya bahkan berpengaruh lebih hebat daripada konsep relativitas. Konsep ini menolak banyak sekali kebijaksanaan fisika lama. Pada perkembangan puncak konsep ini menentang asas determinisme yang demikian dalam berakar di otak manusia dan menggantinya dengan indeterminisme. Seperti juga relativitas, konsep ini berhasil menerangkan hakikat alam jauh lebih baik. * * * Fisikawan abad ke-19 percaya bahwa cahaya adalah gelombang elektromagnet. Dan, sebagaimana gelombang lain, cahaya perlu zat antara untuk bergerak. Tetapi di angkasa luar sana mana ada zat antara? Maka, para fisikawan abad ke-19 memperkirakan eter yang mengisi seluruh ruang di angkasa. Karena mereka tahu bahwa semua benda angkasa bergerak, mereka yakin bahwa eter itu diam mutlak. Semua benda termasuk cahaya bergerak relatif terhadap eter. Semua benda di alam berenang dalam eter. Tetapi hipotesa eter ini mempunyai satu kelemahan. Karena kita bergerak dalam eter, tentunya kita harus merasakan adanya "hembusan" eter. Banyak eksperimen dilakukan untuk mendeteksi angin eter ini. Tak satu pun berhasil. Kemudian datanglah Einstein. Dengan tegas ia menolak konsep eter. Ia juga menyerang konsep diam mutlak yang dikaitkan pada eter. Bagaimana orang bisa tahu suatu benda diam mutlak? Kita bisa tahu ada mobil bergerak relatif terhadap kita. Tetapi itu toh tidak berarti kita diam, karena kita bergerak bersama bumi. Einstein lalu mengganti konsep diam mutlak itu dengan seperangkat sistem yang bergerak relatif satu dengan yang lain dengan kecepatan tetap. "Kita tidak memerlukan eter lagi, karena dalam teori saya tak ada ruang atau benda yang diam mutlak," tulisnya. Sistem ruang yang bergerak dengan kecepatan tetap itu dinamakannya sistem inersial. Dalam artikel berikutnya, Einstein, 26, tenaga ahli kelas lll kantor paten Bern, pada bulan September menulis kesimpulan seperti ini: "Massa suatu benda adalah ukuran kandungan tenaganya. Hukum kekekalan massa adalah bagian dari hukum kekekalan tenaga." Dengan pernyataan ini lahirlah persamaan Einstein yang paling terkenal E=mc2. Dan selesailah relativitas khusus dibentuk dalam waktu yang tak sampai satu bulan. Einstein dengan sukacita kemudian menulis surat kepada temannya, Conrad Habicht: "Jalur pemikiran ini sangat memuaskan dan menyenangkan aku. Tetapi aku takut, jangan-jangan Tuhan yang baik menertawakan dan ternyata hanya membohongi aku." Kita tidak tahu apakah Tuhan membohongi Einstein. Yang jelas, tulisan Einstein ini benar-benar gagasan baru. Sayang, reaksi pada pikiran itu tidak timbul seketika. Di saat-saat awal ahli-ahli bersikap menunggu. Maja, adik perempuan Einstein, menulis, "Einstein mengkhayalkan reaksi-reaksi orang atas artikelnya. Tetapi alangkah kecewanya dia, tak satu pun reaksi muncul. Tulisan-tulisan berikutnya di jurnal Annalen der Physik, yang memuat tulisannya tak satu pun membahas tulisannya." Baru beberapa saat berselang reaksi pertama muncul, berwujud sepucuk surat. Datang dari Max Planck, seorang profesor fisika terkenal dari Berlin. Planck bertanya beberapa hal dalam tulisan Einstein yang belum dimengertinya - Planck kemudian jadi pengikut Einstein pertama. Planck pula yang mempopulerkan teori relativitas. Tahun 1905-1906, di suatu seminar fisika, ia berbicara tentang teori itu. Ia sering membuat tulisan relativitas. Di suatu seminar lain, 1906, ia membahas implikasi-implikasi teori ini. Dari tangannya pula doktor pertama yang membahas relativitas muncul. Setelah Planck, berikutnya adalah Von Laue, asistennya. Von Laue adalah orang pertama yang membuat monografi relativitas. Ia pula yang mengunjungi Einstein di Bern pertama kali. "Melihat pemuda yang kutemui itu, aku hampir tak percaya bahwa dialah bapak relativitas," katanya. Setelah Von Laue orang-orang mulai berdatangan ke Bern. Surat-surat pun berdatangan dengan alamat, "Profesor Einstein di Universitas Bern ...." Saat itu Einstein belum terkenal. Meskipun beberapa ahli mulai percaya pada relativitas, mayoritas tetap belum mau menerimanya. Di antara sedikit orang yang memberi reaksi, terdapat nama-nama Poincare dan Lorentz yang paling menentukan: mereka telah memikirkan relativitas sebelum Einstein. Lorentz, teoritikus fisika Belanda paling berpengaruh saat itu, telah lama memikirkan transformasi hukum-hukum elektromagnet dari satu sistem inersial ke sistem inersial lain, tetapi dengan tetap mempertahankan konsep eter. Lorentz tak pernah mencapai asas relativitas seperti Einstein bukan karena ia tak mampu. Kegagalannya berakar jauh lebih dalam. Sebagai fisikawan generasi tua, pikirannya terlalu terikat kaidah-kaidah lama (yaitu kaidah Newtonian): "Kegagalanku menemukan relativitas adalah karena keterikatanku pada ide lama bahwa hanya ada satu waktu yang benar, sedangkan waktu yang lain itu hanya suatu besaran matematis tambahan," tulisnya setelah membaca tulisan Einstein. Einstein pun, menurut pengakuannya, membutuhkan waktu lima tahun untuk melepaskan diri dari kebijaksanaan lama ini. Lorentz ternyata tak pernah bisa melepaskan diri dari imajinasi klasik itu. "Lorentz ... barangkali memang tak pernah menjadi relativis murni. Dia hanya sekadar memuji Einstein untuk menghindari argumentasi," kata seorang fisikawan lain, Max Born. Di sebaliknya, Einstein pun sangat mengagumi Lorentz. Dalam banyak kesempatan ia sering mengutarakan rasa hormat kepada tokoh ini. "Aku mengagumi orang ini lebih daripada yang lain. Barangkali aku bahkan mencintainya," tulis Einstein kepada Laub. Kepada Lorentz sendiri ia berkata begini: "Kau pasti bisa merasakan bahwa aku terikat kekaguman yang tak terbatas kepadamu." Kedua tokoh ini selamanya bersahabat sangat akrab. Ini sangat berbeda dengan hubungan Einstein Poincare. Poincare, si matematikawan Prancis itu sebenarnya telah memasuki dunia relativitas lebih dalam ketimbang Lorentz. Di tahun 1898, misalnya, dalam sebuah artikel, Poincare telah menulis seperti ini, "kita tidak punya bukti langsung adanya kesamaan dua interval waktu." Dia juga telah meragukan adanya kecepatan mutlak dan eter. "Tampaknya ketidakmungkinan mendapatkan kecepatan mutlak adalah suatu hukum alam," tulisnya di waktu lain. Dan yang sangat tragis: Tanpa mengetahui karya Einstein, beberapa minggu sesudah tulisan Einstein, dia membuat rumus penjumlahan kecepatan yang persis dengan yang dirumuskan Einstein! Kita tidak tahu adakah pengaruh hal itu pada hubungan keduanya. Yang jelas, mereka selamanya tak pernah akur. Poincare tak pernah menyebut nama Einstein pada ceramah atau kuliah tentang relativitas. Einstein pun berbuat hal yang sama. Ketika ETH institut teknologi di Zurich ingin menarik Einstein, mereka minta pendapat Poincare. Jawaban Poincare seperti ini: "Einstein memang orisinil. Dia masih muda, tetapi sudah menduduki tempat terhormat di kalangan ilmuwan. Ia hebat terutama dalam hal beradaptasi dengan konsepkonsep baru dan kemampuannya untuk menarik kesimpulan dari situ. Pikirannya cepat mengantisipasi fenomen-fenomen baru. Tapi, semua itu suatu saat bisa berbahaya jika dibuktikan dengan percobaan. Karena dia berpikir ke semua arah, bisa diduga bahwa sebagian besar jalur yang ditempuhnya akan menemui kebuntuan, tetapi mungkin pula salah satu di antaranya berhasil. Sekian saja." Einstein bertemu Poincare pertama kali - barangkali juga yang terakhir - di Brussel, 1912. Einstein mengomentari pertemuan itu, "Poincare tak begitu acuh dan sedikit sekali memberi pengertian." Banyak orang mengira Poincare tidak mengerti betul, atau tidak bisa menerima sama sekali teori relativitas. Dalam banyak ceramah ia memang salah menerangkan relativitas. Meskipun demikian, sesaat sebelum mati, Einstein toh berkata, "Lorentz tahu transformasi yang dibuatnya penting untuk memahami persamaan Maxwell, yaitu persamaan gelombang elektromagnet, dan Poincare memperdalam keyakinan itu lebih jauh ...." Beberapa tahun setelah ia mulai terkenal, Einstein pergi ke AS. Di sana ia mendapat kritikan yang terakhir. Saat itu, seorang fisikawan AS mengaku berhasil mendeteksi angin eter. Orang-orang pun segera berdatangan ke Einstein menanyakan pendapatnya. Dengan yakin Einstein menjawab, "Tuhan memang pelik, tetapi dia bukan pendusta." Einstein mengakhiri sumbangannya yang berarti untuk teori relativitas tahun 1909. Setelah itu bergantian ahli-ahli lain yang meneruskannya. Perhatian Einstein sendiri bergeser ke hal yang lebih dalam, yaitu relativitas untuk semua sistem - tak hanya untuk sistem inersial. * * * Tetapi Einstein sejak 1907 tak bisa lagi hanya berpikir dan menulis. Namanya yang mulai dikenal menyebabkan ia sering menerima tamu. Selain itu, ia pun telah memulai jalan baru: karier akademis. Dan itu tidak berarti perbaikan nasib. Ia tidak langsung menduduki posisi terhormat. Setelah melamar dua kali di Universitas Bern, ia diangkat menjadi pembantu lepas tidak tetap tanpa gaji dan hanya berhak mengajar jika diminta. Imbalan hanya diberikan jika dia memberi kuliah. Karena itu, Einstein masih harus mempertahankan pekerjaannya di Kantor Paten Bern. Dalam keadaan yang demikian ia menerima doktor kehormatannya yang pertama, 1909, dari Universitas Jenewa. Beberapa bulan kemudian baru nasibnya berubah. Dengan melalui perdebatan sengit di kalangan intern universitas, Einstein dipermasalahkan antara lain sebagai Yahudi yang karena itu bersifat aneh, tak menyenangkan, intrusif, dan bermental penjaga toko. Ia diangkat menjadi pengajar pendamping di Universitas Zurich. Tanggung jawabnya: pengajar dan pengarah seminar 6-8 jam per minggu dan membimbing mahasiswa. Gaji: 4.500 franc Swiss, sama dengan gajinya di Kantor Paten Bern ketika ia keluar. Tanggung jawab itu, bagi Einstein, jauh lebih berat dibanding tugasnya di Kantor Paten. Ia tak punya banyak waktu lagi. Einstein memang tak pernah menyukai tugas mengajar. Terutama dia malas mempersiapkan diri. Saat mengajar, penampilannya selalu lusuh, dengan celana terlalu pendek. Ia biasanya mengajar dengan sobekan kertas berisi materi kuliah. Hasilnya pun tak istimewa, tak seorang pun mahasiswa menjadi doktor di bawah bimbingannya. Oktober 1909, untuk pertama kali Einstein, dalam usia 30 tahun, menghadiri seminar fisika di Salzburg. Dan, meskipun sibuk, selama di Zurich - dari 1909 sampai 1911 - Einstein sempat menyelesaikan 11 artikel dan membuat sebuah alat pengukur tegangan kecil bersama seorang mahasiswa. Di Zurich pula, 1910, lahir anaknya yang kedua, Eduard atau Tede atau Tedel. Eduard berbakat musik seperti ayahnya. Ia senang seni dan menulis puisi. Ia ingin menjadi ahli jiwa dan belajar kedokteran. Sayang, hidupnya berakhir menyedihkan. Di usia yang masih dini Tedel telah memperlihatkan tanda-tanda kemurungan. Sebelum masa belajarnya habis, ia menderita dementia praecox yang kronis sehingga harus masuk rumah sakit jiwa Zurich. Nasib anaknya ini sangat menyedihkan Einstein. Ia selalu mengunjunginya setiap ada kesempatan. Tede meninggal di RS itu tahun 1965 tanpa pernah mengalami kesembuhan. Padahal, kelahiran anaknya yang malang ini menandai nasib baik Einstein. Saat itu, sebuah universitas Jerman di Praha, Universitas Karl Ferdinand, sedang mempelajari kemungkinan menarik Einstein. Rekomendasi datang dari penyokong utama Einstein, Max Planck. Sebelum tawaran resmi diterima Einstein, berita ini bocor ke Dewan Pendidikan Kota Zurich. Dewan itu segera mengirim petisi kepada pemerintah kota supaya mempertahankan Einstein. Dalam petisi itu mereka menyebut bahwa Einstein adalah orang besar ilmu fisika, bahwa kewajibannya mengajar 6-8 jam seharusnya diturunkan 4-6 jam dan bahwa mahasiswa-mahasiswa ETH datang ke Universitas Zurich untuk mendengarkan kuliahnya. Suatu kenaikan gaji 1.000 franc Swiss diusulkan. Petisi itu disepakati ketika semuanya sudah terlambat. Einstein menerima tawaran dan memutuskan pindah ke Praha. Tanggal 6 Januari 1911, Yang Mulia Kaisar Franz Joseph secara formal menyetujui pengangkatan Einstein, efektif mulai 1 April. Februari itu juga Einstein meninggalkan Zurich, melalui Leiden (mengunjungi Lorentz) tiba di Praha bulan berikutnya. Kita tidak tahu apakah Einstein menyesali keputusannya itu. Yang jelas, ia tak pernah merasa mantap di Praha. "Kedudukan dan universitasku memang sangat menyenangkan," tulis Einstein kepada Besso. "Sayang, orang-orang di sini sangat asing bagiku." Dia juga sangat terusik oleh birokrasi yang ketat. Di Universitas ia mendapat penghormatan yang sama sekali tidak pernah dibayangkannya. Tiap kali ia masuk kantor, seorang pelayan membungkuk dan menyapa "Pelayanmu yang setia ...." Einstein hanya tahan di Praha selama 16 bulan. Ketika suatu kesempatan baik datang, ia kembali ke Zurich, 1912. * * * Tetapi dalam masa-masa di Praha itulah Einstein sempat mewujudkan suatu ide yang sudah lama dikandungnya: perluasan teori relativitas untuk semua sistem - tidak hanya yang inersial. Teori ini lalu disebutnya teori relativitas umum (TRU). Idenya sendiri sudah muncul ketika Einstein masih di Bern: "Aku sedang duduk di kursiku di Kantor Paten Bern ketika tiba-tiba sesuatu berdetak di otakku: Jika orang jatuh bebas dia tidak akan merasakan beratnya sendiri. Aku terkesiap. Pikiran sederhana itu membawa aku menuju teori baru tentang gravitasi..." Kutipan ini diambil dari ceramah Einstein di Tokyo, 1922 ketika ia bercerita tentang lahirnya TRU. Teori kesayangan Einstein yang digelutinya hampir sepanjang hayatnya. Muncul pertama kali dalam salah satu bab dalam uraian lengkap tentang relativitas, Desember 1907, teori itu menempuh perjalanan panjang, melalui bermacam-macam usaha coba-coba, kesalahan, perdebatan panjang, kebekuan lama, sampai akhirnya, November 1915, sempurna sebagai suatu teori yang logis. Makalah kedua Einstein tentang TRU keluar Juli 1911. Isinya tidak banyak berbeda dengan makalah pertamanya, hanya lebih lengkap dan lebih teliti. Demikian pula ide-idenya mulai kian berbentuk. Delapan bulan kemudian barulah makalah TRU yang benar-benar menggunakan analisa baru keluar. Dalam makalahnya kali ini (dua buah), Einstein meninggalkan semua metode yang dipakainya sebelumnya. Ia menyadari bahwa geometri biasa - yaitu geometri Euclid - tak mungkin lagi dipertahankan. Alasannya jelas: Dalam geometri itu, ukuran panjang dan waktu dibagi secara merata. Dalam meter dan detik. Ini tak mungkin lagi dipakai pada sistem yang dipercepat (dipengaruhi gravitasi). Demikianlah, Einstein lalu sibuk mencari geometri baru. Tetapi ia tidak juga berhasil. Sampai akhirnya datanglah suatu rahmat: Sepucuk surat datang dari Zurich. Seorang teman di sana - yang menjadi dekan di Fakultas Matematika dan Fisika ETH memintanya menjadi dosen. Teman itu tak lain adalah dewa penolong Einstein ketika menganggur dulu: Matematikus Marcel Grossmann, kawan yang senantiasa mencarikannya kerja, yang kepadanya ia mempersembahkan tesis doktornya. Setelah lulus Grossmann diangkat menjadi asisten di ETH. Tak lama kemudian ia lulus doktor matematika dan menjadi guru besar di ETH. Ia segera menjadi matematikawan Swiss paling kenamaan, yang ikut mendirikan Masyarakat Matematika Swiss. Tahun 1911, ia diangkat menjadi dekan di Fakultas Matematika-Fisika. Langkah awal yang dilakukan dekan muda itu: Meminta teman lamanya, Albert Einstein, untuk bergabung. Einstein sendiri saat itu sebenarnya telah menerima banyak sekali tawaran mengajar. Antara lain dari Utrecht (Belanda) dan Columbia (AS). Ia memilih bergabung dengan ETH, setelah bimbang karena terpaksa menolak tawaran Lorentz ke Utrecht. "Kutulis surat ini dengan berat hati. Aku merasa telah menjadi seorang anak yang berbuat jahat kepada ayahnya ...," tulis Einstein dalam suratnya kepada Lorentz. "Jika aku tahu sebelumnya bahwa kau ingin aku ke Utrecht aku pasti akan ke sana." Di masa kemudian Einstein sekali lagi harus menolak tawaran Lorentz. Kali ini untuk menggantikan jabatan Lorentz di Leiden. Jabatan itu akhirnya diwarisi Ehrenfest, juga seorang teman Einstein. Musim gugur 1912, mulailah kehidupan baru Einstein di Perguruan Tinggi ETH yang dulu pernah menolaknya. Langkah pertama yang dilakukannya setiba di Zurich adalah mendatangi Grossmann. Dan tanpa basa-basi ia berkata, "Grossmann, kau harus membantu aku! Kalau tidak, aku bisa menjadi gila." Lalu ditunjukkannya persoalan geometri itu. Hari berikutnya datang Grossmann, setelah membongkar perpustakaan, dengan jawaban: Ada geometri seperti itu, geometri Riemmann. Dengan sukacita Einstein pun menulis surat kepada Sommerfeld, temannya: "Saat ini aku hanya bekerja untuk gravitasi. Aku yakin bisa mengatasi semua persoalan dengan bantuan seorang teman ahli matematika. Dan ini membuat satu hal jadi jelas: aku jadi sangat menghargai matematika yang dulu kuanggap sebagai kemewahan. Dibanding persoalan ini, relativitas khusus hanya permainan anak cil." Sayang, kerja sama yang menghasilkan tiga makalah itu tidak berhasil dengan memuaskan. Meskipun Einstein puas di hari-hari pertama, ia segera menyadari bahwa banyak kesalahan yang mereka lakukan. Kesalahan ini terjadi karena geometri itu belum mereka kuasai sepenuhnya sehingga mereka terpaksa membuat hipotesa tambahan - yang pada awalnya lemah. Kerja sama Einstein - Grossmann berakhir 1913 dan Einstein pindah ke Berlin. Sejak perpisahan itu, Grossmann sampai lama tak pernah menulis masalah matematika dan TRU. Grossmann lebih suka menulis masalah-masalah pendidikan dan politik. Sampai akhirnya, tahun 1920, sahabat Einstein itu menderita sklerosis ganda. Tujuh tahun kemudian dia harus berhenti dari ETH karena penyakit itu. Dalam saat-saat seperti itulah Grossmann mendengar teori baru Einstein, Teori Medan Terpadu. Dia lalu menulis lagi: Mengkritik teori itu dari sudut logika. Einstein meminta kepada teman-temannya untuk tidak menyanggah keberatan Grossmann itu. Dan Grossmann akhirnya meninggal tahun 1936 ketika Einstein sudah pindah ke AS. Kepada janda Grossmann Einstein menulis, Almarhum adalah orang terpelajar yang buku-bukunya sering dia pakai. Ia juga menulis tentang kebaikan Grossmann mencarikan pekerjaan, tentang nasib jelek yang menimpanya, tentang kerja sama mereka, tentang hubungan manis mereka. Einstein menutupnya dengan: "Dan satu hal yang benar-benar indah, sepanjang hidup kami, kami selalu bersahabat." Einstein mempersembahkan autobiografinya yang terakhir untuk Grossmann: "yang menemukan bahwa persoalanku telah dikerjakan oleh Riemmann, Ricci, Levi-Civita ...." Setelah berpisah dengan Grossmann, boleh dibilang Einstein praktis bekerja sendiri. Antara lain, masalah kuantum. Tentang usaha-usahanya yang tak kenal menyerah itu Einstein berkata, "Alam cuma menunjukkan buntut gajahnya saja. Aku yakin akan gajahnya sendiri, kendati tak dapat menampakkan diri karena