Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gerakan work from home (WFH) atau kerja dari rumah tengah digalakkan oleh pemerintah sehubungan dengan wabah virus corona di Indonesia. Hal ini pun didukung dan langsung diterapkan oleh masyarakat. Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga melakukan kegiatan serupa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melalui akun Instagram @smindrawati, terlihat ia telah bekerja penuh dari rumah sejak Sabtu, 14 Maret 2020. Begitu pula dengan hari ini, bertepatan dengan rapat besar bersama seluruh menteri dan Presiden Joko Widodo, Sri Mulyani terlihat ikut serta melalui sambungan video call dari dalam rumah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lalu, seberapa efektif gerakan work from home dalam mencegah Covid-19? Melansir dari situs Market Watch, kerja dari rumah merupakan salah satu bagian dari aktivitas social distancing atau pembatasan interaksi sosial. Sebab seperti yang kita disampaikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus ini memiliki tingkat penyebaran yang tinggi.
Dengan aktivitas manusia yang sering bersama-sama, risiko Covid-19 pun menjadi tinggi. “Sebaliknya dengan membatasi aktivitas interaksi dengan orang, diharapkan bisa menurunkan angka penyebaran virus,” kata direktur eksekutif Ariadne Labs di Boston, Amerika Serikat, Asaf Bitton.
Adapun target awal yang ingin dicapai saat ini, yaitu penurunan kurva dari lonjakan pasien Covid-19. Bitton mengatakan bahwa sekarang, wabah virus corona digambarkan dengan kurva membentuk huruf u terbaik. “U terbaik artinya ada jumlah pasien yang meningkat pesat sedangkan tenaga medis terbatas,” katanya.
Dengan social distancing, kurva pun bisa semakin rata lantaran orang-orang beraktivitas di tempat tinggal masing-masing bisa semakin rendah pula infeksi disebarkan. Tentu ini bisa memastikan sistem pelayanan kesehatan tidak terbebani oleh jumlah pasien “Sehingga orang yang sakit bisa segera mendapatkan perhatian optimal dari tenaga medis sehingga angka kesembuhan menjadi semakin tinggi,” katanya.
Sebuah studi telah membuktikan keefektifan social distancing itu sendiri. Tepatnya saat pandemi influenza tahun 1918, pemerintah yang menerapkan aktivitas ini berhasil menyelesaikan masalah dan pada akhirnya ancaman global dari penyakit dengan penyebaran cepat itu selesai. “Harapannya kejadian yang sama juga terjadi saat pandemi corona,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | INSTAGRAM | MARKETWATCH