Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebutan sindrom Peter Pan pertama kali diusulkan oleh psikolog Dan Kiley dalam bukunya, berjudul The Peter Pan Syndrome: Men Who Have Never Grown Up pada 1983. Sebutan itu metafora untuk menggambarkan peningkatan jumlah orang yang merasa tidak mampu atau enggan menjadi dewasa.
Apa itu sindrom Peter Pan?
Mengutip Psych Central, sindrom Peter Pan bukanlah diagnosis formal dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Namun, beberapa psikolog mengenalinya sebagai pola perilaku yang mencerminkan seseorang terus-menerus tidak mau atau enggan menerima tanggung jawab semasa dewasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Nama Peter Pan diambil dari tokoh protagonis terkenal dalam novel berjudul Peter Pan and Wendy yang terbit pada 1911. Penulisnya J.M. Barrie. Novel ini menceritakan kisah tentang seorang anak laki-laki yang tak dewasa dan melalaikan tanggung jawabnya demi petualangan dengan teman-temannya yang bernama Lost Boys di Neverland.
Siapa yang rentan mengalami sindrom Peter Pan?
Sindrom Peter Pan cenderung sering dialami laki-laki. “Itu karena wanita cenderung memiliki kebutuhan untuk mengasuh dan mengurus orang-orang sejak usia dini," kata Jacqueline Connors, seorang ahli psikoterapi di Napa Valley, California. Walaupun begitu perempuan juga rentan mengalami sindrom yang hampir serupa, yakni Cinderella Complex.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mengutip Counselling Directory, sindrom Peter Pan tak diakui sebagai kondisi kesehatan mental atau gangguan psikologis. Penelitian lanjutan telah mengungkap, pengasuhan yang terlalu protektif menyebabkan anak-anak mengembangkan sindrom Peter Pan.
Humbelinda Robles Ortega dari Departemen Kepribadian, Evaluasi, dan Perawatan Psikologis Universitas Granada, orang yang mengalami sindrom Peter Pan menjadi cemas ketika dievaluasi rekan kerja atau atasan. Itu karena orang yang sindrom Peter Pan sama sekali enggan menerima kritik apa pun. Itu sebabnya rentan bermasalah adaptasi di tempat kerja atau dalam hubungan pribadi.”
Meski bukan kondisi yang dikenali, banyak ahli percaya pola perilaku yang biasanya ditunjukkan oleh penderita Sindrom Peter Pan berdampak signifikan terhasap hubungan dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Gejala sindrom Peter Pan
Gejala sindrom Peter Pan ada dalam spektrum ringan hingga parah. Sindrom Peter Pan tak dianggap pula sebagai gangguan kepribadian. Para peneliti telah mencatat beberapa ciri yang tumpang tindih dengan gangguan kepribadian narsistik. Mengutip Psych Central, gejala sindrom Peter Pan yang secara signifikan mengganggu hubungan dan aktivitas, yaitu:
1. Kepribadian
- Petualang
- Tujuan hidup dan karier yang belum ditentukan
- Kematangan emosi dan kecerdasan emosional yang rendah
- Perilaku spontan atau impulsif
2. Perilaku
- Mudah menyalahkan
- Ledakan emosi
- Tantangan pekerjaan
- Kesulitan mengatur keuangan
- Suka menunda
- Menghabiskan waktu dengan teman sebaya
- Tidak nyaman dengan komitmen
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.