besarnya." * * * Planck pun, yang selama ini pembela Einstein paling gigih, mulai banyak tidak setuju tentang banyak hal. Musim semi 1913, bersama Nernst, Planck mengunjungi Einstein di Zurich. Dia bertanya apa yang saat ini sedang dikerjakan. Einstein menjawab: relativitas umum. Maka, Planck pun berkata, "Sebagai sobat lama kunasihati kau untuk menghentikannya. Kau tak akan berhasil. Dan jika toh berhasil, tak akan ada orang yang mempercayaimu." Tetapi tujuan utama Planck ke Zurich bukan untuk itu. Ia dan Nernst datang membawa tawaran pekerjaan di Berlin: Anggota Akademi Prusia dengan gaji khusus, guru besar di Universitas Berlin dengan hak tetapi tidak dengan kewajiban mengajar dan direktur Institut Fisika yang akan segera didirikan. Einstein tentu saja menerima tawaran menarik seperti ini. Ia tak perlu lagi mengalar - yang tidak pernah disukainya - dan bisa mencurahkan lebih banyak waktu untuk berpikir. Maka, bulan Februari tahun berikutnya Einstein pun mengucapkan pidato perpisahan dengan Masyarakat Fisika Zurich. Bulan berikutnya Einstein berangkat dan lagi-lagi melalui Leiden - tentu saja untuk mengunjungi Lorentz. Sampai di Berlin Einstein harus menghadapi kenyataan pahit: Mileva istrinya dan kedua anaknya lebih suka tinggal di Zurich. Karena perkawinan mereka memang tak pernah berjalan baik, akhirnya mereka pun memutuskan hidup terpisah. Einstein sangat sedih. Terutama karena ia harus berpisah dengan anak-anaknya. Ketika kereta yang membawa Mileva berangkat, Einstein, menurut kesaksian sekretarisnya, menangis. Di Berlin Einstein tinggal di sebuah apartemen untuk bujangan. Masa-masa itu adalah masa-masa sulit baginya. Perang Dunia 1 hampir mulai. Bahan makanan tak tersedia cukup. Meskipun, sebagai warga negara Swiss, ia menerima kiriman makanan dari sana, keadaan Einstein tetap payah. Lebih payah lagi beberapa tahun kemudian ia menderita sakit perut dan radang hati yang menyebabkannya tidak bisa bangkit dari tempat tidur. "Jiwaku lumpuh kekuatanku hilang," katanya suatu kali. Dalam keadaan demikian muncullah seorang wanita dalam kehidupan Einstein. Elsa, saudara sepupu dan teman masa kecil Einstein, janda dengan dua anak. Dengan penuh perhatian wanita itu merawatnya - Elsa tiga tahun lebih tua. Kedatangan Elsa rahmat bagi Einstein. Februari 1918 Einstein secara resmi bercerai dengan Mileva. Sebenarnya, Einstein sangat terpukul oleh peristiwa ini, tapi perkawinannya dengan Elsa menuntut. "Bagian hidupku yang paling tragis ini selamanya menghantui aku," tulisnya tentang peristiwa itu setelah Mileva meninggal, 1948. Einstein dan Elsa menikah Juni 1919. Mereka kemudian pindah ke rumah besar Elsa dan tinggal bersama kedua anak tirinya, llse dan Margot. Di rumah itu Einstein memperoleh perawatan yang baik. Elsa halus, hangat, keibuan, tapi borjuis. Elsa terutama sekali menyukai ketenaran Einstein, meski suaminya itu belum lagi tokoh dunia. Kata Charlie Chaplin, yang pernah berkunjung, "Elsa adalah wanita dengan vitalitas melimpah. Dia senang menjadi istri tokoh dan tak pernah berusaha menyembunyikannya." Seorang teman yang lain berkata, "Einstein, yang sebelumnya agak bohemian, mulai menjalani kehidupan kelas menengah . . . di rumah seorang warga Berlin terhormat ... di tengah perabot mewah, karpet-karpet dan lukisan-lukisan .... Jika kita memasuki rumah itu, kita akan mendapatkan seorang yang asing dengan lingkungannya." Perkawinan mereka memang perkawinan yang tenang. Tetapi banyak orang tidak yakin apakah nRreka bahagia. Einstein boleh dibilang tidak berkumpul benar-benar dengan istrinya. Dia tinggal di kamar bawah dengan dunianya, sementara Elsa dan kedua anaknya tinggal di atas dengan dunia mereka. "Aku menghisap pipa, dan hal yang paling kukhawatirkan pipaku tersumbat. Hidup, kawanku, aku rasa seperti merokok, terutama perkawinan," kata Einstein suatu saat. Ketika teman akrabnya, Michele Besso, mati, Maret 1955, Einstein menulis kepada keluarga Almarhum: "Yang paling aku kagumi pada dia adalah kemampuannya untuk hidup selama banyak tahun bersama seorang wanita, tak hanya damai tetapi juga harmonis, suatu hal yang gagal kujalani sampai dua kali. Bagaimanapun juga, masa kehidupan Einstein dengan Elsa termasuk masa paling produktif bagi Einstein. Pada masa ini ia juga memulai kegiatan politiknya sebagai pasifis. Ia pun mulai menulis artikel populer untuk surat kabar. Saat-saat itu pula ia menyelesaikan teori yang menjadikannya legenda, Relativitas Umum .... * * * Teori itu selesai dirumuskan dalam tulisan tak lebih dari dua bulan. Jauh berbeda dengan usaha memikirkannya yang bertahun-tahun. Di antara masa-masa penuh perjuangan itu, dalam sakit dan kurang makan, bulan Oktober 1915-lah bulan paling berat. "Bulan itu adalah bulan paling berat dalam hidupku," tulis Einstein kepada Sommerfeld. "Tetapi itu juga bulan paling sukses." Semua kesalahan yang selama ini dilakukannya dapat diperbaikinya. Hal ini diungkapkannya dalam pertemuan Akademi Prusia, 4 November. Sejak saat itu TRU pun bukan milik Einstein pribadi lagi. Ilmuwan-ilmuwan lain mulai mempelajari dan memperluasnya. TRU pun mulai dipakai untuk menerangkan gejala-gejala alam dan kosmologi. Nama-nama tenar bermunculan menulis TRU: Hilbert, Felix Klein, Lorentz, Schroedinger, dan Herman Weyl di bidang fisika - hampir semuanya pemenang Nobel Willem de Sitter dan A.A. Friedman di bidang kosmologi. Namun, itu semua belum mampu mengangkat nama Einstein ke tingkat dunia. Ia harus menunggu empat tahun lagi saat diadakannya eksperimen belokan cahaya di Pulau Principe dan Sobral, ketika berlangsung gerhana matahari. Pembuktian yang membangun legenda. * * * Legenda itu dimulai musim gugur 1919. Pauline Einstein - sang ibu - sedang dirawat di sanatorium ketika ia menerima kartu pos dari anaknya. "Ibu yang baik, ada berita gembira hari ini. Lorentz kirim telegram, ekspedisi Inggris membukikan adanya pembelokan cahaya." Einstein sangat gembira. Sebelumnya, berkali-kali pengamatan pembelokan cahaya saat gerhana gagal. Tahun 1912 di Brazil karena hujan. Di Semenanjung Krim, Rusia, karena perang. Di Venezuela juga karena perang. Dan kini, Eddington serta Crommelin dari Inggris, di Sobral dan Pulau Principe, Mei 1919, berhasil