KETIKA Ronald Reagan memasuki Gedung Putih pada 1980, dia hampir tidak percaya bahwa aparat pemerintah Amerika Serikat sudah menggelembung hegitu besar dan tidak terkontrol. Dia tidak mengerti kenapa puluhan instansi perlu diciptakan untuk mengurusi kegiatan yang menurut dia tidak perlu diawasi. Ada instansi yang kerjanya mengurusi dan mengawasi harga tiket kapal terbang yang meliputi ratusan jalur penerbangan domestik. Sebuah badan lain mengatur dan mengawasi tarif bis antarkota? Tarif kereta api juga diatur pemerintah suatu direktorat di sebuah departemen kerjanya hanya menawasi 300.000 tarif angkutan truk. Bank dan lembaga keuangan nonbank tidak bebas menetapkan suku bunga juga tidak bebas menentukan jenis deposito yang bisa ditawarkan kepada nasabah. Begitu pula perusahaan-perusahaan telepon dan komunikasi, yang jasanya dipakai 96% penduduk AS, tidak bisa seenaknya menentukan tarif sendiri. Ronald Reagan, sebagaimana layaknya anggota Partai Republik yang konservatif, hanya punya satu filosofi: pemerintah yang terbaik adalah yang memerintah paling sedikit. Maka, transformasi besar-besaran pun tak bisa dielakkan. Liberalisasi dilaksanakan di semua sektor. Memang banyak industri yang selama ini menikmati proteksi menjadi grogi. Industri mobil dan baja berteriak denan diliberalkannya impor dari Jepang. Pesan Reagan kurang lebih, "Sekarang pemerintah tak akan banyak campur tangan, dan sekarang terserah pada Anda sendiri bagaimana menjadi kuat dan efisien." Sekarang ekonomi AS tumbuh palin cepat dibanding ekonomi negara industri lain. Orang memang bisa berdebat sejauh mana . dekontrol dan liberalisasi punya andil dalam pemulihan ekonomi AS. Dan tak semua orang paham apa itu "Reaganomics". Tapi banyak yang merasakan ada sesuatu yang berubah ada sesuatu yang bergerak sesudah lama terjadi stagnasi. Dan harus diakui, ekspor nonmigas Indonesia yang cukup bagus tahun ini adalah berkat mulai bergeraknya lokomotif ekonomi dunia ini. Kalau ada pelajaran yang bisa diambil dari tindakan Reagan tersebut, mungkim imiah yang perlu direnungkan: kurangilah birokrasi. Cabutlah peraturan pemerintah yang menghambat. Dan barulah semua orang yang terlibat dalam kegiatan ekonomi bisa mengembangkan kreativitas dan potensinya secara penuh. Birokrasi memang bisa berbahaya, karena ia seperti wabah sekali muncul terus merambat. Akhirnya tak menjalankan fungsi untuk apa dia mulanya diciptakan. Seperti yang dikatakan George Stigler, ekonom pemenang Hadiah Nobel, "Pemerintah akhirnya terpenjara oleh urusan-urusan yang semestinya diawasinya." Dia menolak campur tangan pemerintah yang besar di bidang ekonomi. "Pemerintah bukan entrepreneur yang baik," katanya. Peranan pemerintah yang besar di bidang ekonomi mulanya diterima karena adanya anggapan bahwa pemerintahlah yang paling tahu tentang apa yang terjadi di masa depan dan, karena itu, tahu ke mana investasi harus disalurkan. Anggapan ini sekarang mulai dibantah. "Jangankan masa depan, tentang sekarang pun banyak yang kurang diketahui," kata Ekonom Pierre Rinfret. Dia menunjuk sebuah contoh: statistik yang digunakan Departemen Perdagangan AS masih berdasarkan klasifikasi industri 1930-an. "Para ahli statistik ini sudah ketinggalan mental," katanya, "karena penggolongan industri yang dipakai dalam statistik tidak lagi mencerminkan perubahan teknologi yang sudah terjadi." Bagi para ekonom seperti Stigler dan Rinfret, yang paling tahu tentang masa depan, yang pahng tahu ke mana investasi harus disalurkan, adalah pasar - bukan siapa-siapa. Pasarlah yang akan memberi bimbingan kepada penanam modal, dan akan memberi tanda ke bidang apa dan di mana investor bisa menanamkan modalnya dengan menguntungkan. Alokasi dana yang tidak tepat akan merupakan pemborosan, dan ini memerlukan satu tangan yang tak kelihatan untuk mencegahnya. Bagi golongan ini, pengalaman menunjukkan bahwa pasar merupakan manajer yang terampil dalam mengalokasikan dana investasi secara efisien. Pesan mereka selanjutnya: unakan pasar sebanyak-banyaknya dalam kegiatan ekonomi gunakan pertimbangan ekonomis-komersial sejauh-jauhnya dalam setiap proyek investasi dan buanglah jauh-jauh pelbagai pertimbangan lain. Memang keliru untuk menganjurkan pemerintah hanya menjadi penonton di pasar bebas ekonomi. Pada saat-saat tertentu peranannya diperlukan, dan terbukti punya sumbangan yang cukup menentukan. Dana riset NASA dan anggaran belanja Pentagon untuk persenjataan membantu menghidupi industri kontraktor. MITI sudah lama diketahui berada di belakang industri Jepang dalam menaklukkan dunia. MITI membantu riset, memberi subsidi, dan memberi kredit ekspor murah. Dan MITI sudah meneropong ke depan. Industri Jepang, katanya, harus menguasai pasaran robot, laser, rekayasa bio, optik serat, dan komputer generasi kelima. Pengalaman menunjukkan, apa yang dikehendaki MITI itulah yang akan terjadi. Orang boleh punya prinsip dan pandangan yang tidak sama dengan prinsip dan pandangan Reagan. Kendati demikian, tindakan Reagan yang meliberalkan ekonomi AS, dan berhasil, telah menjadi bahan renungan dan bahkan dicontoh beberapa negara yang mengklaim dirinya negara sosialis. Tampaknya sudah disadari bahwa resesi ekonomi yang terjadi kali ini begitu parah, hingga pengobatar tradisional lewat kebijaksanaan moneter dan fiskal yang konvensional tidak mempan lagi. Hingga diperlukan pendekatan yang cukup radikal, yang menuntut keberanian para pengambil keputusan sekali-sekali melepaskan prinsipnya yang dogmatis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini