Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah gejala ditemukan pada pasien Covid-19. Mulai dari yang tampak luar dan fisik, hingga yang terjadi di dalam organ tubuh kita, seperti paru-paru. Meski bukan gejala baru, publik juga dikejutkan dengan adanya badai sitokin yang di alami pasien Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mungkin agak terdengar janggal, nama badai menjadi gejala sebuah penyakit. Namun bila kita menyimak sejumlah penjelasan, apa yang terjadi di dalam tubuh memang seperti layaknya badai yang berkecamuk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam akun Instagram dokter RA Adaninggar @drningz dijelaskan bahwa badai sitokin pada pasien Covid-19 adalah suatu reaksi sistem imun yang berlebihan dan tidak terkontrol terhadap virus yang masuk di dalam tubuh.
Reaksi sistem imun yang berlebihan ini, rupanya tidak hanya membunuh virus namun juga bisa menimbulkan radang yang menyebabkan kerusakan organ tubuh sebagai inangnya.
Pada kondisi normal, tulis dokter Adaninggar, saat virus pertama kali masuk ke dalam sel tubuh manusia, ada antivirus yang diproduksi oleh sel yang terinfeksi yaitu interferon atau di kalangan medis disingkat IFN.
IFN inilah yang dengan cepat melindungi sel-sel sekitarnya sehingga menghambat virus masuk ke dalam sel sehingga akan menghambat usaha virus untuk berkembang biak yang menurunkan viral load atau replikasi virus di dalam tubuh.
Interferon Sangat penting untuk menurunkan viral load sehingga keradangan yang terjadi berikutnya bisa tidak berlebihan
Namun pada kondisi tertentu interferon bisa tidak optimal responnya, bisa terlambat dihasilkan atau virus yang masuk terlalu banyak. Sehingga laju interferon tidak sebanding dengan laju kecepatan virus masuk ke dalam sel. Virus yang masih banyak ini yang akan memicu reaksi keradangan berlebihan.
Penjelasan lain datang dari dokter Decsa Medika Hertanto dalam akun instagram @dokterdecsa. Badai sitokin bisa dipicu karena adanya komorbid pada pasien Covid-19.
Orang yang punya komorbid seperti diabetes, sakit jantung, autoimun, usia tuas, asma dan lain lain punya imunitas yang kurang kuat, sehingga sewaktu masuk ke tubuh, virus Covid-19 tidak segera terbunuh.
Demikain pula pada orang sehat yang kemasukan virus yang banyak, viral load yang tinggi, juga bisa berbahaya juga dalam membangun sistem imun tubuh
Seiring berjalannya waktu, virus Covid-19 akan makin merajelela, tentara atau pasukan imun di dalam tubuh marah atas virus yang kian semena-mena itu, sehingga mengeluarkan segala senjata dan menggandakan diri untuk membunuh virus secara besar-besaran
Namun ibarat medan perang, tempat pertempuran antara tentara tubuh Vs Virus covid juga luluh lantak. Sehingga, bisa saja virus sudah mati, tapi harga yang harus dibayar mahal. Misalnya tempat peperangan itu terjadi di paru-paru, maka paru lah yang rusak.
Karena itu, sering meski sudah tidak ada virusnya, yang terjadi adalah komplikasi berat pada organ organ tempat peperangan antara tentara tubuh Vs Virus.