melakukannya. Hasil percobaan itu pun tepat sekali dengan perhitungan Einstein: 1".7. Pembuktian yang dilakukan dua otoritas ilmu di London ini tentu saja menggemparkan. Koran-koran Inggris dengan gencar memuat berita itu di tengahtengah berita perang. Di House of Commons, wakil-wakil rakyat dengan ramai membicarakan tersingkirnya Newton dan ruang angkasa Einstein yang terlipat. Joseph Larmor ilmuwan dari Cambridge senantiasa dikerumuni orang-orang yang ingin mengetahui kejadian sebenarnya. Tak lama kemudian berita menyebar pula ke koran-koran Belanda, Jerman - yang justru sedang berperang melawan Inggris - dan Swiss. Ilmuwan-ilmuwan dikeroyok wartawan untuk dimintai pendapat. Di AS, The New York Times (NYT) hampir tiap hari selama bulan November menulis tentang Einstein dan relativitas, dengan judul-judul bombastis: "Cahaya terbelok di angkasa". "Buku untuk 12 orang bijak". "Saat buruk para ilmuwan: Penyerangan terhadap kemutlakan". Hal semacam ini berlangsung bertahun-tahun. NYT sendiri memberitakannya sampai hampir 10 tahun. Mengomentari kegaduhan ini, Charles Poor, seorang profesor mekanika benda langit, berkata, "Bertahun-tahun dunia tak pernah istirahat. Perang, pemberontakan, Bolshewik. Tetapi semua itu cuma gangguan mental... seluruh dunia mengalaminya.... Kini hal yang sama berjangkit di dunia ilmu ...." Einstein, yang seperti tahu tentang ketenarannya itu, dengan sengaja selama beberapa tahun berikutnya berkeliling dunia. Dan dengarlah laporan para diplomat Jerman di berbagai tempat. Oslo: "Kuliah Einstein dihadiri oleh publik dan pers." Kopenhagen: "Hari-hari ini semua koran memuat artikel panjang tentang Einstein, fisikawan paling hebat saat ini." Paris: "Suatu sensasi yang tak ingin dilewatkan para cendekiawan snob." Tokyo: "Ketika Einstein tiba di stasiun, massa mengerumuninya sampai polisi kewalahan.... Pada festival bunga krisan, bukan permaisuri atau pangeran-pangeran istana yang menjadi perhatian, tetapi Einstein. Nada-nada semacam datang pula dari Madrid, Rio de Janeiro, Montevideo. Di AS, Einstein diterima Presiden Harding. "Orang-orang tidak ingin mendengar kuliahnya, mereka cuma ingin berada di dekat keajaiban," tulis koran Swiss. Kedatangan Einstein memang tepat. Ia, dengan logatnya yang aneh, dengan bahasa matematika yang tak dimengerti banyak orang, datang menjelaskan hal-hal yang dulu adalah mimpi-mimpi dan mitos-mitos manusia, bintang-bintang, cahaya, komet, gerhana, angkasa yang terlipat. Bagaikan nabi, ia dan ajarannya dibicarakan di mana-mana. Dan Einstein menyenanginya. Pada hari-hari tuanya, ketenaran dan publisitas adalah sumber kegembiraannya. Kliping-kliping dan foto-foto menunjukkan bahwa di masa mudanya ia sangat menyukai berita tentang dirinya. Tetapi ketenaran itu juga membangkitkan kebencian. Apalagi ia juga menggunakan ketenaran itu untuk hal-hal yang diperjuangkannya. Sebagai Yahudi dan pencinta damai (pasifis). Penguasa perang Jerman sampai memasukkannya dalam daftar hitam orang-orang yang dianggap berbahaya, walaupun ia orang pemerintah - sebagai direktur Kaiser Wilhelm Institut fur Physik. Sebagai pasifis, Einstein menjadi anggota Liga Jerman untuk Hak-hak Manusia - suatu organisasi yang sejak 1914 menginginkan persatuan Eropa. Ia bahkan menjadi salah satu pimpinannya. Ia menuntut perlucutan senjata tanpa syarat. Ia menandatangani banyak sekali manifes, di antaranya adalah tentang perlucutan senjata. Pada pertemuan internasional para penentang perang, ia menyatakan perlunya rakyat mengambil alih masalah persenjataan dari tangan para politisi. Einstein bahkan pernah meminta partai sosialis dan komunis Jerman untuk bergabung mengatasi bahaya Jerman menjadi fasis. Einstein seorang internasionalis, tetapi ia juga seorang Yahudi. "Seorang tetap bisa menjadi internasionalis tanpa harus mengurangi rasa kebangsaannya," katanya kepada Epstein. Sebagai Yahudi, ia menolong puluhan ribu Yahudi yang lari dari Rusia dan Polandia. Einstein tahu betul kesengsaraan mereka di sana sementara Jerman tidak begitu suka menerima mereka. "Mereka mengetuk pintu saya, minta pertolongan," tulisnya. Einstein juga sahabat Kurt Blumenfeld, tokoh dan sekjen organisasi zionis sedunia. Ia bahkan sangat mengagumi tokoh ini. "la telah membangkitkan rasa ke-Yahudi-an saya," katanya. Tapi, satu hal pasti, Einstein tidak pernah menjadi zionis. Ia bahkan tidak menyukai organisasi itu. Blumenfeld menulis pada sahabatnya suatu kali: "Kau tahu, Einstein bukan zionis. Jangan kau usahakan dia jadi zionis .... Kudengar kau memintanya berpidato.... Hati-hatilah, dia sering berbicara hal-hal naif yang tidak kita harapkan." Tak mengherankan Einstein sering mendapat gangguan. Kerusuhan sering terjadi saat ia berceramah. Pernah suatu ketika sebuah organisasi mengkritik relativitas. Einstein membuat bantahan yang buruk sekali di koran, sehingga teman-temannya heran, dan ia sendiri jadi malu. "Jangan terlalu keras padaku .... Setiap orang pernah berkorban di altar kebodohan," tulisnya tentang hal itu. Kesulitan-kesulitan ini sering membuatnya harus menyepi atau berbulan-bulan ke luar negeri. Apalagi setelah temannya, Walther Rathenau, Yahudi bekas menteri luar negeri, terbunuh. Keadaan seperti ini terlalu berat baginya. Ia jatuh sakit selama empat bulan. Setelah sembuh, ia sekali lagi mengadakan perjalanan ke berbagai penjuru dunia. Kali ini bahkan sampai dua tahun, 1930-1932. Ketika ia akhirnya kembali ke Jerman, situasi negeri itu sudah benar-benar tidak tertahankan baginya. Desember 1932, ia sekali lagi meninggalkan rumahnya di pinggiran Berlin. Kepada istrinya ia berkata, "Tengoklah rumah itu. Kau tak akan melihatnya lagi." Einstein memang tidak kembali. Ia memulai kehidupan baru di Amerika Serikat. Dan beberapa minggu setelah kepindahannya, polisi rahasia menggeledah rumahnya untuk mencari senjata. Mereka hanya menemukan pisau dapur. * * * Setelah gemuruh pemberitaan relativitas berkurang, Einstein segera mengejar buruan baru: teori medan terpadu (TMT). Ini bukanlah gagasan orisinil. Sebelumnya telah ada tiga orang yang mencobanya: Herman Weyl, seorang sahabat Einstein, Kaluza, dan Otto Klein. Einstein menekuni teori ini sampai hidupnya berakhir. Tetapi ia tidak pernah berhasil memperoleh hasil yang memuaskan. Bahkan sampai saat ini pun tak seorang pun pernah berhasil menyelesaikannya. Einstein pun mengakui hal ini. "Di atas sana, senyum abadi sang alam mengungkung kita lebih dengan hasrat kerinduan ketimbang dengan intelektualitas," tulisnya kepada Lorentz. Tetapi Einstein adalah legenda. Pekerjaan barunya ini segera tercium pers. NYT memulai dengan berita: "Einstein di ujung penemuan baru". Sepuluh hari kemudian: "Karya baru Einstein: Tak menghitung telur yang belum keluar". Untuk meredakan massa, Einstein segera membuat pernyataan yang dilengkapinya dengan enam halaman penjelasan ringkas. Ajaib. Beberapa hari kemudian Einstein menerima surat dari Eddington. "Kau pasti senang jika tahu bahwa toserba terbesar di London menempelkan tulisanmu di jendelanya, dan orang-orang berebut membaca." Einstein terpaksa bersembunyi untuk menghindari kerumunan massa. Masalah fisika lain yang menjadi perhatian Einstein selama banyak tahun adalah teori kuantum. Masalah inilah yang paling dramatis yang menjungkirbalikkan begitu banyak kepercayaan para fisikawan, termasuk Einstein. * * * Kalau pembentukan relativitas boleh dibilang sebuah orkestra dengan Einstein sebagai pemain dan konduktornya, kuantum adalah musik yang jauh lebih ramai dan hidup karena melibatkan hampir seluruh fisikawan masa itu. Teori-teori tentang ini menyebabkan perdebatan-perdebatan panjang dan gejolak-gejolak kejiwaan. Cerita kuantum memang cerita gila-gilaan. Max Planck, pemulanya, kendati berani dan kontroversial, masih tetap menganggap cahaya adalah gelombang - seperti keyakinan fisikawan lain. Tidak demikian dengan Einstein. Lima tahun setelah Planck, dan beberapa bulan sebelum teori relativitasnya, Einstein mengembangkan ide Planck ini dengan lebih berani: cahaya dengan tenaga hf adalah butir materi. Inilah yang disebut "hipotesa kuantum-cahaya". Tentu saja reaksi segera bermunculan. Apalagi Einstein tak punya alat ampuh untuk membela diri. Tetapi Einstein memang nekat. Belum lagi hipotesanya diterima, setahun kemudian ia menggunakannya untuk menjelaskan panas jenis padatan yaitu panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu satuan padat satu derajat. Toh akhirnya Einstein mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan keraguannya. Dan setelah itu, sampai bertahun-tahun ia tak pernah mengotak-atik kuantum lagi - perhatiannya beralih ke TRU. Baru di tahun 1914, datang sokongan dari Millikan, fisikawan eksperimen dari Amerika yang berhasil membuktikan hipotesa Einstein. Satu tahun setelah TRU selesai, paa 1915 Einstein menerbitkan lagi artikel tentang kuantum (dua buah). Namun, Einstein tetap ragu-ragu. Tidak demikian khalayak fisika. Teori kuantum Einstein mulai diakui secara luas, bahkan lebih luas ketimbang relativitas. Hal ini terbukti ketika pada 1922 Einstein memperoleh Hadiah Nobel. Tidak untuk relativitas tetapi untuk kuantum: "Untuk Albert Einstein atas usahanya di bidang fisika teori, terutama penemuan hukum foto listrik" Hadiah ini diberikannya kepada Mileva, bekas istrinya, sesuai dengan janjinya. Meskipun sudah diakui dan sudah memperoleh Nobel, cerita tentang Einstein dan kuantum belum lagi selesai: bahkan belum sampai ke puncaknya yang paling dramatis - yang membuat Einstein kembali sendirian. Itu dimulai oleh seorang fisikawan Denmark yang bernama Bohr. Bohr adalah jagoan fisika teori. Dialah yang membuat model atom yang terkenal itu. Ia pula yang pertama kali menunjukkan tingkat tenaga radiasi tidak kontinu tetapi diskrit (tercatu). Dan ia adalah sahabat Einstein. "Mereka saling mencintai dengan hangat dan lembut," kata sekretaris Einstein, Helen Dukas. Einstein sangat mengagumi tulisan-tulisan Bohr. "Ehrenfest menerangkan padaku pikiran-pikiran Bohr. Dia pastilah pemikir kelas satu. Sangat kritis tak pernah keluar dari jalur utama," katanya. Demikian juga sebaliknya, Bohr pun mengagumi Einstein. Tahun 1920 mereka bertemu untuk pertama kali. Pertemuan ini demikian bersejarah bagi mereka. "Dalam hidupku tak banyak orang yang menimbulkan kebahagiaan besar hanya dengan kemunculannya, seperti kau," tulis Einstein kepada Bohr tak lama kemudian. "Bertemu dan bicara dengan kau adalah pengalamanku yang paling indah," jawab Bohr. Sejak itu, mereka secara rutin saling berkirim surat. Tetapi persahabatan di antara ilmuwan itu tidak menghalangi perbedaan pendapat. Dan penyulutnya adalah Bohr. Tahun 1924, bersama Kramers dan Slater ia membuat suatu saran - semacam usul yang di dunia fisika dikenal sebagai usul BKS. Saran ini menyerang secara langsung pandangan-pandangan Enstein. Tidak hanya Einstein yang menolak usul ini, tapi juga kebanyakan ilmuwan. Tapi banyak juga yang tidak bisa menentukan sikap. Pauli, meski bilang tidak setuju dengan usul Bohr, berkata begini, "Bahkan jika aku bisa membuat opini berdasar kepercayaan pada otoritas, tetap tak mungkin aku memilih karena opini kedua otoritas yang ada sangat bertentangan." Einstein sendiri berkata kepada Bohr bahwa pikiran elektron bisa menentukan sendiri arah radiasinya tak tertanggungkan olehnya. Sampai akhirnya muncullah "efek Compton" yang secara meyakinkan menguatkan teori Einstein. Maka, Bohr pun mundur. "Kita harus rela melepaskan ide kita secara terhormat," katanya. Tetapi ia ternyata tidak berhenti di sini. Dua tahun kemudian, sekali lagi, ia bertentangan dengan Einstein. Kali itu mayoritas berada di pihaknya. Setelah selesai dengan perdebatan yang pertama dengan Bohr, Einstein kembali menekuni teori kuantum. Bersama seorang pemuda India, Satyendra Nath Bose, ia membuat teori statistika kuantum. Setelah itu, ia mengembangkan teori gas kuantum. Kedua teori ini nantinya melahirkan sebuah mekanika baru yang menggemparkan, yaitu mekanika kuantum. Teori gas kuantum Einstein boleh dikata dikembangkannya berkat seorang doktor fisika muda yaitu Louis de Broglie. Orang Prancis ini, dalam disertasi doktornya, mengambil alih ide kuantum-cahaya Einstein, dan memperluasnya. Einstein sangat bersemangat mendukung de Broglie. Dan seorang fisikawan muda lainnya, Erwin Schroedinger, kemudian memperluasnya lebih jauh. Schroedinger melahirkan mekanika baru yang tidak cuma berpijak pada dasar hukum Newton atau relativitas Einstein yang materiil. Mekanika baru ini dengan segera memperoleh sukses. Hampir semua dedengkot fisika teori menerimanya sebagai penyelesaian final masalah kuantum-gelombang. Tidak terkecuali Einstein. "Schroedinger datang dengan sepasang artikel kuantum yang indah," komentarnya. Sayang, ini adalah bulan madunya yang terakhir dengan kuantum. Tahun 1926, Born, teman Einstein, membuat penafsiran fungsi gelombang Schroedinger. Setelah membentang sekian halaman argumen dan sekian halaman bukti, Born menyimpulkan bahwa fungsi gelombang Schroedinger cuma "keniscayaan". Sungguh bukan pilihan yang mudah. Tak banyak ilmuwan yang dengan segera bisa mengambil putusan. Dan di antara yang sedikit itu adalah Bohr - yang dengan tegas menerima kritik Born - dan Einstein di pihak lain yang dengan sengit menentangnya. Ahli-ahli lain tinggal mengikuti contoh dua orang godfather ini. Ehrenfest, misalnya, dengan menangis berkata bahwa ia sangat sulit menentukan pilihan antara Bohr dan Einstein. Dan akhirnya, tak bisa lain, ia harus menerima Bohr. Schroedinger sendiri, biang mekanika baru itu, dengan sangat menyesal berkali-kali berkata kepada Bohr bahwa jika ia tahu konsekuensi mekanikanya, ia tidak akan mau menerbitkannya. Sampai matinya, Schroedinger tidak pernah bisa seratus persen berdamai dengan teori yang ditemukannya itu. Reaksi Einstein pada mulanya adalah reaksi orang yang hampir kehilangan akal. Dengan sengit ia mengkritik makalah Born sampai ke pernyataan-pernyataannya yang terkecil. Meski demikian, akhirnya sikapnya melunak. Kepada Born sendiri ia berkata: "Mekanika kuantum (gelombang) memang mengagumkan. Tetapi hati kecilku berkata, itu bukan teori yang betul. Teori itu menghasilkan banyak, tetapi tidak menyingkap rahasia Si Tua kita itu. Seperti sering saya katakan, dia tidak pernah main dadu ...." Sejak saat itu Einstein sering mengulang-ulang perkataan "Tuhan tidak main dadu, Tuhan tidak main dadu...". Tahun-tahun selanjutnya adalah tahun-tahun kemerosotan pengaruh Einstein dan naiknya pamor Bohr. Toh Einstein meneruskan perdebatan sampai 1931. Sesudah itu posisinya - bukan pandangan yang dianutnya - berubah cukup banyak. Tulisannya di bulan Februari 1931 menunjukkan bahwa ia telah menerima kritik-kritik Bohr. Ia mulai percaya bahwa mekanika kuantum mengandung sebagian kebenaran. Tetapi tetap belum lengkap. "Aku tahu, soal ini tidak mengandung kontradiksi. Tetapi dalam pandanganku tetap mengandung hal-hal yang tidak masuk akal," katanya, November 1931. Dua tahun kemudian ia mengeluarkan pandangan yang disebutnya "realitas obyektif". Ini adalah usahanya yang terakhir untuk menunjukkan ketidaklengkapan kuantum. Saat ia mengeluarkan pandangan ini, ia sudah jauh dari teman-temannya. Ia sudah pindah ke Amerika. * * * Einstein memutuskan pindah ke Amerika setelah dihubungi Abraham Flexner. Orang ini - pendiri dan direktur pertama Institute for Advanced Studies (IAS), Universitas Princeton, New York - ingin Einstein bergabung di institutnya. Einstein setuju, dengan syarat ia boleh membawa asistennya, Walther Mayer, dan mendapat gaji US$ 3.000. "Bisakah aku hidup kurang dari itu?" tanyanya. Setelah tawar-menawar, akhirnya diputuskan Einstein bisa bergabung mulai Oktober 1932. Gajinya US$ 15.000 per tahun. Einstein semula merencanakan cuma lima bulan dalam setahun bekerja di Princeton. Tetapi rencana ini tidak terlaksana. Juli 1932, Nazi menguasai Parlemen. Desember 1932, Einstein meninggalkan Jerman dengan membawa 30 kopor. Januari 1933, Hitler berkuasa. Maret, polisi rahasia menyerang rumah Einstein untuk mencari senjata. Sebelum ke AS, Einstein singgah di Vila Savoyard, Le Coq sur Mer, di tepi pantai Belgia. Ilse, Margot, W. Mayer, dan Helen Dukas segera bergabung. Pemerintah Belgia menugasi polisi untuk menjaga mereka. Barang-barang dan tulisan-tulisan Einstein dikeluarkan lewat saluran diplomatik. Einstein lalu memberi kuliah di Brusel, mengunjungi anaknya, Eduard, di Zurich, untuk terakhir kali, dan ke Oxford serta Glasgow. Di sana ia bertemu dengan Churchill, dan mendapat banyak tawaran mengajar. Tawaran tokoh zionis Chaim Weizmann ditolaknya karena ia sangat tidak setuju administrasi Universitas Ibrani kaum zionis. Bersama Walther Mayer ia masih sempat menghasilkan tiga tulisan tentang semivektor. Atas permintaan llmuwan Rutherford, ia mengadakan kuliah umum di London. Tanggal 7 Oktober melalui Southampton Einstein meninggalkan Eropa untuk selama-lamanya. Tanggal 17 Oktober mereka tiba di New York. Di karantina dua orang wakil IAS menyerahkan surat Flexner: "Tak diragukan lagi, di sini ada kelompok Nazi.... Washington menasihati... keselamatanmu tergantung sikapmu dan ketidakmunculanmu di muka umum .... Kau dan istrimu akan disambut dan diatur di Pricenton. Tetapi untuk jangka panjang keselamatanmu tergantung padamu sendiri." Di Princeton mereka menginap di Peacock Inn selama beberapa hari, lalu pindah ke sebuah rumah kontrakan. Tahun 1935, mereka pindah ke rumah di Jalan Mercer 112. Maja, adik Einstein, ikut bergabung setelah rumah pemberian Einstein di Florence dikuasai fasis Itali. Mei 1935 Einstein meninggalkan AS untuk terakhir kali. Ia menuju Bermuda untuk mencari visa imigran. Desember tahun berikutnya Elsa meninggal dunia karena serangan jantung. Setahun sebelumnya llse mati. Tahun 1938 Hans Albert datang ke AS. Di Eropa dia telah memperoleh gelar doktor teknik sipil, kawin, dan punya anak satu - Bernhard Caesar, cucu Einstein pertama. Hans Albert kemudian menjadi guru besar di Universitas California, Berkeley. Di Princeton, Einstein menjalani kehidupan tenang. Desa itu adalah " a quaint ceremonious village of puny demigods on stilts," tulis Einstein. Princeton memang kecil dan indah. Lain dengan Berlin yang besar dan meriah. Einstein harus menyesuaikan diri. Bermain musik di rumah, dan kadang-kadang berperahu di Danau Carnegie dengan perahu kecilnya. Ia tak punya mobil. Kadang-kadang saja ia jalan-jalan ke New York, pantai Long Island, atau Adirondacks. Ia juga pernah diundang Presiden Roosevelt ke Gedung Putih. Bersama Elsa ia tinggal di Ruang Franklin. Einstein biasanya bangun dan makan pagi pukul 09.00. Lalu membaca koran. Pukul 10.30 jalan kaki ke IAS. Pulang, juga jalan kaki, setelah pukul satu siang. Sehabis makan siang, ia tidur beberapa jam, bangun, minum teh campur susu, lalu bekerja sedikit atau menerima tamu atau membaca surat. Pukul 16.30-19.00 ia makam malam, lalu bekerja atau mendengarkan radio - Einstein tidak punya televisi. Kadang-kadang juga menerima tamu. Pukul 23.00 masuk kamar tidur. Setiap Minggu sore ia mendengarkan ulasan berita Howard K. Smith. Malamnya jalan-jalan dengan mobil seorang teman. Kadang-kadang ia mengunjungi konser atau menonton film. Di tahun-tahun terakhirnya ia tak lagi main biola tetapi piano. Pipanya yang terkenal itu juga tak pernah diisapnya lagi. Ia disahkan sebagai warga negara Amerika, Oktober 1940, bersama Helen Dukas - oleh Hakim Philip Forman. Tanggal 5 November ia mengikuti Pemilu pertama pada pemilihan Roosevelt - Willkie. Di sekitar tahun itu, ia memulai lagi gerakan pasifisnya. Tetapi pada kenyataannya selama masa perang ia bersedia menjadi konsultan angkatan laut AS. "Kekuatan terorganisasikan harus dilawan dengan kekuatan terorganisasikan," katanya. Dia juga menulis kepada Roosevelt tentang kemungkinan membuat bom atom. Meski pengaruh suratnya barangkali tak banyak, dia sangat menyesal telah menulis surat itu. "Andai aku tahu Jerman tak berhasil membuat bom itu, aku tak akan sudi mengangkat sebuah jari pun," tulisnya. Setelah perang selesai, ia kembali aktif dalam gerakan pasifis. "Perang memang dimenangkan. Tetapi tidak perdamaian," katanya kepada khalayak, Desember 1945. "Dunia pasca-PD II tidak stabil dan berbahaya. Suatu pemerintahan bentuk baru diperlukan. Bom atom tak hanya melenyapkan Hiroshima. Ia juga meledakkan ide-ide politik kedaluwarsa yang kita warisi." September 1945 ia mengutarakan, "Penyelamatan kebudayaan dan manusia hanya mungkin dengan pembentukan pemerintahan dunia." Pemerintahan seperti itu harus diberi kekuasaan untuk menyatukan anggota-anggotanya - Einstein tidak percaya pada PBB. Tahun 1950, dalam pesan tentang "kewajiban moral seorang ilmuwan", ia berkata, "Kemanusiaan hanya bisa diselamatkan jika sebuah sistem supranasional berdasar hukum diciptakan untuk menentang kekuatan brutal." Dalam beberapa kesempatan ia bahkan mengusulkan perlawanan sipil (civil disobedience). "Aku yakin, kedamaian dunia atas dasar supranasionalisme hanya bisa diciptakan dengan metode Gandhi secara besar-besaran." Lalu, "Apa yang bisa dilakukan minoritas cendekiawan melawan setan penekan kebebasan? Sungguh, aku hanya melihat cara revolusi nonkooperasi Gandhi." la tidak pernah memaafkan bangsa Jerman, "Setelah mereka membunuhi saudara-saudaraku, tak ada lagi yang mengikatku dengan mereka . . . kecuali beberapa orang yang masih bisa kujangkau." Beberapa orang itu adalah Planck dan kawan-kawannya. Tahun 1946 Maja jatuh sakit. Ia tidak bisa bicara. Tiap malam, sehabis makan, Einstein selalu menemani adiknya itu. Dibacakannya buku-buku. Sampai akhirnya Maja mati, Juli 1951. Einstein sendiri sebenarnya sudah lama sakit. Di perutnya terdapat tonjolan. Meski telah dioperasi, penyakit itu tak pernah sembuh. Tanggal 18 Maret 1950, ia membuat testamen. Temannya, Ekonom Otto Nathan, diangkat menjadi pelaksana. Bersama Dukas, Nathan juga diserahi mengurus surat-surat, manuskrip, dan hak cipta Einstein, yang nanti harus diserahkan ke Universitas Ibrani. Buku-buku dihadiahkannya kepada Helen Dukas. Biola diwariskan kepada cucunya, Bernhard Caesar. Tahun 1952, ia ditawari jabatan presiden Israel, setelah Weizmann mati. Einstein menolak. Tahun 1955, Einstein menulis autobiografinya yang terakhir, yang diterbitkan untuk peringatan satu abad ETH autobiografi ini dipersembahkannya pada Marcel Grossmann. Maret 1955, teman paling akrabnya sejak mahasiswa, Michele Angelo Besso, mati. Kepada keluarga Besso, ia menulis: "Pergilah kini dia, sesaat sebelum aku, meninggalkan dunia yang menarik ini." Tanggal 11 bulan berikutnya, Einstein menandatangani manifesnya yang terakhir, sebuah manifes tentang perlucutan senjata yang dibuat Bertrand Russel. Tanggal 13, ia menulis untuk ulang tahun Israel: "Tak ada seorang negarawan pun yang berani menempuh jalan perdamaian supranasional, karena ini akan berarti kehancuran karier politisnya. Nafsu politis semacam ini, yang berjangkit di manamana, telah meminta korbannya." Dan Israel, proyek zionis yang sangat sadar ras dan kebangsaan itu, yang akhirnya menjadi bukan hanya lambang Yahudi sebagai korban, tapi juga sebagai proyek pembuat korban, betapapun berbeda dari perwujudan semangat supranasional seperti diidamkan Einstein. Tulisan Einstein di atas itu adalah kalimatnya yang terakhir untuk khalayak. Sore harinya, Einstein tak sadarkan diri. Tonjolan dalam perutnya pecah. Tiga orang dokter dari New York segera didatangkan. Juga seorang kardiolog. Einstein menolak dibius dengan morfin. Juga operasi. "Aku akan pergi kapan aku ingin. Sangat tak berperasaan untuk memperpanjang hidup secara artifisial. Telah kulakukan bagianku. Sekarang saat untuk pergi. Aku akan pergi dengan rasa hormat." Jumat ia dibawa ke RS Princeton, dan esok harinya Hans-Albert datang. Sepanjang hari itu dan hari Minggu, dia menunggui ayahnya. Alberta Roszel, perawat malam, adalah orang terakhir yang melihat Einstein hidup. Pagi pukul 1.10,18 April, Einstein bernapas dengan sulit. Einstein menggumam dalam bahasa Jerman kepada Alberta, lalu ia bernapas dalam-dalam dua kali, dan berhenti. Pukul satu lebih seperempat pagi, 18 April 1955. Autopsi segera dilakukan. Dr. Thomas E. Harvey, yang melakukannya, mengambil otaknya - yang sebagian kini disimpan di suatu tempat di Weston, Missouri. Penyebab kematiannya adalah suatu "lepuh besar dalam perut, yang akhirnya pecah seperti ban dalam tua". Pukul delapan pagi, Herman Weyl dan dokter pribadi Einstein mengumumkan berita kematian itu kepada wartawan. Pukul dua siang jenazahnya dibawa ke rumah permakaman Mother di Princeton. Dan, 90 menit kemudian, dibawa ke Krematorium Ewing di Trenton, tempat 12 teman Einstein telah berkumpul. Seorang dari mereka berpidato singkat, mengutip Epilog zu Schiller's glocke Goethe. Jenazah dibakar. Abunya disebar di tempat yang tidak diumumkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini